Tunggu... tunggu... pecinta olahraga yang satu ini, jangan marah dulu!
I’m a tennis-lover as well kok.
Hanya sekedar iseng merhatiin permainan tenis.
Dari dulu gw selalu berpikiran kalo olah raga tenis itu (yang international championship yaa), bener-bener olahraga manja. Gw selalu bilang, olahaganya anak manja yang borju, hehe.
I’m a tennis-lover as well kok.
Hanya sekedar iseng merhatiin permainan tenis.
Dari dulu gw selalu berpikiran kalo olah raga tenis itu (yang international championship yaa), bener-bener olahraga manja. Gw selalu bilang, olahaganya anak manja yang borju, hehe.
Gimana gak manja kalo sejak awal para pemain nginjekin kaki di lapangan, maka seluruh manusia yang ada di sekitarnya akan memberikan pelayanan super ekstra. Gak hanya official-nya tapi juga bahkan penontonnya.
Coba aja sebutin, active-sport mana yang secara terang-terangan melarang penontonnya bertereak menyemangati para pemainnya beraksi? Jangankan teriak, tepuk tangan aja langsung dipelototin. Bahkan demi menertibkan penonton fanatik yang nekat rame, chair-umpire bakal negur, “thank you, please!” dan disambung koor penonton laen yang peduli pentingnya ketenangan, mendesis, “SSSHHHHH!!!!!” ke arah penonton bengal itu. Hebat kan?
Bahkan binatang pun kena getahnya, bisa-bisa pemain berenti maen hanya gara-gara seekor kumbang tanah iseng keluar dari persembunyiannya di tengah lapangan untuk ikutan nonton.
Sebegitu pentingnyakah konsentrasi pada pertandingan tenis? Bukankah semua pertandingan juga perlu konsentrasi? Tapi kenapa hanya tenis yang repot bener menomersatukan konsentrasi pemain?
Gak hanya masalah konsentrasi, masalah ‘dilayani’ pun jadi masalah. Seakan yang main tenis itu adalah dewa.
Coba aja perhatikan fungsi dari keberadaan kira-kira 6 orang anak remaja yang terbagi rata di ujung-ujung belakang lapangan maupun di tengah dekat net. Mereka adalah ball-kids, yang tugasnya menurut buku primbon adalah membantu mendistribusikan bola dan membersihkan lapangan dari bola. Gak heran deh, kalo mereka ini jadi pemeran yang sering banget seliweran depan layar kaca ngejar-ngejar bola kuning itu. Kadang, bola muntahan servis yang gagal. Kadang bola hasil volly yang gak kekejar. Kadang, bahkan hanya sekedar bola yang dibuang oleh si pemain karena gak lulus seleksi dirinya sebagai bola ‘layak’ pakai, walau pada akhirnya akan dipakai-pakai juga kalo udah gak ada bola laen.
Fungsi ball-kids ini mendadak aja, jadi nambah jadi tukang handuk, tukang payung, sampe tukang ambil minuman. Saat sela giliran serve, mereka harus waspada dengan kode pemain, minta bolakah atau minta handuk. Mereka juga harus rela kalo pemain yang kesel karena kalah, malah mengembalikan handuk setengah ngelempar sampe kena muka mereka.
Coba aja sebutin, active-sport mana yang secara terang-terangan melarang penontonnya bertereak menyemangati para pemainnya beraksi? Jangankan teriak, tepuk tangan aja langsung dipelototin. Bahkan demi menertibkan penonton fanatik yang nekat rame, chair-umpire bakal negur, “thank you, please!” dan disambung koor penonton laen yang peduli pentingnya ketenangan, mendesis, “SSSHHHHH!!!!!” ke arah penonton bengal itu. Hebat kan?
Bahkan binatang pun kena getahnya, bisa-bisa pemain berenti maen hanya gara-gara seekor kumbang tanah iseng keluar dari persembunyiannya di tengah lapangan untuk ikutan nonton.
Sebegitu pentingnyakah konsentrasi pada pertandingan tenis? Bukankah semua pertandingan juga perlu konsentrasi? Tapi kenapa hanya tenis yang repot bener menomersatukan konsentrasi pemain?
Gak hanya masalah konsentrasi, masalah ‘dilayani’ pun jadi masalah. Seakan yang main tenis itu adalah dewa.
Coba aja perhatikan fungsi dari keberadaan kira-kira 6 orang anak remaja yang terbagi rata di ujung-ujung belakang lapangan maupun di tengah dekat net. Mereka adalah ball-kids, yang tugasnya menurut buku primbon adalah membantu mendistribusikan bola dan membersihkan lapangan dari bola. Gak heran deh, kalo mereka ini jadi pemeran yang sering banget seliweran depan layar kaca ngejar-ngejar bola kuning itu. Kadang, bola muntahan servis yang gagal. Kadang bola hasil volly yang gak kekejar. Kadang, bahkan hanya sekedar bola yang dibuang oleh si pemain karena gak lulus seleksi dirinya sebagai bola ‘layak’ pakai, walau pada akhirnya akan dipakai-pakai juga kalo udah gak ada bola laen.
