Friday, August 31, 2007

The Traveler’s Journal part III: Kuala Lumpur – “feels like HOME”

August 09th, 2007

06:30AM
Kuala Lumpur... here we come!!!

Sedikit terkaget-kaget di tengah kantuk yang masih menyerang saat mendapati suasana Kuala Lumpur di waktu 06.30AM, karena sumpaah... suasananya sama benar dengan suasana Bogor saat berada di waktu 05.00AM alias... gelap banget!!!
No one’s awake yet! Dan jalanan begituuuu sepi. Hanya selewatan burung gagak yang menggaok terbang ke sana sini.

Perhentian pertama adalah sebuah hotel di deretan Bukit Bintang yang emang jadi tempat strategis. Hotel masih gelap, satpamnya pun tidur di depan dan masih dikunci. Intinya, tidak bisa cek in hingga jam 10 nanti, tapi dipersilakan untuk taro tas dan silakan berjalan-jalan mengeksplorasi Kuala Lumpur.

Alhasil.... let’s have a breakfast!!!
Satu bungkus nasi lemak pun dibekal makan di lobi teras hotel. Nasi lemak yang cukup murah cuma RM1-an doang [dengan lauk telor, tumis kacang panjang plus teri belado pake pete!!!]

07:30AM


Jalan-jalan menyusuri bukit bintang yang masih cukup sepi. Mengagumi para Indian yang pagi-pagi buta sudah duduk-duduk menghisap shisha, termangu-mangu melihat kumpulan burung gagak yang seliweran bagai burung gereja, pun termehe-mehe saat melihat menu baru berjudul ‘Poppers’ di KFC dan berniat untuk mencobanya nanti siang.

08:00AM
Balik lagi ke hotel buat duduk-duduk di sofa lobi, bareng seorang bule yang sibuuuk banget baca-baca buku traveling Kuala Lumpur. Berhubung capek berat, gw tidak menyapanya, hanya senyum lalu duduk dan memejamkan kedua mata.
Gak berapa lama, si pemilik hotel datang dan berdasarkan info dari satpam, kami sudah bisa cek in. Langsunglah berdua ke meja cek in itu. Namun, tanpa ba bi bu, si pemilik hotel menolak kami mentah-mentah dan bilang cek in adalah jam 12 siang. Matilah awak!
Dan tanpa ba bi bu juga, gw langsung mendarat di sofa lobi kembali dan... TIDUR. Tak peduli berapa banyak bule ganteng seliweran ato ngejogrok di depan komputer, surfing the net. Yang pasti... gw cuapeeekk!

09:50AM
Temen gw mendadak ngebangunin dan bilang udah bisa cek in.
Entah apa yang dilakukan temen gw, sampe si pemilik hotel melunak seperti itu.
Alhasil, dapat juga sebuah kamar yang memang berkonsep ‘sharing’.
Saat mendapati kamar itu, temen gw sedikit protes [tentunya protesnya sih gak ke si pemilik], karena dengan harga yang sama bisa didapat kamar yang private dan nyaman.

Gw sih gak bilang kamar hotel itu tidak nyaman. Overall memang bersih dan homy apalagi untuk konsep sharing seperti itu. Gak heran kalo banyak banget bule [ganteng2 pula!] yang nginep di situ. Bisa dibilang, satu-satunya orang Asia ya.. kami berdua itu. Hanya, memang terlalu mahal. Karena dengan harga yang sama, bisa diperoleh hotel yang berbintang 3-an gitulah. Memang tidak di Bukit Bintang, tapi di daerah Puduraya, dekat terminal dan kurang nyaman.

Anyway, temen gw pun bersikeras untuk pindah ke hotel yang dulunya pernah ia tempati saat berkelana ke Malaysia pertama kali. Letak hotel yang ia maksud ada sekitar seratus meteran dari hotel tempat kita menginap itu. Intinya, sebelahan banget!
Berhubung gw sendiri pengen dapet pemandangan KL Tower dan Petronas [dibanding rumah susun di belakang hotel], gw pun menyetujui usulan temen gw itu.

11:00AM
Setelah mandi, kami berdua langsung cabut dari hotel untuk jalan-jalan keliling kota sekaligus cek in di hotel lain.

Sumpah! Hotel yang dimaksud temen gw itu, bener-bener hotel tua!! Pokoknya, saat memasuki hotel itu, daya khayal gw langsung membayang dan sebuah cerita thrill-horor pun tercipta, hehehe...
Tanggal cek in untuk keesokan harinya pun sudah tercatat di buku besar [!!] pemilik hotel itu. Intinya, besok gw bisa puas menikmati pemandangan kota Kuala Lumpur, bukan rusun kumuh di gang kecil belakang hotel, hehehhe.

11:20AM
Usai urus cek in untuk besok hari, tujuan kami berdua selanjutnya adalah ‘landmark tour’, diawali dengan Mesjid Jamek dan Dataran Merdeka. Intinya sih, hari itu adalah hari ‘laidback’ setelah letih menempuh perjalanan tak manusiawi itu.

Sebelum mengawali perjalanan, perut diganjal dengan menu baru KFC yang berjudul ‘Poppers’ yang dari paginya udah diincer itu.
Ah ya, saat mengantri di KFC, kami berada di barisan yang sama dengan sekeluarga dari Indonesia. Repot benar mereka, sampe harus nyewa taksi 2 mobil. Yaah, maklumlah keluarga borju yang gak mau susah tapi malah jadi merepotkan diri sendiri, hahaha. Owh, dan dua orang anak lelakinya, begitu eye-catchy dengan dandanan super sama: topi koboi, kaos berwarna PINK [!!], jeans panjang plus iket pinggang besar daan kaca mata hitam menggantung di hidung. Aiiih...

