Showing posts with label macau. Show all posts
Showing posts with label macau. Show all posts

Tuesday, August 25, 2009

Culinary Walk pt. 2: Macau – Margareth Nata de Café

Masih di Macau.
Dikasih tau café yang satu ini sama pemilik hostel Auguster’s Lodge saat pertama kali ke Macau. Gara-garanya penasaran sama egg tart bikinan Lord Stowe yang ternyata kalo dari kota Macaunya tuh JAUUUUHH (karena letaknya di Coloane, ujung-ujungan katanya).

Nah, menurut Richard (si empunya hostel itu), justru di Margareth ini egg tartnya lebih enak dari Lord Stowe. Nanya alamat sama si Richard, dia bilang, “ya ampun, deket kok. Di jalan bla bla bla, di belakang hostel ini.” (ya situ bilang deket, apan situ tinggal di kota ini, lha kita mana tau!)

Entah mengapa kami melupakan informasi itu.

Baru setelah balik dari Hongkong kami kembali lagi ke daerah Senado untuk beli oleh-oleh, mendadak pas mo nyebrang jalan, gw mendapati papan nama kecil dari triplex dengan tulisan “Margareth Nata de café”.
Sontak, gw teriak, “Mba! Margareth!
Tanpa pikir panjang, kami pun menyusuri gang kecil sesuai petunjuk triplek itu. Dan sampailah kami ke sebuah kedai bakery sederhana dan rumahan banget. Letaknya emang nyempil, di dalem gang yang sekelilingnya gedung pertokoan. Begitu terisolasi dari jalan raya.

Apa yang kami pesan?
So pasti: 2 egg tart, 1 prune cake dan 2 hot tea
Dirogoh-rogoh recehnya deeeh (secara udah bokek dari Hongkong!!)

Duduk di beranda Margareth, yang pertama digigit adalah egg tart.
Rasanya?
DUILEEEEHHH....
Langsung jatuh cinta gw!
Pastrynya begitu renyah, dengan rasa gurih yang pas.
Dan puding custardnya... lembuuuuttt melumer di lidah.
SEMPURNA!!
Seandainya recehan untuk naek bis masih sisa banyak, tentu gw akan bawa bekel ke bandara. Sialaaaan!!

Bagaimana dengan prune cake yang dipesan?
Gak kalah menyenangkannya. Rasanya gak terlalu manis. Perbandingan gulanya pas, gak matiin manis buah prune itu sendiri. Pokoknya TOP.

Waah, ini namanya blessing in disguise!
Gak kecewa deh.

Lucunya, saat kami perhatikan bangunan yang membelakangi kami, barulah kami menyadari kalo.... café ini letaknya MEMANG TEPAT di belakang hostel itu bila kami masuk dari gang berlawanan dari jalan yang tadi kami tempuh. Aiiih mo mateee. Hanya saja karna masuk gang, jadi gak keliatan dan kami terlalu gak yakin sama gang-gang gelap di negara orang. Aakkkh, ternyataaah!!!

dan setelah gw balik ke Indo, lalu browsing, ternyata justru induk Lord Stowe itu adalah si Margareth itu sendiri. Pantesan enaaakkk!!

Gw sudah membuktikan kenikmatan Margareth dengan dua perbandingan egg tart keluaran toko kue "KOI KEI Pastelaria" (yang beken mampus di Macau) dan keluaran kedai sepanjang Senado. Ternyata kerenyahan pastry dan kelembutan puding custardnya itulah yang jadi JAWARA dari Margareth.
Hmm.. yummy.

Kali kedua gw ke Macau, café ini jadi tempat perhentian terakhir dengan flag WAJIB KUNJUNG.

Sepotong egg tart, sepotong potato pudding dan sepotong prune cake hadir menemani sambil mengistirahatkan kedua kaki yang mulai membengkak dan mengeras itu.



(ki-ka: prune cake, potato pudding, egg tart)


Akkkh, potato pudding itu menu baru yang gw coba. Rasanya? Uuggghhh.. Oiishi neeee!!!
Manisnya pas, gak bikin terlalu kenyang dan lembut. Sebenernya rasanya kaya kue lumpur, hanya saja yang ini adonannya dituang kedalam loyang dan dipanggang (tidak dicetak-cetak bulat kecil gitu) dan perbandingan kentangnya juga lebih banyak dibanding tepungnya, jadi masih kerasa kentangnya.

Gw bisa bilang kalo kedai kue homemade yang satu ini berada dalam daftar MUST TRY.
Karena kue-kuenya enak semua dengan rasa, dan tekstur yang PAS.

Dan harganya pun cukup reasonable dengan potongan sebesar itu. Maksud gw, cake dan potato pudding itu bisa dihabiskan untuk berdua kok!
Berapa harga kue-kue itu? Berkisar antara 7$HK - 8$HK

Kalo ke Macau mau nyobain egg tart yang enak pilihannya emang cuman dua: Margareth Nata de Café atau Lord Stow. Bisa pilih salah satu ato keduanya, buat perbandingan. Gw sendiri, sampe kali kedua ke Macau, belum nyobain Lord. Mungkin suatu saat balik lagi dan bisa mampir ke Coloane khusus buat egg tart tersohor itu. Amiiiieeeennn...

