Monday, March 26, 2012

pindahan

jadi ceritanya, saya memutuskan untuk mengakhiri pendongengan saya di blog ini. bukan kenapa, hanya membutuhkan lembaran yang baru dalam memulai pendongengan yang juga baru saja. lalu kemanakah saya berpindah?

Jreng jreeeengg…. (silakan klik gambar dibawah ini untuk mengunjungi blog saya yang baru ^___^ )

Judul masih sama, hanya provider blog-nya saja yang berubah.

nah, silakan berkunjung bila berkenan.
Semoga dongeng-dongeng baru di lembaran yang baru nanti, dapat memberikan warna tersendiri bagi hidup Anda…. *aih, berat amat pesannya =D*


Cheers!!!!



Monday, April 18, 2011

June 14 2010

Begitu tanggalan yang tertulis di dongeng terakhir dalam blog ini.
Aih maak, lama kali saya tidak mendongeng??

Apakah blog ini masih ada yang mengunjungi? Jadi bertanya-tanya sendiri akan ke-eksis-an blog ini di dunianya.

Well aniway, I’ll find ways to write here and there again. Mencoba kembali mengasah kelenturan jari-jari di keyboard, walau kelenturan otak tidak dijamin, *cengir*

See you on the next ‘dongeng’ ya, pretty soon ^____^

cheers.

Monday, June 14, 2010

Lose Your Way

i have no confidence
and i can't see why i should
but i could do most anything for you
and you know i would

i try too hard
and then i give up way too easily
i'm the runner up inside of you
and you're the winner inside of me

lose your way
and i will follow
here today
and here tomorrow
like my freedom i know
i'll never let you go

i still wish on the evening star
and i s'pose i always will
every child loses something
a whole life can't fulfill
and when you cry i feel the sky
burst open in my veins
if loving you makes a slave of me
then i'll spend my whole life in chains

lose your way
and i will follow
here today
and here tomorrow
like my freedom i know
i'll never let you go
walk the line
i'll walk inside you
change your mind
let your love decide you
it's the reason i know
you'll never let me go

by Sophie B. Hawkins
link to youtube to see the vid can be found here


_________________________
*smile widely*
i think the song tells it all.... "I'll never let you go.."

anyway, been a long time not writing here, or there, or everywhere, coz this head is filled with something else and i think it goes the same with the heart, here *wink wink*
guess i'm just too lazy to write and prefer to enjoy the moments... like now ^__________^


Tuesday, October 06, 2009

The Song: “I MISS YOU”







To see you when I wake up is a gift I didn’t think could be real.
To know that you feel the same as I do is a three-fold Utopian dream.

You do something to me, that I can’t explain.
So would I be out of line, if I said “I miss you”?

I see your picture I smell your skin on the empty pillow, next to mine.
You have only been gone ten days, but already I’m wasting away.

I know I’ll see you again, whether far or soon.
But I need you to know, that I care…
And I miss you…


@ INCUBUS

ps: pretty like to thank Brandon Boyd for writing such a song.

____________________________

So tell me… would I be out of line, if I said… “I miss you”? *staring across the room*
Even if you were just fooling around, I wouldn’t mind being fooled thousands of times, because it does feel good, so I’ll just enjoy it till the last sip. Cheers.

Wednesday, September 30, 2009

OshKoshFootwear.com, the 1st footwear on-line store in Indonesia





Especially to you who live in any part of Indonesia, now it’s simply just a click away to find the perfect shoes for your lovely kids, because OSHKOSH FOOTWEAR ONLINE STORE is now stepping into the world wide.

Why purchase online?
Well, few benefits you’ll get are [1] Free shipping for delivery in all Indonesia, [2] Guarantee a perfect fit with online ToeZoneTM Click’ n Fit, and last but not least, [3] no need to move away from your desk.

Isn’t it the most enjoyable FUNtastic way of online shopping?
But above all, one thing I can absolutely guarantee is both your kid and you will definitely HA~~PPY

So, what are you waiting for?