Empat bulatan Poppers, dan semangkuk pure kentang [tanpa minum, red] tersaji untuk dibagi berdua. Maklum, harganya cukup mahal dan kekayaan kami berdua saat itu hanya bersisa sekitar RM30-an.

11:45AM
Perjalanan dimulai dengan MTR. Sempet salah Mesjid, gara-gara warna kubahnya sama. Ternyata, Mesjid Jamek harus ditempuh dengan 2 kali MTR. Sampai disana pun, tidak bisa masuk maupun foto-foto karena memang harus berpakaian tertutup [saat itu kan gw bercelana pendek dan ber-t-shirt ria, pake sendal jepit pula]. Ya sudah, perjalanan dilanjutkan ke Dataran Merdeka yang lucunya, baru kami berdua pahami mengapa Dataran Merdeka itu jadi landmark penting di Kuala Lumpur di hari terakhir kami di Malaysia, hahaha!

Foto-foto sebentar disitu, kami pun merencanakan untuk makan siang. Enaknya dimana ya? Menurut info sih, diwajibkan mencoba makanan di Kampong Bahru. Nah loh, dimanakah itu berada?? Mau gak mau, naik lagi MTR. Di perjalanan ke station MTR Mesjid Jamek, terdapat sebuah bank yang menarik perhatian kami. Maklum, uang di dompet benar-benar menipis! RM30 untuk 2 orang?! Memang cukup, tapi tidak mungkin untuk waktu lama. Jadi, mau gak mau harus tuker currency.

Usai tuker currency yang tentunya kembali diselingi dengan penemuan sosok laki-laki lucu saat mengantri [sayang, saat kami selesai trading, laki-laki itu hilang. Jadi, gak sempet deh flirting], kami berdua berjalan menuju station MTR Mesjid Jamek.

Nah, di perjalanan, ada sebuah resto India yang menjual makanan aneh. Tanpa ba bi bu, kami memesan satu porsi untuk dibagi dua. Mau tau apaan itu? Batagor. Yup! Mirip batagor lebih tepatnya. Satu porsi itu ada sekitar 5 macam gorengan: tahu tepung, tempe goreng, bala-bala, tepung goreng yang ada warna oranye2nya entah apaan itu, dan fish-cake [semacem pempek gitu]. Nah, gorengan-gorengan itu dipotong-potong, disiram kuah yang mirip kuah kacang tapi lebih seperti kare, dan disisipi acar mentimun.


Rasanya??? Manis-asem. Enak sih, aneh tapinya. Mungkin seharusnya disiram kuah sambel, hehe.

01:00PM
Cukup mengganjal perut yang kosong akibat pengurasan otot kaki, kami pun langsung menuju station MTR Jamek yang terletak di seberang jalan. Tujuan mulia kali itu adalah: mencari surga makanan di Kampong Bahru [entah dimana itu].

01:27PM
Station MTR Kampong Bahru adalah station MTR terhening dan terjauh dari kehiruk-pikukan jalan raya a.k.a gak dipinggir jalan besar. Sumpah, kita berdua benar-benar lost in direction. Begitu bertemu dua orang anak SMA [ooh, jangan tanya, orang yang kita temui hanya mereka!!] langsung kita bertanya soal surga makanan itu. Untungnya, mereka memahami apa yang kami maksudkan [bukan resto, tapi HAWKERS!] dan menunjukkan arah berlawanan dengan yang semula kami jajali. Well, demi mencoba makanan khas Malaysia, kami pun kembali menyusuri jejak langkah yang kami tinggali di belakang.

Benar saja, 10 menitan setelah kami berjalan tepat dibawah terik mentari jam 1siang, kami berada di jalanan yang full warung makan khas Malaysia [kayak warteg gitu sih sebenernya]. Dari ujung ke ujung isinya warung makan dengan ragam nama dan jenis. Tapi, yang paling penuh ada di seberang jalanan menuju station MTR Kampong Bahru itu. Sistemnya sih, kayak tadi gw bilang, seperti warteg di Indonesia, tapi aneka macam masakannya... beuuuhh!! Puluhan!! Dari ikan, ayam, daging sampe segala macam sayuran dan acar. Bahkan, ada urapan juga! yang kurang sih sebenernya cuma satu: KERUPUK!!
Menu gw saat itu: tumis ceker ayam, tahu asem manis dan kangkung belacan yang pedes nian plus sambel tentunya. Beeeuuhh.. nasinya bow, banyaaak buuanget!! 3 kalinya porsi yang biasa gw makan! Minumnya? So pasti, es teh tarik doong. Dan berapa yang harus gw bayar untuk semua makanan dan minuman itu? RM2,3 saja!! Alias, kira-kira 7rebu perakan lah. Murah kaann?? Sama lah, kayak warteg Indonesia.