Selamat nyoba buat yang rencana ke sono ^^

Cheers!

Friday, June 12, 2009

Culinary Walk pt. 1: Macau – Hot Milk Pudding


Dari pertama kali ke negara yang satu ini, gw sama TEN, udah penasaran sama kedai yang terletak di ujung mulut Senado Square itu. Alesannya?

>> karena kedai ini selalu PENUH (well oke, kedai mana sih di Macau yang GAK SELALU penuh?!)
>> karena di etalase toko ini ada lemari pendingin segede bagong yang isinya mangkuk-mangkuk putih dengan isi yang juga putih. Mangkuknya BANYAAAAAKKKKK buanget.
>> karena seluruh hiasan kedai ini adalah SAPI: poto sapi, patung sapi dan aneka jenis pajangan laennya yang menampilkan si sapi ini!

Namun sampai hari terakhir kami di Macau, kedai ini tak juga kami sambangi. Alasannya?

>> karena ragu akan kehalalannya
>> walau gak mungkin, tapi kami sempet begok berpikir “mungkinkah itu patung babi sebenernya?!”
>> karena males ngantri begitu liat jubelan orang yang berkerumun di pintu kedai
>> karena takut harganya mahal.
>> karena kami pada dasarnya kehabisan duit.
Eiiiitttsss!!
TUNGGU DULU!!
Butir 4 dan 5 harap dihilangkan, menurunkan derajat dan martabat saja!!!

Oke, balik ke cerita intinya (emang ada intinya?)
Nah!!
Kemarin, kali kedua gw ke Macau bareng beberapa temen kantor, gw membulatkan tekad, “kedai rame bin mbludak itu harus seenggaknya gw cari tau dia jualan paan, dan gw harus pastiin kalo patung itu BENAR adanya seekor SAPI bukan babi dicat putih item dan disuntik hormon pembesar.” ^^V

Lalu, setelah kesasar dan harus berJALANKAKI selama 2 JAM (maapkan mb NUUII^^V) gw pun memantapkan hati dan kedua kaki ini untuk melangkah ke kedai itu.

Masuk.
Dan ternyata.... baru buka!
Masih KOSONG.
Begitu masuk, disambut dengan CecetCowet pramusajinya yang tak kami mengerti (karena dalam bahasa Cina)

Akh ya, patung di meja resepsionis itu BENAR adanya seekor SAPI. Dan poto itu, benar juga sapi raksasa dengan payudara MUONTOK-MUONTOK (dan dipastikan bukan babi disuntik hormon ^^)

Pramusaji kembali berCecetCowet, dan gw pun berujar, “MILK?”
Lalu dirinya pun manggut-manggut.
“Two,” ujar gw sambil ngangkat jari bikin angka 2. “MILK”
“okay, okay” si pramusaji menggiring kami ke satu tempat duduk.
“HOT? Cold?” tanya pramusaji lagi.
“HOT! TWO HOT MILK”
“Ooh, okay okay”

Dia pergi ke dapur, kami ditinggal bengong, duduk berhadapan dan memandangi sekeliling kedai itu. Banyak sapi. Bau susu.
Tapi.... bercampur juga dengan bau babi.
Eh, ternyata ada yang pesan bacon dan mie babi diseberang sana HAHAHAHA (kehalalan sangat diragukan nampaknya)

Bengong liat kiri, liat kanan.
Susu gak dateng-dateng, sementara ibu-ibu pemesan mie babi sedang menikmati tiap untai mie sambil merem melek (iyalah, kalo merem terus mah tidur kali).

Apakah sapinya diperah dulu?
Tunggu ditunggu, tetap tidak kunjung datang.
Mati gaya.
Liat daftar menu aja!
Sia-sia. Semua dalam tulisan garis horisontal-vertikal-diagonal.
Gak ngerti!
Yang tau cuma deretan angka yang mengikutinya 16$... 20$... 7$... 14$

Hmm.... *garukgaruk*

Hampir 30 menit berselang.
UNTUUUUNGGG!!
Pramusaji datang dengan membawa dua.....
gelas?
BUKAN!
Mang-kuk.

2 mangkuk kecil porselein warna putih dengan 2 sendok bebek juga dari porselein.
Keduanya panas.

Kami melongok kedalam isi mangkuk itu.
Whoa!!
Susu itu menciut!
Dan.... mengental?





Ternyata, kalo pesen susu panas, di Macau atau Hongkong itu yang disodorin adalah pudding susu.

Jangan tanya bagaimana proses pengentalan (yang makan waktu cukup lama itu!) susu itu, karena nanya harga aja sama pramusajinya pake bahasa isyarat kok. Yang pasti susu sapi yang putih nian serupa dengan mangkuk dan sendoknya itu, mengental bagai puding, begitu halus dan tercipta sedikit lapisan air di bagian atasnya.