Visit OshKoshFootwear.com
now and enjoy the benefits of being the online shopper of OshKosh B’Gosh Footwear.


Happy online shopping!
Enjoy it!


Cheers!!!!!
^____________^
___________________
I work here so it’s pretty fair if I’m posting a so-called ad in my blog to promote it right?
Anyway, Please do visit the site and have fun shopping *chus*

Tuesday, September 15, 2009

Culinary Walk pt. 5: Hongkong – THE “Famous Roasted Duck”

Belum ke Hongkong namanya kalo belum nyobain dua hal: seafood dan.... roasted duck.

Namun keduanya bukan hal yang mudah dilakonin, karena biasanya terpentok sama masalah harga dan kehalalan. Seafood bukan makanan murah untuk dompet bekpeker kere macem gw, sementara roasted duck selaen mahal juga penempatannya di etalase restoran selalu berendengan sama paman babi, membuatnya JELAS-JELAS tidak halal [well, biar gimana pun gw juga masih punya hati, hahaa!!]

Tapi secara gw pecinta bebek, gw berpikir, masa’ sih seluas itu Hongkong kga ada bebek panggang yang halal???
Alhasil, sebelum gw melanglang buana ke negara itu, gw pun meminta petunjuk pada Mbah Google soal resto halal yang jualan roasted duck di Hongkong.

Hasilnya?
Whoa!!!
Ternyata.... ADA!

Setelah gw kopipes alamatnya, gw pun mulai menekuri peta Hongkong yang sudah cukup kusut.
Waakkss!!!
Restoran itu letaknya di Wan Chai yang notabene beda pulau sama tempat istirahat kami. Bukan daerah yang pernah gw sambangi sebelumnya juga. Walau berdasarkan info dari kali pertama gw ke Hongkong, kitaran Causeway Bay dan Wan Chai adalah rumahnya orang Indonesia, karena selaen Kedubes RI berlokasi di situ, ternyata mayoritas TKI berdomisili di daerah-daerah itu juga.

Anyway, restoran yang gw maksud ini punya nama “WAI KEE HALAL
Letaknya di jalan Bowrington (entah dibagian mana daerah Wan Chai pula!!)

Berhubung baru ke daerah Wan Chai dan sepertinya kurang seru kalo ditempuh dengan transportasi umum maupun taksi, maka gw pun memutuskan dari MTR Station Wan Chai, kami menempuh perjalanan dengan kembali memakai jasa kedua kaki.
MANTAAAAPPP!!!

Dari station MTR Wan Chai sendiri, jarak Bowrington itu sekitar 7-8 blok.
HHHAAAA?!?! *klontaaaanggg*
Hihiii *big grin*

Perjalanan kaki menuju Bowrington itu cukup seru.
Walau kedua kaki udah protes mampus, tapi kedua mata dimanja sama pemandangan mewah: deretan butik mobil sport yang merknya gak bakal ditemuin di Indonesia deh! Sampe shock sendiri liat aneka jenis mobil sedan dengan ragam disain itu. Mikir-mikir apa orang Hongkong ini kaya-kaya ato emang pecinta mobil sport ya?

Setelah hampir 1 jam berjalan kaki, kami sampai di daerah Bowrington.
Menurut petunjuk, alamat Wai Kee Halal Restaurant itu adalah Bowrington 21st Road, Cooked Food Center.
Nah looh!! Dimana tuuh?!

Masuk jalan Bowrington, yang ditemui adalah???
Eng ing eng!!!
PAAAASAAAAARRR
Bukan pasar malam bak Ladies Market ato Jade Market, tapi..... pasar tradisional
Pasar yang becek, yang bau, yang bertebaran sayur mayur, ikan, daging dan.... tubuh paman-paman babi pink yang bantet nan mulus itu pun bergelantungan dimana-mana (full dari ujung kaki sampe kepala)

WHOAAA!!!
Dimana restorannyaaaahhh?!?!
Dari ujung ke ujung cuman ada sayur, daging, babi, ikan yang bergelimpangan di bawah. Kaga ada restoran!