Selesai makan kenyang [bow, entah gw kelaperan ato kenapa, porsi segitu banyaknya abis aja gitu!!! Padahal kan sebelomnya gw dah makan Batagor aneh itu yaak?? Ckckckck...] kita pun berencana kembali menuju station MTR itu, untuk melanjutkan perjalanan ke station MTR KL Sentral.
Di seberang warung... [ohya, catatan gak penting, di warung tempat kita makan besar nan nikmat itu, ada yang jualan es leci. Sayangnya, kita terlalu kenyang, jadi gak sempet nyobain. Anyway, bukan es lecinya yang mau gw komentarin, tapi yang jualannya... BEUUHH!!! Ganteng! Sumpah! Mirip anak band gitu! Gw pikir dia mo makan ke warung itu, ternyata jualan! Biarpun pake celemek, tetep aja terlihat bening, hahaa!!!]
Oke, back to the story, di seberang warung tempat kita makan besar itu, ada warung yang jualan jajan pasar khas Malaysia. Liat-liat sebentar, ternyata gak beda jauh ama di Indonesia!! Ada kue bugis segala! Akhirnya, 6 buah cempedak goreng dan cikodok pisang [mirip cimplung tapi warnanya item nian] seharga RM1 pun pindah tangan. Lumayanlah, buat cemilan di jalan, walau akhirnya yang menghabiskan hanya temen gw, hehehe.

02:00PM
Tujuan selanjutnya adalah ke KL Sentral untuk cari bis yang langsung ke Terminal LCC untuk hari Minggu [12/08/07], sekalian berharap ada bis atau MTR yang subuh berangkatnya dari Bukit Bintang. Well, memang benar kalo bis KLSentral-LCCT berangkat sejak pukul 3 pagi, tapi untuk sampai ke KLSentral, sepertinya hanya bisa ditempuh dengan taksi berhubung Minggu nanti, flight ke Macau akan dimulai pukul 6:40AM waktu Malaysia. Mau gak mau, harus jam 4an udah otw ke airport bukaan?? Karena jarak Kuala Lumpur ke airport makan waktu 1,5 jam-an. Akhirnya booking tempat di bis untuk hari Minggu subuh jam 4:00AM deh.

03:30PM
Tujuan selanjutnya? HOTEL!!
We were dying for a good quality-sleep soale.

Sempet sih, liat-liat mall di Sungei-Wang yang kata gw sih mirip ITC gitu. Oia, temen gw beli pre-paid GSM card di Malaysia dan bener-bener murah cuuy! Mungkin, buat yang mobile banget, yang harus keep in touch dengan orang-orang di kampung halaman, ada baeknya sih beli nomer Malaysia. Jatohnya murah banget!

Sampai hotel, kami benar-benar jatuh tertidur. Baru malamnya Petaling Street yang dituju, sekaligus makan malam.

07:00PM
Petaling Street rendezvous.
Dari hotel, kami berjalan kaki selama kurang lebih 20menitan lah. Rencananya makan kerang bakar yang kata temen gw, lezat nian, di daerah Puduraya-Petaling itu. Eh, dicari kesana kemari, kga nemu-nemu, alhasil berakhirlah di sebuah resto, memesan sepiring nasi goreng ikan asin dan mie goreng plus ais teh tarik dan ais lemon tea. Lumayan enak juga. Mirip sama bikinan di Indonesia lah, secara masih satu lidah juga yaa??

Selesai itu, yang dituju adalah Petaling Street. Iseng-iseng lewat shortcut, malah nemu juga itu tukang kerang bakar!

Satu porsi seharga RM5 pun pindah tangan dan dihabiskan berdua [tanpa minum! Dasar irit apa pelit yak?].

Akhirnya, benar-benar menjejakkan kaki di Petaling Street [Chinnatown].


Cuma liat-liat doang, karena toh pada tanggal 19 Agustus nanti, kita kembali ke Malaysia untuk transit. Dan di Petaling Street itu, barang-barangnya sama seperti Melawai ato Mangga Dua, jadi gak menarik buat gw. Yang menarik buat gw hanya durian yang murah [tentu setelah nawar mampus, sampe tukangnya pusing sendiri] dan chesnut bakar yang aneh tapi enak [dapet gratisan soalnya] dan buah jambu biji tanpa biji yang maniis banget.

Balik dari Petaling bawa 2 buah durian yang udah dilepas dari kulit dan kembali menyambangi warung kerang bakar demi segelas lemon ais buat numpang menghabiskan durian itu [berhubung gak ada hotel yang memperbolehkan bawa duren ke kamar], ahaha!


10:30PM
Hari itu, ditutup dengan... KEKENYANGAAAANNNN!!

--end of The Traveler’s Journal part III: Kuala Lumpur – “feels like HOME” --

_______________________________________
the sums:
buat banyak hal, Malaysia emang gak beda jauh sama Indonesia, makanya biarpun negara beda, rasanya tetep berasa di kampung halaman sendiri, walau minus monorail yang dingin, bersih en rapi hehe.

Thursday, August 30, 2007

Don’t love you [like I did yesterday]

No behind story of this song, really.
And for some reasons, not one of my favorite songs of ‘My Chemical Romance’, thou yea… it sounds catchy and I sing along every time listening to it.
But for some reasons too, this song is back on the ears of me after so many times not tuning in.

No no… it’s not like I’d just got my heart broken, NEA!!!
It’s just… I watched their live act at Rock am Ring 2007 on MTV last nite and at somewhat level that song struck me to the bones. Was it because the way Gerard Way sang it or simply because the line…”I don’t love you, like I did yesterday”? ehmm… I don’t know.

I guess, the how you listen to a song affects to the way it tells you the story.
Hmm… now I’m a bit confused of what I’m trying to say… HA!!

Whatever! Let’s just let it flow into your ears… okay?