Kami mengasumsikan, mangkuk-mangkuk di mesin pendingin itu berisi biang puding susu ini yang berasal dari kepala susu kental. Lalu entah bagaimana caranya, dikentalkan hingga membentuk pudding (mungkin dengan bantuan minyak babi?HAHAHAHAHA!!!!)

Nah, bagaimana rasanya?
Hanya satu kata: UUUWEEEEENNNNAAAKKKK!!!!
Manisnya pas. Kekentalannya juga pas. Melumer dengan sempurna di lidah.
Dan santaplah selagi panas, karena kalau dingin bisa mencair dan pisah-pisah sama lapisan airnya.

Harganya?
Untuk satu mangkuk kecil puding susu panas dibandrol harga.... 16$ ...... SAJAH *cynically mode: ON*
(seumur idup, gw baru makan puding seharga hampir 30rebu!!! Untuk semangkuk kecil pulaaak!)

Berminat nyobain?
Kalo iseng-iseng judi di Macau, redakanlah stress akibat kalah taruhan dengan menyeruput pudding susu ini, hehehe. Tempatnya gampang banget ditemuin. Tinggal ke Senado Square. Jejerannya kedai Starbucks Senado. Letaknya sebelum Tourism Information Center (kalo dari depan), deket money changer. Pokoknya kedai dengan hiasan sapi deh (dan selalu PENUH)

Selamat menikmati!
Ditanggung pengen lagi dan lagi dan lagi.
Tapi itu artinya, harus KAYA :D

__________________________

Posted a while ago in my Facebook note

Tuesday, March 24, 2009

The Traveler’s Journal 3rd Volume “Enjoy Asia”Part 3 - Macau: Menikmati Seni Traveling di Macau


Jam 7 pagi, gw sama temen gw udah set up buat tour the city. Berkunjung ke kamar tetangga, mereka masih sibuk persiapan, jadi dah hanya kami berdua yang siap untuk keliling kota di pagi hari. Perjanjiannya, ketemu di Senado Square lagi sekitar jam 9 ato 10 pagi, untuk kemudian manjat ke Ruins St. Paul sama Monte Fort.

Keluar hotel jam 7 lebihan dikit, kami melangkah ke Rua de Felicidades yang disebut-sebut sebagai red district Macau pada jaman dahulu kala. Memang lucu sih gang kecil itu, semua pintunya dicat warna merah. Walau bukan karena cat merahnya ya, daerah ini dibilang red-district. Tahulah apa maksudnya. Tapi gw gak tahu sih, apakah sampe detik ini gang itu masih berprofesi sebagai red district kala malam, ato enggak. Dan di pagi buta begitu yang lalu lalang kebanyakan anak sekolahan sama orang mau kerja. Jalanan sepi banget.



(rua de falicidades di pagi buta. gak keliatan red district kan?)

Sepanjang jalan, gw menemukan banyak hotel dan rumah makan, even itu di gang-gang kecil. Dan biarpun gang dengan kelebaran jalan satu mobil doang, jangan salah, mobil yang seliweran itu selalu dengan kecepatan penuh. Jadi, pastikan kalau jalan kaki benar-benar mepet sama tembok rumah, daripada kesamber BMW versi paling baru.

Ada satu hal yang gw perhatiin yang jadi ciri khas di Macau dan Hongkong adalah rumah makan yang selalu penuh pada jam-jam makan, entah itu sarapan, makan siang maupun makan malam. Bahkan sampe waiting list segala. Mungkin di rumahnya kga ada dapur kali ya?

Menyusuri gang-gang kecil di Macau dan melihat kebiasaan sarapan penduduknya, gw tercenung akan satu hal, mereka begitu menghargai sekali moment sarapan itu sendiri. Moment dimana mereka bisa bersantai, bisa ngobrol sama tetangga yang kebetulan makan di tempat yang sama, dan moment dimana waktu untuk diri mereka sendiri itu begitu berharga. Even hanya satu orang menghadapi semangkuk bubur encer dan potongan daging babi goreng, ekspresi mereka saat menyeruput bubur itu seakan menggambarkan betapa waktu untuk bersantai itu sangat mahal untuk didapat. Mungkinkah karena mereka sudah terlalu letih bekerja baik di kantor maupun di rumah dan ditambah dengan suasana rumah yang gak bisa diklasifikasikan sebagai rumah karena begitu sempit dengan sistem ventilasi udara yang minim sekali, sehingga saat mereka menikmati hidup ya saat makan itu sendiri? Mungkin saja.
Dan ya, mereka begitu menyadari akan pentingnya sarapan, karena biarpun tidak sempat duduk dan sarapan di warung, toko-toko roti juga dipadati pengunjung yang mau menikmati sarapan sambil jalan kaki ke tempat tujuan. Mungkin kalo di Indonesia, yang penuh itu tukang gorengan ya? Heheh..