Muterin pasar itu dengan perasaan tak berdaya.
Masa’ iya udah dibela-belain kayak gini kga nemu juga? Mau maraaah kga siih?!

Entah apa yang membuat gw menengadah ke atas, memandang gedung pasar dengan dengusan lelah dan putus harapan.
Dan saat itulah keajaiban seperti ditumpahkan dari langit tepat di depan muka gw: “COOKED FOOD CENTER” tertulis di sebuah papan penunjuk.

“hyaaaahhh!!!!” sorak gw sambil nunjuk papan itu dan bergegas mendahului teman gw untuk menaiki anak tangga gedung.
Oooh, jangan tanya berapa anak tangga yang sudah kami daki selama 4 hari di Hongkong karena jawabannya adalah... mencapai RIBUAAAANNN!!! (dan FYI gw tidak hiperbolis disini!)

Tapi demi bebek, i’ll climb millions of stairs if i have to!
BRRUKK!!
Begitu gw buka pintu menuju area makanan, gw pun disambut dengan puluhan restoran.
Seperti food court, namun letaknya di pasar tradisional.
Aiyayayay... kenapa semuanya pake tulisan garis horizontal-vertikal-diagonal giniih!
Yang mana yang “WAI KEE”???

Dan gw baru kali itu merasakan cinta dan lega berlebihan saat melihat tulisan Arab membentuk kata “halal” tertera pada sebuah papan nama restoran yang letaknya di dekat pintu keluar.
AAKKKH, heaven!

Dengan bingung, gw pun memesan pada engkoh engkoh di situ.
Si engkoh pun menggiring gw untuk duduk di suatu meja dan menyuruh gw untuk menunjuk menu.
Famous Roasted Duck with rice jadi pilihan pertama, lalu gw menambah Wonton Noodle Duck.
Gak lama, si engkoh yang sama datang dan memberitakan kabar buruk bahwa si Wonton habis, dan gw pun memesan Chicken and Duck with rice.

Sambil celingukan merhatiin suasana food court, gw tergugu pada meja di belakang gw.
ALAMAAK!!
Porsinya JUMBO abis!!
Gimana gw ngabisinnya?!?!?!
Gw pun panik abis, sementara temen gw gak peduli, yang penting kedua kakinya bisa istirahat dan lambungnya bisa diisi fully tank.

15 menit kemudian, si engkoh datang membawakan si Famous Roasted Duck (ps: namanya memang begitu).
MAAAKKK!!
Beneran deh! Itu nasi apa gunung?!
BUANYAAAAAKKKKK buanget. Dan potongan bebeknya pun gede-gede.
Jadi nyesel, seharusnya pesen 1 porsi aja yaa buat berdua?

Saat temen gw menyuap menu pesanannya, dirinya pun membelalakkan kedua mata dan berseru, “enaaakkk!!!”
Gw yang penasaran pun menyendokkan nasi bebek itu. Bener. Enaaak.
Satu sendok. Dua sendok. Tiga.... Empat....

Untung gak sampe setengah porsi gw abisin, pesenan gw datang.
Combo ayam dan bebek. Rasanya liat gunungan nasi itu, gw mo nangis.
(dan kenapa juga gw pake nyemilin pesenan temen gw cobaaa!!!)

Beginilah wujud pesanan kami [note: khusus gambar famous roasted duck w/ rice, nasinya sudah habis 1/4nya *cengir*].