I don’t love you
by my chemical romance

Well, when you go
Don’t ever think I’ll make you try to stay
And maybe when you get back
I’ll be off to find another way

And after all this time that you still owe
You’re still the good-for-nothing I don’t know
So take your gloves and get out
Better get out
While you can

When you go
Would you even turn to say,
“I don’t love you, like I did yesterday”

Sometimes I cry so hard from pleading
So sick and tired of all the needless beating
But baby when they knock you
Down and out
It’s where you ought to stay

And after all the blood that you still owe
Another dollar’s just another blow
So fix your eyes and get up
Better get up
While you can


____________________________________________
in the middle of the making of “the traveler’s journal part VI [published coming soon!]

well, a bit break is needed to freshen up the mood, rite?!

The Traveller’s Journal part II: Singapore – it’s all about “no pain no gain” thingy

August 8th, 2007

04:50PM

Merapat juga di Singapore, hurraaayyy!!!!
Langsung ngantri buat urus keimigrasian yang sumpah panjang banget antriannya dan so pasti membosankan karena DILARANG berfoto-foto ria. Taruhan deh, pasti orang-orang keimigrasian Singapore gak ada yang narsis, hahaha!!!

05:30PM
Baru benar-benar kelar urus keimigrasian. Oyaya...sempat juga berflirting ria dengan mas-mas keimigrasiannya, hahaha!
Oke... tugas utama adalah menukar uang buat bekel jalan. Dan yang terpenting adalah... mengumpulkan nyawa yang disebar gratisan. Nyawa disini maksud gw adalah PETA.
Yup! A MAP.
Buat traveller, khususnya yang single fighter tanpa bantuan agen tour apapun, peta adalah nyawa paling utama. Jadi, jangan sungkan untuk mencomot peta. Namun sebelumnya, perhatikan dulu, peta apa yang dicari dan bahasa apa yang dipergunakan. Kan gak lucu, maunya ke tengah kota malah dapet peta pulau Sentosa pake bahasa Mandarin pula. Wassalam!!




Setelah puas foto-foto di depan Harbour Front Center yang merupakan pelabuhan sekaligus mall dan gedung perkantoran, gw dan temen gw pun langsung cabut menuju halte bis yang berada di seberang pelabuhan. Tujuan selanjutnya adalah Golden Miles Complex dengan harapan dapet tiket bis ekspres langsung Singapore – Malaysia.

Well, it was obvious that me and my friend were the center of attention, since we were the only persons carrying big luggage here and there. Hmm... and to be underlined, it was the peak hours.

Selama perjalanan ke Golden Miles Complex, kepala dan mata ini gak henti-hentinya celingukan dan lirik kanan kiri. Maan... whatta great views they have!! Gilaaa... begitu tertata rapi deretan gedungnya, begitu bervariasi antara bentuk victorian dan modern building. Taman-tamannya, manusia yang seliweran. Semua terlihat begituuu berbeda dengan apa yang ada di Jakarta.

06:30PM
Golden Miles Complex finally!!
Dan yaa... semua bis was fully booked, since the day after was the Singapore’s independence day that made everyone went traveling to Kuala Lumpur [either for shopping or just visiting families]. Jadi, last option adalah... NGETENG! Yup! [note: tiket kereta api ekonomi PUN fully booked]

Berhubung berencana melakukan perjalanan malam dan masih punya waktu tiga jam sebelum memulai gerilya, maka gak mungkin membunuh waktu dengan belanja di Little India maupun Orchard [3 hours for shopping?! It’s impossible dude!!]
So where to go?! The Riverside, dengan tujuan Esplanades, Merlion dan Lau Pa Sat.
By what? By FOOT!!!
Yup! We went there walking along the pedestrian from Raffles to Lau Pa Sat. And it was a killing!
I know... but anyway it’s a walking distance away, so why would mind going there by bus or taxi?! Let’s just WALKIN’, hahaha!






07:11PM



Esplanades.
Damn it’s a nice gorgeous building ever!
Salut buat yang bikin. Sayangnya, lampu-lampunya kurang terang, jadi kurang menggambarkan bentuk si Esplanades itu [dan bikin poto2 tampak gelap juga, hiks].
Sedikit melepas lelah di jejeran sofa di lobi gedung dan berbasa-basi dengan seorang wartawan Asia Chanel, tentu diiringi tatapan heran orang-orang yang seliweran di gedung itu. Yah, pastinyalah, saat semua orang sudah tampil chic, wangi dan well-dressed, siap untuk nonton konser/theater, gw dan temen gw malah tampil bak gelandangan [kumel, kusut, bau, lepek] bawa-bawa backpack 65 liter, haaah...



07:22PM
Heading to Merlion park, sambil menikmati satu bar es krim choco chip seharga SG$1 untuk dimakan berdua yang saat itu terasa uuenuaaaakkk buanget [the yummiest ice cream ever tasted] saat ular-ular dalam perut menggeliat hebat gara-gara kelaparan.




07:30PM
Merlion at last!!!
Di Merlion Park, cukup hanya menghabiskan setengah jam-an untuk foto aneka gaya dan menikmati pemandangan malam Singapore.
Yeah, ke Singapore emang belom lengkap kalo belom poto bareng si singa jadi-jadian itu, hahaha.


Setelah itu, ular-ular yang udah protes di dalam perut sepertinya tidak bisa menunggu lagi dan memaksa kedua kaki untuk segera melesat ke Lau Pa Sat yang jaraknya sekitar kurang dari 1 kilometeran dari Merlion Park. Naek bis? Tanggung! Jadilah otot kedua kaki kembali bekerja ekstra.