Saking menariknya menyusuri gang-gang kecil, sampe lupa akan waktu dan lupa juga untuk lihat peta. Nah, apa jadinya kalo menyuruh otak ambil cuti panjang dan kedua kaki yang mengambil alih kerja otak? Yak betul sekali! KESASAR. Hahaha!!! Sebuah seni traveling yang harus dialami dan dinikmati oleh siapapun yang ngakunya traveler, haha!!!
2 jam-an gw dan temen gw kesasar, bahkan pas liat di peta, kami sudah berada sangat jauuuuuhhh dari pusat kota. Sebenernya sih, gw gak keberatan untuk menyasarkan diri, terlebih karena selain Macau kotanya kecil, kami pun memulai perjalanan di pagi buta, jadi gak mungkinlah tengah malem baru dapet jalan ke hotel, bukan? Tapi yang jadi masalah adalah, kami berangkat ke Hongkong di siang harinya, sehingga waktu memang begitu mepet.

Berhubung susah sekali nyari orang yang bisa berbahasa Inggris, maka gw pun mengambil inisiatif untuk baca peta. Sempet desperate gak nemu-nemu landmark yang menandakan kedekatan dengan tengah kota, gw pun bertanya pada seorang ibu-ibu muda yang mau nganter anak sekolah. Sementara temen gw udah nyerah, ngos-ngosan ngaso di bangku taman.
Waakkss, nanya sama ibu muda itu malah bikin gw makin lieur, “you take bus nine eight”, itu yang gw denger saat gw tunjukin peta ke ibu-ibu itu. Setau gw, kga ada bis nomer 98 di Macau, maka gw yakinkan lagi ibu-ibu itu, “bus number 9tyEight?!” dengan inisial jari membentuk angka 9 dan 8.
Ibu-ibu itu geleng-geleng panik, “nine eight!
Heee?! Gw jadi bingung, lha tadi gw bilang apa dong? Lalu gw pun menyodorkan bolpen padanya, menyuruh menulis nomer bis itu. Tau dia nulis apa? Dan dia butuh sekian menit untuk menyuruh tangannya bergerak membentuk angka 9 dan huruf A. MasyaAllah!!!
Gw pun nyengir geli, dan manggut-manggut penuh terima kasih.

Tunggu ditunggu, ntu bis kga lewat-lewat, sementara temen gw yang laen udah nelponin, “loe dimana sih?!
Alhasil, gw bilang sama temen jalan kaki gw, “kita jalan kaki. Sanggup?
Ada raut kecemasan sekaligus keterpanaan di wajah temen gw itu. Walau begitu, ia mengikuti beberapa meter di belakang gw sambil mengatur napas dan kakinya yang mungkin mulai meraung kecapekan. Hihihi...

Sebagai pencari jejak, gw pun mencari-cari landmark dan mencoba baca peta, beberapa meter di depan temen gw, dan entah bagaimana caranya, kaki gw melangkah ke jalanan yang semalem kami jajali. Gang yang menembus ke Senado Square pun didapat dan dalam hitungan menit, kami sudah berada di Senado Square, menemukan teman-teman kami yang lagi bersantai menikmati taman di pagi hari. Berbeda dengan kami yang sibuk ngatur napas dan meluruskan kaki.

Biar bertenaga lagi, kami memutuskan untuk menikmati segelas susu panas di suatu resto yang khusus menu utamanya susu. Sampe ada patung sapi gede terpajang di meja resepsionis dan dinding pun dipenuhi foto sapi. Walau makanannya banyak menyajikan ham babi, tapi susunya tetep susu sapi kan? Agak aneh juga kali klo susu babi... hahaha.

Tunggu ditunggu, 2 gelas susu panas itu kok tidak juga datang ya? Padahal ibu-ibu yang mesen mie babi itu udah menyeruput susu dinginnya, begitu juga dengan mas-mas ori yang menyantap sepiring ham panggang dan roti, sudah menegak habis susu dinginnya, dan mereka muncul setelah gw memesan minuman. Hmm.... jangan-jangan sapinya diperah dulu, hihi.

20menitan kemudian, dua mangkuk susu panas datang.
Ternyata.... kalo pesan susu panas, yang muncul itu bukan minuman susu segar panas dalam gelas bir seperti yang biasa disajikan klo kita melancong ke daerah Ampel ato Boyolali Jawa Tengah.
Susu panas yang disajikan dalam mangkuk di Macau (dan Hongkong) lebih mirip puding susu karena kental namun jika didiamkan lama akan mencair. Ada lapisan air yang tercipta, mungkin akibat proses pengentalan itu sendiri. Gw gak tau sih gimana cara pengentalannya (mungkin pake minyak babi? hahaha!!!), tapi di etalase restoran itu memang terpajang puluhan bahkan mungkin ratusan mangkuk putih kecil berisi susu yang didinginkan dalam suhu tertentu. Mungkin itu adalah biang susu yang akan diolah menjadi puding susu itu sendiri. Sayang, gak bisa nanya banyak-banyak karena waitressnya gak ada yang bisa bahasa Inggris, bahkan daftar menu pun ditulis pake tulisan gambar garis-garis itu. Berapa harga satu mangkuk puding susu? Cukup mahal sekali: 16MOP (saat itu disetarakan dalam rupiah jadi 24750IDR ato sekitar 25ribuan lah) Mahal kaaannn??? Tapi rasanya enak. Manisnya pas dan kekentalannya juga pas, meleleh di lidah dengan sempurna. Hmmmm.... yummy!!!