[the famous roasted duck w/ rice]


[chicken and famous roasted duck w/ rice]


Bagaimana enaknya si bebek?
Hmm.... tak terkatakan? Hehehe..
Sebenernya, rasa bebek itu masih bisa dipetakan di lidah gw, sampe sekarang.
Rasa pertama yang muncul adalah asin, akibat kombinasi garam dan MSG sepertinya, hahaha.
Tapi si bebek ini diguyur sedikit saus sejenis kecap yang menetralkan rasa asin itu.
Untungnya gw memesan chicken-duck adalah karena nasi gw juga ditaburi dengan daun ketumbar. Jujur, baru kali itu gw bersyukur makanan gw ditaburi daun beraroma mematikan itu. Ternyata daun ketumbar bisa jadi penetral rasa eneq yang manjur.

Selain rasa, tekstur bebeknya juga begitu lembut.
Yang paling gw suka adalah bagian kulitnya. Itu adalah “the best part”, dan gw sangat beruntung karena temen gw tidak menyukainya, jadi gw dapet ekstra porsi kulit, hihi.

Kulitnya tebel! Lapisan lemak dibawahnya gak kalah tebelnya. Hooeeehehe... ini yang gw cari! Begitu masuk mulut, wedewww!!
Garing di permukaan, tapi lemak tebal dibagian bawah kulitnya itu begitu kenyal dan meledak di mulut. Rasa lemaknya gak amis, tapi gak kecampur sama bumbu yang nempel di kulit. Waah... itu bener-bener bagian paling MUANTUAP dari seluruh bagian bebek yang disajikan deh. TOP ABEEESSHH.

Speaking-speaking tentang resto ini, eeh... dari sekian banyak restoran di futkort itu, ternyata restoran yang satu ini adalah restoran yang PALIIIIINNGGG penuh. Dan gak hanya yang memakai identitas muslim aja yang memenuhi meja kursi restoran ini. Yang pasti sih selama kami berjuang membersihkan isi piring, begitu banyak tamu yang datang dan pergi. Gak cuman pesen bebek, tapi juga kari.
Suatu saat, kari itu akan gw coba. Suatu saat...

Akh, ya... penasaran dengan nasib gundukan tak manusiawi itu?

Well, sepertinya memang benar kalo dibilang, “olahraga punya banyak kegunaan untuk tubuh”, dan salah satunya dalam kamus gw, “jalan kaki membuat GW sanggup menghabiskan nasi sebakul!

Percaya atau enggak, di piring gw hanya tersisa 5 sendok nasi, tanpa menyisakan serpihan daging ayam maupun bebeknya. Tapi kalo dihitung sama jumlah sendokan nasi saat gw nyemilin pesenan temen gw, maka impas dan itu artinya.... LUDES gw habiskan!
HOORAAAAYYY!!!!

Berhubung kami berdua cukup baik hati, kami pun memesan satu porsi “famous roasted duck” ukuran sedang, untuk dicicip oleh teman-teman kami yang tidak bernasib mujur tidak mengikuti penjelajahan kami (ato malah beruntung gak ngikutin kita dan kedua kaki mereka mati rasa seketika?hihi)

2 porsi nasi bebek dan nasi ayam-bebek itu dihargai total 48$ sementara satu porsi bebek ukuran sedang dibandrol 45$
Jangan tanya sebanyak apa itu bebek ukuran sedang, karena kenyataannya adalah BUUANYUAK!
Busyet! Buat makan 5 orang juga masih ada sisanya, kecuali klo yang makan gw, hihi!!!

Berminat untuk nyobain THE “Famous Roasted Duck” keluaran WAI KEE HALAL RESTAURANT itu?
Well, saran gw adalah kalo mo jalan kaki, turunlah di Causeway Bay MTR Station dan keluar di pintu yang mengarah ke Times Square. Dari situ tinggal jalan ke arah Bowrington sekitar 2 blok (bandingkan bila keluar di Wan Chai doongg). Begitu sampai Bowrington, langsung aja cari gedung pasar dan masukilah (kga usah keluyuran di pasar beceknya) lalu naek sampe ke lantai lima.
Voila, cari aja yang ada simbol Arab ‘halal’, dan selamat menikmati bebek halal itu ^^V

Cheers .