08:00PM
Lau Pa Sat!!! It’s dinner time!
Lau Pa Sat bisa dibilang adalah food centre tengah kota yang menyiapkan ratusan aneka makanan dengan ragam harga dan rasa. Jadi, asal punya duit, silakan nikmati aneka jenis makanan deh di situ!



Dari referensi di internet, semua menyarankan buat nyobain sate terenak di situ. Tanya sana sini [tentu dengan diiringi lirikan heran seluruh pengunjung food center itulah], akhirnya sampai juga di depan sebuah stall sate ternama itu. Letaknya stall sate itu ternyata di luar gedung dan disitu berderetlah stall sate aneka nama, rasa dan harga. Yang ‘katanya’ paling beken terletak di ujung jalan. Di stall itu, tersedia paketan sate [5 sate ayam, 5 sate kambing, 5 sate udang, 5 sate sapi berikut lontong] harganya sekitar 20SGD. Berhubung isi kepala sudah terkacau sempurna, dengan linglung gw udah mau pesen paketan itu aja, lalu mendadak temen gw membangunkan gw dari kebingungan itu. Bow, sate paan seharga 120rebu?! Alhasil, berdua pesen 10 tusuk sate domba plus dua biji lontong ditambah sepiring Hokian Mee dan dua gelas minuman dingin [air mineral dan teh tarik].

Saat seluruh menu tersedia di meja dan lidah ini mengecap rasa, mendadak seluruh perasaan excitement hilang begitu saja. Mungkin, orang Singapore belom pernah nyobain sate Madura ato sate buntel Solo ya? Makanya yang seperti itu aja dibilang terenak seantero jagad. Dan Hokkian Mee yang dipesan? Olala, sepertinya rindu ‘kali diri ini dengan indomie rebus pake telor dan kornet bikinan abang-abang kaki lima di pinggir jalan Indo...


Oya, disitu, kami berdua bertemu dengan suami istri Punjabi. Tadinya sih, mau sekalian tanya, berniat apa engga bikin sinetron yang bercerita soal lika liku kehidupan backpacker. Mungkin aja, gw dan temen gw bisa ikut berpartisipasi di situ. Ato mungkin gw yang nulis skenarionya? Hahaa!!


08:46PM
Bye bye Lau Pa Sat!
Jarum jam dah nunjuk angka hampir jam 9 saat semua hidangan habis setengahnya [jangan tanyalah, bagaimana mie jahanam tak berasa itu bisa masuk ke dalam perut gw]. Itu artinya, waktu untuk segera beranjak meneruskan perjalanan meninggalkan kota Singa itu.

Celingukan cari station MRT untuk menuju station MRT Bugis, seorang lelaki berpotongan eksmud dengan sedikit heran pun membantu menunjukkan station MRT yang kebetulan banget berada tepat di lantai basement gedung kantornya. Tilik ditilik, dirinya ternyata abis beli kopi buat teman ngelembur. Sayang, kartu nama tidak dihand-over ke tangan laki-laki baik hati itu, saking terlalu hectic-nya.


09:30PM
Station MRT Bugis.
Setelah sedikit norak dengan sistem tiket transportasi MRT Singapore dan tanya information center soal Terminal Bugis, berdua pun celingukan di depan station MRT Bugis itu. Olala, apapun yang dikatakan Sang Informan tadi, sepertinya tidak semembingungkan setelah berada di luar station. Alhasil, menghampiri dua orang perempuan muda yang tengah duduk di situ dan apa kata mereka? “go by MRT, it’s a lot safer than bus!” Dan mereka pun memberikan informasi yang sangat jelas bagaimana mencapai terminal yang kami tuju itu.
Jadilah, kami berdua kembali memasuki MRT, setelah mampir sebentar ke Bugis Market yang jaraknya hanya sekian langkah dari station MRT Bugis, buat membeli sedikit pernak pernik dan minuman aneh rasa lemon yang nasibnya berakhir di tempat sampah.


10:12PM
MRT to Kranji

Memang benar kalo dibilang MRT is a lot safer than any other transportation system. Terbukti dengan, saat itu sudah jam 10 malam dan masih banyak berkeliaran perempuan-perempuan muda sepulang kerja, dengan pakaian super mini, di MRT. Sedikit amazed juga, mungkin kalo di Jakarta, perempuan sendirian dengan pakaian super mini menaiki bis atau kereta, bisa-bisa berakhir dengan mengenaskan atau minimal dikomentarin mulut-mulut iseng. Tapi tidak dengan Singapore. DAMN!!

Akh, ya... satu lagi yang khas dalam MRT adalah kegilaan anak-anak muda dengan... Playstation/Game. Gak aneh ngeliat anak-anak muda entah itu sambil duduk maupun berdiri nyender di dinding MRT, menggenggam Game Player dan asik tenggelam memecahkan rekor. Sepertinya, itu adalah bekal wajib dalam MRT. Ada dalam SOP perjalanan dengan MRT.

10:37PM – ...... [the following day]
from Kranji to Terminal Larkin Johor Bahru


Jangan berpikiran Kranji itu sebuah terminal bis atau pool bis menuju perbatasan Malaysia. Karena gak mungkin nemu! Simply hanya sebuah halte bis. Yup!
Malam itu, ada puluhan orang yang juga mengantri bis yang sama. Ada tiga bis yang bertujuan sama mengangkut orang untuk ke perbatasan [sayang, lupa nomernya!]. Janganlah berharap ada keteraturan antri saat itu. Olalala, itu artinya harus berjuang desak-desakkan demi lolos ke dalam pintu kecil itu dan berhimpitan dalam bis dengan beban berkilo-kilo tersangkut di kedua bahu.