(puding susu panas yang yummy seharga 16MOP itu)

Susu itu jadi menu sarapan utama, ditambah dengan cadburry bites bekel gw. Benar tebakan gw, kripik sereal isi coklat itu jadi penyelamat lambung yang tepat.

Sehabis menjajal susu, saat itu waktu baru menunjukkan pukul 10pagi. Kebanyakan toko di Macau bukanya jam 11 siang, waah... masih lama kalo mau belanja bukan? Maka setelah mampir ke tourist information dan tanya soal transportasi ke sana sini, kami pun melenggang ke Ruins St. Paul. Temen-temen gw heran ngapain juga harus menyusuri jalanan itu dan kemana pula kita melangkah.
Well... satu hal yang harus diingat, kalo mo travelling, pastikan dulu tahu tempat wisata di daerah yang mau dituju, biar gak begok-begok amat gitu loh, hahaha!!! (no offense guys!)

Anyway... berhubung temen-temen gw pengen banget nyobain egg tart, maka mereka pun membeli egg tart di satu kedai antah berantah. Gw udah bilang, makan egg tart yang enak itu kalo gak di Lord’ Stowe ya di Margareth, atau kalo kepepet banget, makannya yang keluaran Koi Kei, itu udah sesuai urutan kenikmatan deh. Tapi mereka tetep nyoba dan mungkin karena baru makan, mereka pun begitu antusias dengan kue itu. Menurut gw sih, egg tartnya gak ada apa-apanya dibanding Koi Kei apalagi Margareth! Lapisan pastrynya kurang renyah dan isi telur susunya itu terasa keras bila dibandingkan dengan dua kedai yang gw sebutkan tadi. Tapi yaah, lumayan buat referensi.
Harga satu biji egg tart sekitar 6MOP (sekitar 9ribuan IDR lah) di kedai antah berantah itu, mahal yaah? Padahal dimensi kuenya kecil, satu kali lahap juga bisa kalo punya mulut lebar, hihi.

Sampe di Ruins St. Paul, gw berpisah sama temen-temen gw yang masih asik aja poto-poto di bawah. Gw memilih naik dan menyusuri jalan kenangan.

(ruins st. pauls di tengah kabut pagi.. mendung tepatnya sih)

Ruins St. Paul sendiri sebenernya itu sisa bangunan akibat kebakaran yang melanda gereja St. Paul itu. Di bagian bawahnya ada Museum Sacred Art yang isinya peninggalan-peninggalan gereja itu. Cukup mencekam sekaligus... sacred kali ya? Hanya gw yang masuk ke dalam museum itu dan menikmati ke-sacred-an peninggalan gereja St. Paul. Ada patung Jesus Christ, ada salib, banyak alat ibadah terpajang disitu, termasuk batu-batu runtuhan dibelakang mimbar, yang memberi kesan seram tapi juga sedih.



(isi di dalam Museum Sacred of Art. photos taken from the first visit in '07^^)

Saat gw keluar, temen-temen gw sudah terlihat agak bosan, tapi gw masih mau naek ke Monte Fort, maka gw pun memilih menyusuri tangga batu di tebing yang menuju ke sebuah benteng. Jangan tanya apa rasanya kedua kaki gw! Jalan kaki 2 jam ditambah dengan pendakian tangga, rasanya cukup membuat mereka mati rasa. Tapi seru juga, karena dari atas itu bisa liat seluruh kota Macau, yang kalo terlihat di siang hari, gak beda jauh sama kumuhnya kota Jakarta, walau masih lebih tertata rapi sih, hihi.

Foto-foto sebentar di Monte Fort, dan saat mau melangkah memasuki tempat peninggalan bersejarah Monte Fort (Galeria Fortaleza do Monte), seluruh indera di tubuh gw kembali menjerit ketakutan, maka gw pun memutuskan untuk naik lagi. Temen-temen gw pun ngikut naek, gak jadi masuk, hahaha.. kocak juga.


(poto-poto di Fortaleza do Monte ato lebih beken Monte Fort)

(jalan masuk ke Galeria Fortaleza do Monte yang spooky itu)

Ternyata Monte Fort ini bersambung dengan Museum of Macau, bahkan kalo yang gak mau capek naek tangga tebing yang barusan didaki gw dan 2 orang temen gw, ada eskalatornya segala. Sialan! Dari tadi kek yaa, kan gak perlu merintahin kaki buat nambah otot, hiss....