Buset, mentang-mentang the best part, panjang bener note-nya yaak? ^^V

Bebek ini jadi “the best part” bukan hanya karena kehalalannya, tapi juga karena perjuangan menemukannya, rasa, dan kenyataan kalo... “Gw maniak bebek” hihi.

Cheers again!
_________________________________

Monday, September 14, 2009

mulder & scully



I'd rather be liberated,
I find myself captivated

Stop doing what you . . . Keep doing it too . . .

I'd rather stay bold and lonely,
I dream I'm your one and only

Stop doing what you . . . Keep doing it too . . .

Things are getting strange, I'm starting to worry
This could be a case for Mulder and Scully
Things are getting strange, now I can't sleep alone

I'd rather be jumping ship,
I find myself jumping straight in

Stop doing what you . . . Keep doing it too . . .

Forever be dozy and dim,
I wake myself thinking of him

Stop doing what you . . . Keep doing it too . . .

Things are getting strange, I'm starting to worry
This could be a case for Mulder and Scully
Things are getting strange, now I can't sleep alone (here)

My bed is made for two and there's nothing I can do
So tell me something I don't know
If my head is full of you is there nothing I can do?
Must we all march in two by two by two?

And as for some happy ending,
I'd rather stay single and thin

Stop doing what you . . . Keep doing it to me

Things are getting strange, I'm starting to worry
This could be a case for Mulder and Scully
Things are getting strange, now I can't sleep alone here

Things are getting strange, I'm starting to worry
This could be a case for Mulder and Scully
Things are getting strange, now I can't sleep alone

So what have you got to say about that?
And what does someone do without love?
And what does someone do with love?
And what have you got to say about that?

@catatonia
_______________________________
[now dear, is it obvious what i’m in now?]

Almost forgot how it feels...

thanks for showing it again ^___^

Wednesday, August 26, 2009

Culinary Walk pt. 4: Hongkong – Claypot Rice “Hing Kee Restaurant”

Ada untungnya juga menjelajahi tempat baru dengan modal sepasang kaki, walau itu artinya harus bawa persediaan paru-paru lebih dan counterpain segudang, hehehe.

Sepulang dari menikmati Chicken Rice Pa Don (Culinary Walk pt. 3), kami memutuskan untuk.... JALAN KAKI dari Temple Street ke Mongkok *grinning*

Apakah itu jauh?
Jawabannya tidak
Karena pada kenyataannya, jarak dua daerah itu adalah SANGAT jauh
Hahaha!
I’m so proud of my two beautiful feet!!

Anyway, gak akan cerita betapa jauhnya tempat itu, yang mau gw ceritain adalah keberadaan warung makan yang cukup tersohor seantero Hongkong ini, yang kami temukan secara tidak sengaja.

Dari Temple Street, kami sampai di daerah Jade Market, tempat yang lebih banyak menjual aneka suvenir dan barang-barang langka. Mungkin kalo direndengin sama Jakarta, sekitaran Jalan Surabaya kali ya? Tapi versi miniaturnya.
Nah, sibuk liat kiri-kanan, kami tak menyadari kalau sudah sampai di penghujung jalanan itu, yang ternyata tidak didominasi oleh tenda jualan suvenir/fashion, melainkan makanan

Agaiiinnn?!?!
Yah, terbukti memang, kalo orang-orang Hongkong itu demen buanget makan sepertinya.

Babi...babi..babi...dan aroma tubuh paman buntet berwarna pink itu terus menerus menguar menusuk indera penciuman gw. Untung, udah lumayan terbiasa, hihi.

Namun diantara aroma babi, gw mendapati aroma lain. Kayak nasi kebakar.
Lalu mulailah gw memperhatikan isi restoran/kedai yang gw lewati itu. Ternyata, berderet-deret itu adalah kedai claypot rice.
Gw belum sadar sampe gw mendapati nama, dan gambar di papan yang berdiri di depan kedai-kedai itu.