Dua kali perhentian untuk kontrol imigrasi, dan itu artinya kembali berebutan keluar dan masuk bis.
Yayaya... untung saja jiwa brutal penumpang KRL ekonomi Jakarta-Bogor masih melekat di jiwa ini, jadi tanpa peduli siapa yang disebelah, sikut dan kaki siap menyodok dan menginjak mereka. Peduli amat diprotes abis pun!! Hahaah!! [bermanfaat juga training PJKA Indonesia yaa??]

Sampai di Terminal Larkin Johor Bahru, waktu sudah menunjukkan kurang lebih pukul 01.20AM waktu setempat.
Yayaya... memang mengerikan sekali. Gelap dan tentu saja asing dengan bahasanya, walau Melayu yang notabene masih bisa dimengerti telinga Indonesia. Yang pasti, gw dan teman gw adalah mangsa menggiurkan [in both meanings] bagi para calo-calo pemangsa itu. Tentu saja, kios bis resmi sudah tutup dan tak mungkin melakukan apapun kecuali mengikuti maunya para calo.

Bargaining is still a MUST! No matter what. Gw lupa awalnya calo itu menawar berapa yang pasti, pada akhirnya gw mengeluarkan duit sebesar RM60 untuk berdua [@RM30]. Apa mau dikata? Kga ada lagi bis resmi!
Untungnya, bis itu nyaman, berAC dan yang penting, penumpangnya ramah. Itu aja.

Belum juga berangkat bis itu, gw sudah membalur tubuh dengan counterpain, mencolok kedua telinga dengan earphone dan... bye bye real world alias TIDUUURRR.

Entah ditengah belantara mana, mendadak udara begitu dingin menusuk hingga ke tulang, membuat gw terbangun, menutup seluruh tubuh dari kemungkinan serangan semilir angin AC dan mengeluarkan senjata pamungkas: selimut kain yang lumayan jadi tambahan pelindung tubuh.
Sedikit memalingkan pandangan keluar jendela yang menyajikan pemandangan hutan ditengah kegelapan, gw bergidik sendiri dan baru sadar kalau pantas saja udara terasa dingin menusuk, lha wong diluar lagi deras-derasnya hujan turun.
Tanpa menanti lebih lama, kembali diri ini jatuh tertidur. Sambil merasakan denyut-denyut memar di seluruh tubuh, haha!!
ZZzzzzz.....

--end of The Traveller’s Journal part II: Singapore – it’ all about “no pain no gain” thingy --

the traveller's journal edition:

1. the traveler’s journal part I: “when the journey begins in…… chaotically”
2. the traveller’s journal part II: singapore – it’s all about “no pain no gain” thingy
3. the traveler’s journal part III: kuala lumpur – “feels like home”
4. the traveler’s journal part IV: genting highlands malaysia – craving for more thrilling rides
5. the traveler’s journal part V: the skybridge petronas malaysia – beauty in stealth
6. the traveler’s journal part VI: macau – getting lost in translation and direction in a gambling paradise
7. the traveler’s journal part VII: macau – unbelievably ‘friendly’ people [in cynically mode on]
8. the traveler’s journal part VIII: hongkong – the city of lights, rain [plus typhoon] and.... crowds
9. the traveler’s journal part IX: hongkong – disneyland “the land to spoil your childhood side”
10. the traveler’s journal part X: hongkong – viewing hongkong from high above & getting stoned over....shoppin’
11. the traveler’s journal part XI: g’bye hongkong-macau, welcome to bangkok!
12. the traveler’s journal part XII: grand palace thai and tour the gems boutiques
13. the traveler’s journal part XIII: thailand-chatuchak... shop till you drop!!!
14. the traveler’s journal part XIV: back to kuala lumpur – night at the twin tower
15. the traveler’s journal part XV: let’s get back 2 werk!!!
16. travelin’ highlights: before


____________________________________

the sums:
Yang pasti, perjalanan di Singapore menyisakan rasa sakit dan memar yang cukup melebam di tubuh akibat rasa letih yang menyerang jiwa raga dan seluruh persendian tubuh setelah berjalankaki dan gendong ‘anak’ selama total 9 jam tanpa kesempatan benar-benar melepaskannya, sebelum akhirnya mendapatkan waktu dan tempat ‘nyaman’ untuk melepas lelah a.k.a tidur dalam bis.

Memang tepat kalau dibilang, “no pain, no gain.”

Well, it is... indeed!!

Tuesday, August 28, 2007

The Traveler’s Journal part I: “when the journey begins in…… chaotically”

August 8th, 2007

02:30AM
“Wake up! Wake up! This is it babe!”
And the arms were wide open, ready to embrace the new adventure.

04:00AM
Sitting calmly, a bit sleepy thou, on the DAMRI bus heading to Soekarno-Hatta International Airport [Cengkareng]. Secretly whispering hopes and prays that everything would be just fine and going smooth.
Dear God, this is it. This is what I’ve been waiting for. Kindly You would grant me making it come true. Please be with me thru all the paths I choose to walk on and all the steps I make. Anyway, I’m ready for the worst.

05:30AM
Soekarno-Hatta International Airport Terminal 1A.
Let’s checking in!!!