(museum of macau. cuma pose di depan, gak masuk soalnya bayar 15MOP, haha!)

Setelah keliling-keliling di daerah Ruins, ternyata hanya menghabiskan waktu satu jam-an, tahunya sampe di bawah, toko baju sudah buka. Langsung semua panik milih kaos. Tadinya dijual 100MOP untuk 3 baju, lalu gw pun menawar dan diberilah 4 baju untuk 100MOP. Lumayan, bahan kaosnya pun cukup enak dibandingkan dengan toko sebelumnya yang disainnya menurut gw monoton.

Berapa banyak baju yang dibeli temen-temen gw? Cukup banyak. Sementara gw memutuskan untuk membeli kaosnya sebelum berangkat ke Thailand di hari Sabtu, biar ke Hongkong-nya gak perlu bawa-bawa baju gila-gilaan.

Dari daerah Senado, kami pun check out dengan menitipkan tas di hotel. Luggage storage-nya cukup besar dan ternyata sudah banyak diisi oleh tas-tas lain yang besar-besar. Setelah itu, kami pun melangkah ke Lisboa, nyegat taksi untuk ke Kun Iam Statue.
Dulu, pertama kali ke Macau, bagaimana cara gw ke Kun Iam Statue dari Senado? Jalan kaki. Haaakkkss!!! Mantaaap! Itu namanya bekpeker irit cenderung pelit, hahahaha!!!

Taksi di Grand Lisboa cukup bikin gw sedikit gak yakin mereka mau ngangkut orang-orang kumuh macam kami, secara dandanan seadanya, bila dibandingkan dengan mereka yang berjudi, hahaha.

Eiiitttsss!!! Tapi supir taksi yang gw pilih, cakep banget bow!!! Mirip artis Taiwan gitu dah, pake kacamata item segala. Pas gw nunjuk peta, dan dia bilang oke, gw masih terpana dulu, bukan kenapa, tapi... kok secakep ini jadi supir taksi ya? Kenapa gak jadi artis? Hihi.
Dan dengan baik hatinya, ia memberhentikan kami tepat di depan patungnya. Sementara kloter kedua, diberhentikan di taman yang jaraknya seratusan meter dari lokasi. Baiknya si supir artis itu, hihi...

Di Kun Iam, sebenernya sih gak ada apa-apa kecuali patung dewi kesuburan yang menjorok ke laut gitu. Dulu, pertama kali browsing tempat wisata di Macau, gw sempet berpikiran kalo ini patung ada di tengah-tengah laut dan besarrrrrrrrr buanget. Nyatanya begitu dikunjungi?? Ckckckck... hebat banget dah trik jualan pariwisata negara ini.

Sempet foto-foto bak artis dah di kitaran Kun Iam itu, sambil ngabisin waktu.

(wujud Kun Iam Statue di tengah mendungnya langit Macau. gelap euy!)

(biar tauk hasilnya gelap krn mendung, kga masalah dah!nyang penting: EKSIS)

(yap! it was pretty cold & we're pretty crazy for taking the jacket off)

Baru kemudian, dengan taksi (lagi) menuju Macau Tower.
Dari Macau Tower ini kita bisa liat seluruh daratan Macau dan sebagian Taipa. Keren. Harga masuknya kemaren itu 85MOP (sekitar 132ribuIDR, klo gak punya cash, bisa gesek kok, bayarnya kreditan, hihi). Nah, di tower ini juga ada 3 kegiatan outdoor yang disajikan oleh AJ Hacket, sang pioneer bungy jumping itu. Emang, gak jauh-jauh dari kegiatan mompa adrenalin lah klo yang megang AJ Hacket sih. Hanya saja, harganya MUAHAAALLL.
Ada Sky Jump, Mast Walking dan tentu saja Bungy Jumping. Sedikit catatan, Bungy Jumping di Macau Tower ini termasuk bungy jumping tertinggi dalam kategori gedung, itu menurut si AJ Hacketnya sendiri. Wiiih... kalo saja harganya tidak menyentuh angka juta, tentu gw akan nekat nyoba, hahahaha!! Padahal, gw sendiri kga tau kekuatan jantung gw, wakakaks...

Pemberhentian pertama adalah deck sightseeing di lantai 58, tempat buat bersantai liat kota Macau. Sebenernya paling bagus itu kalo malem, karena bisa liat cahaya kota.
Tapi kalo siang lebih seru pas ngelewatin lantai kaca. Jadi, ada beberapa deret lantai yang dibuat dari kaca, jadi bisa berasa mau nyemplung beratus-ratus meter ke tanah.
Awalnya gw juga jiper saat berdiri diantara lantai itu, tapi akal gw jalan, seumur idup gw, gw belum pernah denger ada orang jatoh gara-gara nginjek ini lantai, so... this must be safe. Jadi gw pun berposelah di lantai itu dalam aneka gaya tiduran. Hanya gw tadinya, karena temen-temen gw pada siwer harus berdiri disitu. Lama-lama karna sirik liat pose gw yang aduhai (hahahahakk!!) mereka pun jadi terpacu untuk ikutan pose. Norak buanget dah! Sampe diketawain turis-turis Jepang, tapi gw mah kga peduli demi pose asoy.