HING KEE RESTAURANT – Claypot Rice & Oyster Cake

Mata gw pun membelalak lebar, “HAAA?!?! Ini tempat yang gw cari itu!
Gila!
Sekali lagi: sebuah kebetulan yang indah!

Sontak gw ngajak temen gw nyoba, tapi secara perut masih fully-tank, alhasil kami pun menangguhkan niatan mulia itu hingga keesokan malamnya.

Keesokan malamnya, kami pun menjalankan misi mulia tersebut.

Tanpa ragu, memasuki resto berukuran sempit (sempit banget! Kayak warung baso!), duduk bersama beberapa ori yang tengah menikmati nasi dan oyster cake.

FYI, Hing Kee Restaurant ini memang kesohor di HongKong sebagai pioneer claypot rice dan oyster cake. Restoran-nya sih sebenernya hanya satu atau dua (kecil pula) tapi di sepanjang jalan itu juga disebar meja dan kursi yang gunanya buat nampung pengungjung resto yang gak ketampung.

Oke, back to what happened in that restaurant.
Disodori buku menu, gw pun memilih “oyster cake” ukuran sedang dan “chicken & black mushroom claypot rice”.
Semuanya dilakukan dengan tunjuk gambar saja, hehehe.

Tunggu ditunggu, ternyata... lama yee!

Menu pertama yang sampe di meja adalah “oyster cake” atau bahasa kerennya “dadar tiram”, hehehe.
Jadi, “oyster cake” itu adalah dadar telur dengan bawang daun yang banyak dan daging (kerang) tiram yang gak kalah banyaknya. Disajikan panas-panas dan disantap dengan soysauce/sambal.


Rasanya?
Ehm.... sebagaimana rasa dadar telor pada umumnya memang, hanya saja yang unik itu ya si tiramnya. Mungkin karna komposisi daging tiram dan bawangnya lebih banyak, maka bisa dikatakan enak, karna gak rugi ngeluarin 20$ untuk tiram sebanyak ini, hihi.

Udah ngalor ngidul ngomongin banyak hal sampe diskusi pesbuk segala (hiperbolis deh), claypot rice kga dateng-dateng. Sempet berpikir jangan-jangan dilupakan. Mana pelayannya sibuk berCecetCowet dalam bahasa nenek moyangnya pula! Jadi berasa dibodohi dan diomongin, padahal mungkin enggak ya? (ini salah satu alasan kenapa gw merasa perlu belajar bahasa asing. Biar tau kalo diomongin, trus bisa gw jawab gitu!)

Yang ditunggu-tunggu pun datang, setelah sekian lama menanti.
Satu panci kecil tanah liat yang tertutup dan dalam kondisi super panas ditangkringin di meja depan idung gw.
Penasaran, gw pun mengintip isinya: nasi yang hampir memenuhi panci, potongan-potongan besar ayam dan potongan-potongan sedang jamur shitake, dilengkapi dengan potongan daun bawang segar.
Sontak, aroma khas nasi bakarpun menggelitik kedua hidung.
Ambil poto dulu dooong!


Puas mengabadikan, gw pun mengadukaduk isi claypot itu dan aroma nasi-jamur-ayam-rempah-rempah pun makin menerjang hidung hingga menembus lambung. Napsu gw meronta-ronta ingin segera mencicipnya..

Hap!
Hmm.... enak ato lebih tepatnya unik
Rasa rempah Cina-nya kerasa (sepertinya memakai arak juga)
Tapi bumbunya kurang lekooh (dasar orang Indonesia!)
Alhasil, gw tambahin deh soy sauce, gw aduk sampe rata dan gw tutup kembali untuk sekian detik, biar lebih meresap.

Kali kedua, rasanya lebih baik dan memang jadi lebih nikmat.
Apalagi setelah sedikit dituangi sambal, biar lebih menggigit.
Sepertinya ini hak prerogratif customer yang dijunjung tinggi oleh si pemilik resto: bebas berkreasi dengan bumbu, hihi.

