Ada untungnya juga menjelajahi tempat baru dengan modal sepasang kaki, walau itu artinya harus bawa persediaan paru-paru lebih dan counterpain segudang, hehehe.
Sepulang dari menikmati Chicken Rice Pa Don (Culinary Walk pt. 3), kami memutuskan untuk.... JALAN KAKI dari Temple Street ke Mongkok *grinning*
Apakah itu jauh?
Jawabannya tidak
Karena pada kenyataannya, jarak dua daerah itu adalah SANGAT jauh
Hahaha!
I’m so proud of my two beautiful feet!!
Anyway, gak akan cerita betapa jauhnya tempat itu, yang mau gw ceritain adalah keberadaan warung makan yang cukup tersohor seantero Hongkong ini, yang kami temukan secara tidak sengaja.
Dari Temple Street, kami sampai di daerah Jade Market, tempat yang lebih banyak menjual aneka suvenir dan barang-barang langka. Mungkin kalo direndengin sama Jakarta, sekitaran Jalan Surabaya kali ya? Tapi versi miniaturnya.
Nah, sibuk liat kiri-kanan, kami tak menyadari kalau sudah sampai di penghujung jalanan itu, yang ternyata tidak didominasi oleh tenda jualan suvenir/fashion, melainkan makanan
Agaiiinnn?!?!
Yah, terbukti memang, kalo orang-orang Hongkong itu demen buanget makan sepertinya.
Babi...babi..babi...dan aroma tubuh paman buntet berwarna pink itu terus menerus menguar menusuk indera penciuman gw. Untung, udah lumayan terbiasa, hihi.
Namun diantara aroma babi, gw mendapati aroma lain. Kayak nasi kebakar.
Lalu mulailah gw memperhatikan isi restoran/kedai yang gw lewati itu. Ternyata, berderet-deret itu adalah kedai claypot rice.
Gw belum sadar sampe gw mendapati nama, dan gambar di papan yang berdiri di depan kedai-kedai itu.
“HING KEE RESTAURANT – Claypot Rice & Oyster Cake”
Mata gw pun membelalak lebar, “HAAA?!?! Ini tempat yang gw cari itu!”
Gila!
Sekali lagi: sebuah kebetulan yang indah!
Sontak gw ngajak temen gw nyoba, tapi secara perut masih fully-tank, alhasil kami pun menangguhkan niatan mulia itu hingga keesokan malamnya.
Keesokan malamnya, kami pun menjalankan misi mulia tersebut.
Tanpa ragu, memasuki resto berukuran sempit (sempit banget! Kayak warung baso!), duduk bersama beberapa ori yang tengah menikmati nasi dan oyster cake.
FYI, Hing Kee Restaurant ini memang kesohor di HongKong sebagai pioneer claypot rice dan oyster cake. Restoran-nya sih sebenernya hanya satu atau dua (kecil pula) tapi di sepanjang jalan itu juga disebar meja dan kursi yang gunanya buat nampung pengungjung resto yang gak ketampung.
Oke, back to what happened in that restaurant.
Disodori buku menu, gw pun memilih “oyster cake” ukuran sedang dan “chicken & black mushroom claypot rice”.
Semuanya dilakukan dengan tunjuk gambar saja, hehehe.
Tunggu ditunggu, ternyata... lama yee!
Menu pertama yang sampe di meja adalah “oyster cake” atau bahasa kerennya “dadar tiram”, hehehe.
Jadi, “oyster cake” itu adalah dadar telur dengan bawang daun yang banyak dan daging (kerang) tiram yang gak kalah banyaknya. Disajikan panas-panas dan disantap dengan soysauce/sambal.
Rasanya?
Ehm.... sebagaimana rasa dadar telor pada umumnya memang, hanya saja yang unik itu ya si tiramnya. Mungkin karna komposisi daging tiram dan bawangnya lebih banyak, maka bisa dikatakan enak, karna gak rugi ngeluarin 20$ untuk tiram sebanyak ini, hihi.
Udah ngalor ngidul ngomongin banyak hal sampe diskusi pesbuk segala (hiperbolis deh), claypot rice kga dateng-dateng. Sempet berpikir jangan-jangan dilupakan. Mana pelayannya sibuk berCecetCowet dalam bahasa nenek moyangnya pula! Jadi berasa dibodohi dan diomongin, padahal mungkin enggak ya? (ini salah satu alasan kenapa gw merasa perlu belajar bahasa asing. Biar tau kalo diomongin, trus bisa gw jawab gitu!)
Yang ditunggu-tunggu pun datang, setelah sekian lama menanti.
Satu panci kecil tanah liat yang tertutup dan dalam kondisi super panas ditangkringin di meja depan idung gw.
Penasaran, gw pun mengintip isinya: nasi yang hampir memenuhi panci, potongan-potongan besar ayam dan potongan-potongan sedang jamur shitake, dilengkapi dengan potongan daun bawang segar.
Sontak, aroma khas nasi bakarpun menggelitik kedua hidung.
Ambil poto dulu dooong!
Puas mengabadikan, gw pun mengadukaduk isi claypot itu dan aroma nasi-jamur-ayam-rempah-rempah pun makin menerjang hidung hingga menembus lambung. Napsu gw meronta-ronta ingin segera mencicipnya..
Hap!
Hmm.... enak ato lebih tepatnya unik
Rasa rempah Cina-nya kerasa (sepertinya memakai arak juga)
Tapi bumbunya kurang lekooh (dasar orang Indonesia!)
Alhasil, gw tambahin deh soy sauce, gw aduk sampe rata dan gw tutup kembali untuk sekian detik, biar lebih meresap.
Kali kedua, rasanya lebih baik dan memang jadi lebih nikmat.
Apalagi setelah sedikit dituangi sambal, biar lebih menggigit.
Sepertinya ini hak prerogratif customer yang dijunjung tinggi oleh si pemilik resto: bebas berkreasi dengan bumbu, hihi.
Gw suka dengan sensasi kematengan si nasi itu sendiri. Gak lembek, tapi juga gak keras. Kering tapi tetep lembab. Lalu bumbu rempahnya gak merusak totalitas rasa. Baik rasa nasi, ayam, dan jamur itu berdiri sendiri-sendiri tapi begitu masuk mulut, semuanya mengaduk. Biarpun udah ditambah soysauce maupun sambel, originalitas rasanya gak rusak.
Secara baru juga nyobain claypot rice, gw gak punya referensi lain, maka itu gw bilang sih claypot rice di Hing Kee Restaurant itu enak
Beberapa temen gw yang nyobain sih bilang cukup enak.
Oia lucunya lagi, selidik diselidik, temen gw ada yang pesen duck tongue claypot rice.
Tebak-tebak yang dateng apa??
Claypot rice dengan topping paruh bebek. Harganya paling mahal (mungkin karena untuk satu pot membutuhkan 10ekor bebek untuk diambil paruhnya doang yaa??hehe)
Sayang gw kga nyobain tuh karna rombongan pertama sudah selesai makan saat kami datang ke resto itu.
Anyway, claypot rice dan oyster cake itu sendiri memang jadi makanan khas di Hongkong. Ada beberapa restoran lagi yang juga menyajikan kedua menu tersebut dan tersebar di penjuru negara bekas jajahan Inggris itu. Kemungkinan besar sih rasanya gak beda jauh, tapi mungkin variasi toppingnya yang berbeda dari satu tempat ke tempat lain.
Well, lain kali kalo ke Hongkong lagi, mungkin gw harus menambahkan “berburu claypot rice” dalam jadwal, hehe.
Cheers!!