06:25AM
Bandara Soekarno-Hatta Terminal 1A, Gate A5.
Duduk manis di sebuah pojokan, memejamkan kedua mata untuk sesaat dan melayangkan berbagai SMS pamitan dan mohon doa restu ^_^

Dan saat itulah sebuah pengumuman terindera oleh telinga dan menimbulkan percikan emosi bertegangan tinggi sebagai akibatnya. Yup, satu buah kata sakti peremuk suasana: DELAY.
Betul sekali! DELAY saudara-saudara! Padahal, sekian menit sebelumnya, gw baru mengomentari masalah itu! Dan berapa jam DELAY itu berlangsung?
2jam saja.
Alaa, cingcay lah?
Kompensasinya? Satu kotak sarapan berupa: nasi putih, mie goreng sekian gelintir, tumisan beberapa pucuk sayuran, perkedel jagung [atau tepung ya?] selebar telapak tangan dan air mineral gelas.

08:30AM
Bandara Soekarno-Hatta Terminal 1A, Gate A5.
Kressskk..kressskk... “kepada para penumpang pesawat $%&&^%*^* dengan nomer penerbangan &*(^% tujuan Batam, mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena penerbangan kembali ditunda hingga pukul 10, blablabla...”



DAMN!!!







09:55AM
[masih] Bandara Soekarno-Hatta Terminal 1A, Gate A5.
Posisi kali ini? Berbaris manis di pintu Gate, terutama setelah melihat ada sebuah pesawat maskapai penerbangan $%&&^%*^* yang mendarat.

Satu menit. Dua menit.
“Kepada penumpang pesawat $%&&^%*^* dengan nomer penerbangan &*(^% tujuan Batam, harap menunggu 15 menit lagi untuk check-up pesawat”
Owwkee.....
Berhubung tanggung udah ngantri, maka antrian pun gak bubar walaupun penerbangan diselak sama yang ke Lampung.

Dua puluh menit....
Empat puluh lima menit....

And we were still queuing there.
While the last plane we saw had flown away
Waiting...and waiting.

“HEY!!! Where is the f%^&in’ airplane?!?!”
“We’re sorry, but we do not have any plane’s left, sir.”
WTF?!?!

Yah, begitulah informasi yang diperoleh. Tidak ada pesawat yang membawa sekian ratus penumpang ke Batam entah hingga kapan waktunya itu.
Berapa suhu darah saat itu? The boiling point was above 6000 degrees.

Dan BOOM!!!



Terjadilah pecah perang antara penumpang dan awak maskapai penerbangan tersebut. Wuiih, jangan tanya seganas apa mereka mencaci maki maskapai penerbangan itu.
Mungkin, kalau saja pihak bandara tidak ikut turun tangan, bisa dipastikan Gate A5 Terminal 1A tertutup untuk selamanya terhitung sejak hari pemilihan Gubernur DKI 2007.

11:25AM
yayaya… maasssiiiihh di Bandara Soekarno-Hatta Terminal 1A Gate A5.
But this time, we were back to the queuing line!!!

Yup! Setelah pecah perang itu, akhirnya pihak maskapai penerbangan, dengan secara ajaib memunculkan sebuah pesawat Airbus untuk membawa kami menuju kota transit sebelum menyebrang menuju pusat-pusat perbelanjaan tersohor di negeri tetangga.

Bagaimana keadaan pesawat itu? Entahlah.
Yang pasti, penerbangan kali itu, diiringi oleh pesan terakhir dari salah satu flight attendant dengan kalimat, “mari kita berdoa demi kelancaran perjalanan ini dan selamat mendarat di Batam.
Aiih... Sejak kapan kalimat itu disertakan dalam setiap penerbangan??? Walau temen gw udah ‘sedikit’ panik, dengan sok cool-nya gw bilang, “ah, itu biasa kok.” Padahal mah, dalam hati, gw dzikir terus, apalagi saat mendadak mesin pesawat mengeluarkan suara-suara tak menenangkan jiwa ini ditengah-tengah penerbangan.

1:30PM
Finally, touching down Bandara Hang-Nadim Batam!!! [dengan selamat sentosa]
Syenangnyaaa...
Namun, mendadak seluruh excitement hilang menguap diserap panasnya mentari Batam yang sumpaaahh, panaas menyengat buanget!
Gw gak bisa ngebayangin kalo gw dapet tawaran buat pindah kerja ke Batam, akankah gw ‘dare-enuff’ to take the challenge, since I can not live under the full-sun.

Tugas selanjutnya adalah puter-puter kota sekilas dan mengisi perut yang sejak tadi meronta hebat dengan samangkuk nasi soto SOLO entah di sudut kota sebelah mana. They looked the same to me.

02:52PM
Batam Ferry Center, tempat starting point gw dan temen gw untuk menginjakkan kaki di negeri seberang, saat itu. Letaknya dimanakah Batam Ferry Center itu? Tepat di seberang Megamall Batam [tetep ya bow’ yang diinget itu mall... hahaha]

Akh ya... the fares!!
Penguin Ferry Batam-Singapore = SG$12 [one way], SG$22 [return]
Sea tax: SG$3
Fiskal: IDR500,000.00
[ps: but we just paid the fiskal, hehehe. ^_^V thanks Ivan!]

03:45PM
Duduk dengan manis di barisan depan kapal ferry berjudul ‘Penguin’ itu.
Melengkapi dokumen imigrasi, menikmati sekelumit gossip dan sinetron dari televisi yang digantung di bagian depan, diakhiri dengan helaan takjub saat melepaskan pandangan keluar jendela.





04:45PM
Singapore..... here we come, finally!