Gw suka dengan sensasi kematengan si nasi itu sendiri. Gak lembek, tapi juga gak keras. Kering tapi tetep lembab. Lalu bumbu rempahnya gak merusak totalitas rasa. Baik rasa nasi, ayam, dan jamur itu berdiri sendiri-sendiri tapi begitu masuk mulut, semuanya mengaduk. Biarpun udah ditambah soysauce maupun sambel, originalitas rasanya gak rusak.

Secara baru juga nyobain claypot rice, gw gak punya referensi lain, maka itu gw bilang sih claypot rice di Hing Kee Restaurant itu enak
Beberapa temen gw yang nyobain sih bilang cukup enak.

Oia lucunya lagi, selidik diselidik, temen gw ada yang pesen duck tongue claypot rice.
Tebak-tebak yang dateng apa??
Claypot rice dengan topping paruh bebek. Harganya paling mahal (mungkin karena untuk satu pot membutuhkan 10ekor bebek untuk diambil paruhnya doang yaa??hehe)
Sayang gw kga nyobain tuh karna rombongan pertama sudah selesai makan saat kami datang ke resto itu.

Anyway, claypot rice dan oyster cake itu sendiri memang jadi makanan khas di Hongkong. Ada beberapa restoran lagi yang juga menyajikan kedua menu tersebut dan tersebar di penjuru negara bekas jajahan Inggris itu. Kemungkinan besar sih rasanya gak beda jauh, tapi mungkin variasi toppingnya yang berbeda dari satu tempat ke tempat lain.

Well, lain kali kalo ke Hongkong lagi, mungkin gw harus menambahkan “berburu claypot rice” dalam jadwal, hehe.

Cheers!!

Tuesday, August 25, 2009

Culinary Walk pt. 3: Hongkong - Chicken Rice Pa Ho



Nyari makanan halal di Hongkong sama aja kayak nyari Brandon Boyd di Pasar Senen: Kagak Bakalan Dapet!
Mangsud dari kalimat hiperbolis ini adalah SUSAH.
Ada.... tapi syusyaaaa.
Apalagi yang bener-bener halal. Ke laut aja deeeh.

Setelah mengelilingi Temple Street Night Market yang sumpeeeeh... deretan restorannya itu lebih seru dibanding Ladies Market. Kalo di Ladies Market yang berjejer-jejer itu restoran babibebek, kalo di Temple Street Night Market, yang merajalela adalah seafood. Padahal kga deket sama laut juga gituloooh.

Ngelilingin jalan itu kalo kga ngiler mah kga mungkin daaah! Apalagi dengan brosur “free beer” terpajang di meja. Hmm.... kalo kga inget sama isi dompet dan Akang Hyde yang lagi ngaso di kasur hostel mah, gw udah duduk disalah satu resto itu menyantap seafood dan sebotol (ato 2?) bir daaah!!!

Biar gak makin mati keabisan air liur yang netes mulu dari mulut, gw sama temen gw pun memutuskan untuk alih langkah. Menjauhi deretan resto seafood itu, menuju satu jalanan yang lebih lengang. Tapi disitu juga deretan restoran.

Perut udah melilit euy.
Masa’ sampe tengah malem yang ngisi lambung cuma satu McChicken sama sepotong muffin? Aiiih, ini namanya diet paling sadis!
Gimana gak sadis kalo seharian: naek turun gunung, tangga dan JALAN KAKI, tapi isi perut hanya burger mungil dan muffin tak kalah imut.
Seharian bow’ demi pengiritan dalam menikmati negara orang. Ckckckck....

Saat ditengah keletihan, kelaparan dan kegilaan itu, muncullah satu papan dengan tulisan dalam bahasa cina yang sepertinya berarti: “paket hemat”
Wakakakaksss... kami jadi ahli baca pertanda selama di jalanan dengan tulisan aneh itu.