(pose diatas lantai kaca. buat yg takut ketinggian, stay away!)

Pemberhentian selanjutnya adalah lantai 61, dimana AJ Hacket bertengger.
Hiyaaaa!!! Begitu pintu lift terbuka, yang menyambut itu satu: angin dingin yang kenceng. Busyeeettt..... Semua orang pake jaket tebel, hanya gw dan temen gw yang nekat gak pake jaket, demi dapet pose oke, ampyyuuuunn. Beauty dies young klo gini caranya siiih... ^^

(rela beku demi gaya gak jaketan mulu...*hiiiss*)

Bahkan pas gw di toilet, dan ditinggal sendirian sama temen-temen gw, para pekerja disitu terpana dan nepok-nepok bahu gw, ngajakin ngomong pake bahasa Cina yang bikin gw bengong. Lalu mereka nunjuk lengan baju gw yang minim dan ngasih tanda hebat gak kedinginan, hahahaha!! Gak tau aja mereka....

Waktu udah nunjuk jam 2.30 PM saat gw dan temen-temen ninggalin Macau Tower, kali ini pake bis nomer 32 balik ke Grand Lisboa, rate bisnya cukup mahal 3.2MOP (5rebu rupiah lah) dan bete aja pake ada 2 sen (avos) segala.

(torre de macau shuttle)

Sampe di hotel, ambil barang, dan menuju ferry terminal. Kalo temen-temen gw pake taksi Elgrand, gw terpaksa pake taksi sedan duaan bareng temen gw, karna taksi Elgrand itu hanya mau nampung 5 orang. Ciiiih....

Sampe di ferry terminal, pesen tiket ferry ke Hongkong yang berhentinya di daerah Kowloon, jadi pake New First Ferry. Katanya sih, lebih gampang ke hostel pesenan kami.

Oke all set!
Jam 16.30 ferry pun lepas landas. Ombaknya cukup besar dan keras, dan gw sepanjang perjalanan, TIDUR. Eh sumpah deh, kerasa bener otot-otot kaki yang mulai menegang ini, haha!!
Sampai jumpa di Hongkong!

ZZzzzzzz.......
__________________________
Bestfriending with the ears: rage against the machine - renegade of funk
(kontras amat dari MONORAL ke RATM!! *big grin*)

Monday, March 23, 2009

The Traveler’s Journal 3rd Volume “Enjoy Asia”Part 2 - Macau: Menikmati Keindahan Cahaya Macau dalam Kedinginan yang Menusuk

Pesawat dengan nomer penerbangan AK52 membawa kami membelah langit menuju kota judi terkenal di Asia, Macau, dengan waktu tempuh..... 4 jam saja.
Bagus sekali. Memang tanggal 9 Maret 2009 adalah hari dengan judul “Penantian”.

Di pesawat, gw duduk satu baris dengan seorang ibu-ibu tua yang mungkin warga asli Macau, yang sama sekali tidak bisa bahasa Inggris. Ibu-ibu yang satu ini, kerjaannya cuman satu: tidur. Dalam aneka gaya. Berhubung 3 deret kursi yang ditempatin hanya dua (gw dan dirinya), dengan cuek dia merebahkan diri di kursi tengah, selonjoran tidur. Ampun daah...

Tema dalam pesawat gak jauh beda: baca majalah traveler yang sama dengan waktu berangkat dari Jakarta (sampe apal isinya gw!), tidur, dan menatap langit malam.
Eeeh... tapi ada satu saat yang bikin gw surprise banget. Saat melihat keluar jendela, ada bulatan sempurna menerangi langit. Busyet, full moon! Bagus banget. Sayang pas mau diambil gambarnya malah ilang...

Menurut kapten pesawat, cuaca di Macau cerah dengan suhu udara 17 derajat celcius.
Oops... gw pun menaikkan satu alis saat mendengarnya, “ooke, 17 derajat celcius itu kan setara dengan cuaca puncak ya? Jadi kaos kutungan dengan jaket tebal ini cukup melindungi kulit dong?

Jreng jreng!!!!
Satu hal yang gw lupa adalah faktor kelembaban udara.
Alhasil, gw pun bergemeletukan menahan dinginnya udara yang menggigit sampe ke tulang. Segitu masih di dalam airport en nunggu giliran imigrasi, palagi klo udah diluaran? Et sumpah dah, dingin buanget!!