--end of The Traveler’s Journal part I: “when the journey begins in…… chaotically” --

the traveler's journal edition:

____________________________________

the sums:
rencana memang bisa dibuat se-sempurna mungkin. Tapi kalau urusannya adalah DELAY 5 jam, hmm... wassalam!!! Gak hanya rencana yang bubar, MOOD pun langsung DROP dan pastinya siap untuk MAKAN ORANG, ^o^

Tuesday, August 21, 2007

Home... at last


After 12 days away from home and living in misery ways [nothing exactly to call food for days and how expensive the mineral water was], finally I touched down the house last night [no photo was taken since the memory-card was running out of space ^_^V]

Though I miss home, I miss my little footprints I left behind a lot, and wishing that there’ll be other chances to trace them back or maybe making new footprints?

One thing I miss is the atmosphere.
Where you can experience new things, hear new sounds, eat new kinda food [like deep-fried insect], taste new kinda life, see new faces… just every little new thing.
Of course, since you’re an outsider, you are allowed to disappear in “no-name-ity”.

And those kinda things are what I miss a lot.

Well, since I’m home again now, I’ll just let myself walking the straight line [again] and expecting the possibility to draw another sideways to walk on and embrace the new world.




[miss every single moment spent in the outer ‘world’ of mine]

ps:
more story on roads later…
[really need times to recover my inside,ha3]
____________________________________
[on ears] phantom planet - California
hmm, just wondering when the time for me heading to California is

Monday, August 06, 2007

Attention!

Since the blog owner has an ambition to ‘see the world’ and apparently got a chance to make it come true, I’m here announcing that this blog will be temporarily off-stories for [almost] two weeks straight starting from August 8th to 20th of the same month.

Hopefully by the end of this August, the blog owner can be able to share some interesting stories from abroad telling you the exciting things to get lost in translation and direction.

Just pray for the goods may come so that this creature is be able to come home alive, save and sound.
While here, me, got anxious in an exciting way, can’t hardly wait for the moment to come and finally feel the sweetest breeze of summer.

^_^Vpeace out!!


when: August 8 to 20
destination: sing-malay-macau-hongkong-thai
mode: backpacking
cost: very budget
__________________________________
[on ears] incubus – summer romance
when we get there, we’re gonna fly so far away. Making sure to laugh while we experience anti-gravity

Thursday, August 02, 2007

six packs men parade

Gak bermaksud niat-niatin diri, gak juga memiliki minat berlebih pada laki-laki six packs, tapi kemarin malam gw pun menyempatkan diri buat berada di dalam gedung tempat berlangsungnya “grand final L-Men ManHunt 2007”.

Hell yea, jangan langsung nyureng dan mengernyit geli. Percayalah, dari sejak sobat gw bilang kalo dia lagi ngurusin acara itu, gw udah salah tangkep.

Hingga gw berada di dalam venue, duduk dan menyaksikan Gladi Resik pertunjukan itu, gw baru menyadari kalo acara yang lagi dipartisipasiin sobat gw itu adalah acara final laki-laki berperut kotak-kotak.
Selama ini, gw pikir ‘element live in concert’, secara sobat gw itu bilangnya, “iye, gw ntar ngurus acara elmen gitu. Live pula. Dateng ya loe. Awas klo engga!”
Pikir gw, band Element ngeluarin album baru terus make sobat gw, hahaha gak kepikiran kalo lagi ada keriaan pencarian laki-laki terkotak itu soalnya.

Well, selama duduk mantengin gladi resiknya sih, gw cengar cengir sendiri.
Kenapa? Karena selama ini gw seringkali mengerutkan kening setiap berpapasan dengan laki-laki bertubuh kotak-kota itu. Apalagi kalo ke fitness center dan bertemu macam mereka.
Something makes me unease seeing those packs. Dan malam itu, they were just walking around in front of me. Seliweran sana sini tanpa atasan a.k.a topless aja gitu.

Jujur sih, gw gak pernah keberatan dengan tubuh laki-laki yang entah memiliki berapa kotak itu. But if it’s meant for showing off... eugh it’s not interesting at all.

Dan itulah yang terjadi di malam itu, ‘showing off the packs’. Sepertinya, mereka membuat kotak-kotak itu hanya untuk komersil. But hell, what’s not commercials these days bukan??

Tapi gak egois juga sih. Kaum perempuan punya rentetan acara “beauty pageant” [yang mungkin membuat beberapa jenis laki-laki mengernyit geli], maka laki-laki pun punya “beauty pageant”-nya sendiri [yang juga membuat beberapa jenis perempuan seperti gw mengernyit geli] dalam bentuk yang beda tipis.

Sah-sah aja kok. Toh pada akhirnya, penilaian seseorang tidak semata-mata hanya didasarkan dari berapa kotak yang terbentuk di perutnya bukan?
Mata gw pun sesekali terpaku pada satu dua lelaki berkotak-kotak itu yang cukup menarik untuk dilihat.

Anyway, berhubung gw tidak kepikiran bakal duduk dan menyaksikan laki-laki bertelanjang dada seliweran kesana sini, maka gw pun tidak dilengkapi dengan peralatan perang yang memadai a.k.a kamera, untuk menangkap momen-momen tak biasa itu ~_~
Padahal kan lumayan buat ditaro di blog. Mungkin nanti bisa nyari di google, kalo gw niat, haha!

Congratulation for all the winners of “L-Men ManHunt Indonesia 2007” then, yang saat pengumumannya malah gw lewatkan dengan bergosip seru dengan teman yang lain di seberang sana ^_^

____________________________

tetep badan yang oke di benak gw adalah badannya Brandon Boyd [kotak-kotak yang pas dan emang atletis gak diatletis-atletisin, hehehe], yummeeh!!!