Ditiliktilik ditiliktilik..
Ini restoran hanya menyediakan ayam dan nasi dan mie.
At least, ayam-ayam montok yang bergelantungan itu tidak dibayang-bayangi paman babi.
Lalu satu lagi yang menarik perhatian kami (dan tertulis di papan itu) “NO MSG”
Hmm... makanan sehat nampaknya.
Lagian, papan itu menampilkan sesuatu yang makin membulatkan tekad kami untuk menjadikannya surga untuk memenuhi lambung kami: “Chicken Rice 20$”, “Chicken Noodle 20$”

WAAAKKKSSS!!!
Makanan muraaah!!!

Kami sempet berlalu untuk diskusi, padahal mas-mas greeternya udah berCecetCowet aja.
Dan kami pun kembali dengan cengiran lembar.

“is it kind of economic-package?”
Mas-mas itu gak bisa bahasa Inggris, jadi manggut-manggut lalu nyuruh kami masuk kedalam kedai. Kami yang kelaparan nian pun melangkah memasuki kedai kecil yang aiiih... rame loh bow.

Mba-mba pramusaji, tanpa nunggu, langsung menghadiahi kami 2 gelas teh tawar. Gw pun tanpa malu bilang, mau menu yang di papan itu. Si mba manggut-manggut dan langsung menyampaikan pada si pemasak yang berada dibalik dapur. Dapurnya termasuk open kitchen, jadi bisa kita liat.

Cepet banget!
Gak sampe 10menit, udah nyampe pesenan kami.

Nasi ayam. Dan.... mie ayam? Hehehe...
Beginilah tampaknya....





Yang ijo-ijo itu, bukan wasabi, tapi daun ketumbar+sereh+jahe dihalusin buat netralin rasa.

Nah...
Rasanya sendiri?
Jujur? PLAIN.
Karena gak pake MSG kali yee?
Untung ada soysauce dan kecap ikan. Lumayan ngasih rasa laah.
Tapi emang gak berlemak sama sekali.
Kuahnya bening.

Untuk seharga 30ribuan sih, bisa dibilang ini makanan MENGENYANGKAN sekali. Porsinya besar. Potongan ayamnya banyak, sampe udah bosen. Segitu udah paket hemat yang dikurangin porsinya looh...
yang asli? Wudieeewww, buanyak tapi dapet sayur sawi juga.

Lumayan mengenyangkan dan lumayan juga ‘cukup’ halal hehehe....
At least, jadi bekel yang lumayan mengganjal dan mampu menyokong kaki dalam menapaki Nathan Road kembali ke Mongkok yang nota bene, jaraknya itu.... 10 kiloan ada kali ye? Jarak 3 station MTR lah. Pastinya saat kembali memeluk Akang Hyde, perut gw masih terasa pas kepenuhannya. HAHAHAHA!!!!

Kedai chicken rice yang satu ini sih gak termasuk yang recommended banget. Walau saat nyobain chicken rice punya temen yang dibeli di suatu tempat di Mongkok, ternyata punya Pa Ho itu lebih enak chicken rice-nya.

Buat yang merasa perlu untuk mengurangi MSG dan secara di Hongkong semua masakan MSGnya segudang, naah... resto ini bolehlah disambangi. Apalagi kalo pas lagi belanja di Temple Street Night Market. Adanya di suatu jalan antara Jordan MTR Station sama Temple Street. Gw juga gak tau nama jalannya, hahahaha!!! Gini nih, kalo ngandalin kaki sama idung doang buat menuntun langkah.

Tapi kedai chicken rice sendiri (bukan cuman punya si Pa Ho itu yaa) tersebar kok, tinggal perhatiin aja, si paman babi yang gempal itu ikutan mejeng di etalase ato enggak. Yaah, setidaknya gak keliatan jelas banget gak halalnya gitulaah. Masalah si ayam dimatiinnya dibacain ‘Bismillah’ ato enggak mah itu udah jelas banget enggak kan? Mungkin aja si pejagal ayam matiinnya dengan ngebanting si ayam dan teriak, “mati loe!” hahaha!


Cheers anyway!