Fungsi ball-kids ini mendadak aja, jadi nambah jadi tukang handuk, tukang payung, sampe tukang ambil minuman. Saat sela giliran serve, mereka harus waspada dengan kode pemain, minta bolakah atau minta handuk. Mereka juga harus rela kalo pemain yang kesel karena kalah, malah mengembalikan handuk setengah ngelempar sampe kena muka mereka.
Iiih, kena handuk penuh keringet? Biarpun keringetnya Nadal, namanya juga keringet, jorok!
Pas waktunya pemain istirahat, para ball-kids ini akan segera berlari mendekati tempat duduk pemain dan melayaninya. Entah itu megangin payung besar yang berat banget, ngambilin aer mineral yang ada dalam cooler-box sekian jengkal dari tempat duduk pemain, ato cukup dengan berdiri tegak posisi istirahat menghadap pemain, siap menunggu perintah selanjutnya.
Ckckck... mulia sekali jasamu naaak....
Coba bayangin, mana ada olahraga laen yang well-serviced begitu, bukan?
Ooh, dan satu lagi. Keberadaan teknologi komputer yang didisain secara khusus untuk mendeteksi apakah bola itu keluar atau masuk, sehingga pemain memiliki jatah untuk challenge. Setau gw sih, sampe detik ini pun belum ada teknologi komputerisasi khusus di dunia persepakbolaan yang bisa mendeteksi perihal offside, kecuali teknologi slowmotion, dan di sepakbola, gak ada tuh istilah challenge yang bisa menganulir gol, kecuali keputusan wasit dari sekian meter jauhnya di belakang, udah gitu ketutupan pemainnya lagi.
Gak jarang malah, official tempat berlangsungnya pertandingan, mengharamkan pemain ngangkut sendiri keperluan tandingnya. Jadi, pemain melenggang masuk dan keluar lapangan tanpa bawa apa-apa, tapi ada orang laen yang tergopoh-gopoh di belakangnya bawain tas gede isi raket dan tetek bengek laennya.
Hmm... whatta sport.
Walau gitu, gw tetep salut sama pemain tenis yang bisa nonstop sekian minggu ngikutin serial-tanding tanpa ada pemain cadangan, di berbagai negara pula. Kalo pertandingan laen macem sepak bola, balap, ato bahkan golf kan gak tiap hari dan minggu maen. Apalagi kalo punya pemain pengganti.
Biarpun manja, ternyata mereka tangguh juga kok.
Anak manja yang borju tapi tangguh?
Probably... ^_^
___________________________________
[on ears] 5 for fighting – If God Made You
Pas waktunya pemain istirahat, para ball-kids ini akan segera berlari mendekati tempat duduk pemain dan melayaninya. Entah itu megangin payung besar yang berat banget, ngambilin aer mineral yang ada dalam cooler-box sekian jengkal dari tempat duduk pemain, ato cukup dengan berdiri tegak posisi istirahat menghadap pemain, siap menunggu perintah selanjutnya.
Ckckck... mulia sekali jasamu naaak....
Coba bayangin, mana ada olahraga laen yang well-serviced begitu, bukan?
Ooh, dan satu lagi. Keberadaan teknologi komputer yang didisain secara khusus untuk mendeteksi apakah bola itu keluar atau masuk, sehingga pemain memiliki jatah untuk challenge. Setau gw sih, sampe detik ini pun belum ada teknologi komputerisasi khusus di dunia persepakbolaan yang bisa mendeteksi perihal offside, kecuali teknologi slowmotion, dan di sepakbola, gak ada tuh istilah challenge yang bisa menganulir gol, kecuali keputusan wasit dari sekian meter jauhnya di belakang, udah gitu ketutupan pemainnya lagi.
Gak jarang malah, official tempat berlangsungnya pertandingan, mengharamkan pemain ngangkut sendiri keperluan tandingnya. Jadi, pemain melenggang masuk dan keluar lapangan tanpa bawa apa-apa, tapi ada orang laen yang tergopoh-gopoh di belakangnya bawain tas gede isi raket dan tetek bengek laennya.
Hmm... whatta sport.
Walau gitu, gw tetep salut sama pemain tenis yang bisa nonstop sekian minggu ngikutin serial-tanding tanpa ada pemain cadangan, di berbagai negara pula. Kalo pertandingan laen macem sepak bola, balap, ato bahkan golf kan gak tiap hari dan minggu maen. Apalagi kalo punya pemain pengganti.
Biarpun manja, ternyata mereka tangguh juga kok.
Anak manja yang borju tapi tangguh?
Probably... ^_^
___________________________________
[on ears] 5 for fighting – If God Made You
No comments:
Post a Comment