Apa yang gw khawatirkan terjadi juga di bandara itu. No one actually speaks English.
Padahal, gw cuman mo tanya, “nyari taksi dimana ya?”, tapi semua orang geleng-geleng kepala. Counter tourist information yang terlihat anggun itu nyatanya terkunci rapat dan satpam di bandara hanya angkat bahu saat gw tanya, “is it already closed?
Saat temen-temen gw dengan santainya menikmati jejeran kursi di ruang tunggu, gw kelimpungan sendiri nyari orang yang bisa bahasa Inggris. Bahkan orang-orang dari travel agency yang counternya berderet-deret itu pun tak bisa bahasa Inggris, bikin gw shock.

Alhasil, gw menemukan seorang bapak baik hati yang bekerja sebagai marketing hotel Venetian (secara dia bawa-bawa papan nama hotel termashyur itu), dan mengajukan... tepatnya sih merengek minta dibantu soal taksi, direction sampe rate taksinya. Ngobrol-ngobrol, sampe dia menuliskan tulisan kanji alamat hotel tempat gw nginep (karena menurut beliau, orang-orang di negara ini hanya bisa bahasa Cina walaupun alamat ditulis dalam bahasa Portugis.... schweeetttt!!!)
Eh mendadak ada ibu-ibu mendekat dan menawarkan jasa nganterin kita ke hotel dengan harga 100MOP (setara dengan 100 dollar HK), menurut bapak itu sih harganya cukup fair, karena kalo pake taksi pun kita butuh 2 taksi, bagasi di-charge, dan kalo diitung ya 100MOP juga. Yasud, gw pun bernegosiasi dengan kelima temen gw yang masih meluruskan kaki dengan santai itu, dan diputuskan untuk menggunakan jasa ibu-ibu itu. Lucunya lagi, ibu-ibu itu sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. Mati dah! Untung ada bapak-bapak itu yang membantu gw nego. Pokoknya diyakinkan 100MOP sampe tempat, tanpa gw dikenai charge apapun lagi.

All set!
6 orang dengan 7 tas sudah duduk rapi dalam mobil van putih milik si ibu itu. Berhubung gw sudah pernah ke Macau dan ingatan gw masih cukup bagus, gw pun sok sokan bertindak sebagai tour guide selama perjalanan bandara-hotel yang waktu tempuhnya kurang lebih 20menitan itu.
Disebelah sini adalah Macau GP, tempat Valentino Rossi iseng latihan, lalu diseberangnya itu ferry terminal. Yang menjulang terang, itu macau tower...”, begitu gw menjelaskan pada temen-temen gw. Si ibu sempet nimpalin pas gw memperkenalkan Grand Lisboa tempat judi beken pada jamannya itu. Entah apa yang dikatakan si ibu, apakah berusaha membenarkan kalimat gw ato malah mencela keminiman pengetahuan gw soal kota Macau, hihi.

Memang... kota Macau lebih bagus dinikmati saat malam hari. Semua lampu megah mewarnai kota, menutupi bocel-bocel yang baru nampak di saat pagi hari. Beginilah kalau penghasilan utama kota didapat dari judi (dan perempuan tentunya, hihi).

Sampe juga di hotel dan ibu-ibu tadi cukup jujur dengan tidak mengenakan biaya tambahan apapun pada kami.

Seperti apa wajah hotel itu?
Hmm... sebagaimana yang sudah diperingatkan oleh bapak-bapak Venetian itu, “Central Hotel is the oldest hotel in Macau, so probably you can already guess what it’s like. I’m not gonna say it’s proper or not, or...” dan diakhiri dengan cengiran datar seraya mengangkat kedua bahu.

Well, comparing to Venetian.... JELAAAASSS sekali berbeda.
Bagai langit dan... dasar bumi kali, hihi.




(ini tampang kamar hotelnya. cukup luas sih. dan pintu abu-abu itu, entah mengarah kemana^^)

Kali pertama gw memasuki kamar hotel, perasaan gw udah gak nyaman cenderung mencekam. It was dan gw tidak melebih-lebihkannya. Temen gw bilang, “jangan dipikirin”, gimana gak mikirin klo seluruh indera di tubuh elu berteriak-teriak ketakutan?!

Well, apa daya? Mau ngajakin temen-temen gw nginep di hostel yang dulu ditempati gw, rada gak enak ati juga klo nyuruh mereka naek tangga sampe ke lantai tiga bawa-bawa koper seberat anak 3 taonan. Dan hotel yang paling murah ya hotel ini. No wonder itu hotel murah banget, comparing to any other hotels downtown ya.

Selese taro tas, langsung cabut keliling kota. Gak keliling kota juga sih, hanya ke Grand Lisboa untuk poto-poto dengan mode norak yang berkilatan terang. Poto sana poto sini mengumbar kenorakan kita sampe lupa sama dingin yang menggigit dan cacing-cacing dalam perut yang udah tereak protes, “LAPER GILAAA!!!”



(Casino Lisboa, seberang Grand Lisboa)

(di dalam Grand Lisboa, ada lambang Macau)

Alhasil, sambil jalan memutari Grand Lisboa, sampelah di Guia Fort, dan lambang kakek tua yang khas itu melambai penuh semangat pada kami untuk mampir. Dasar kolonel tua yang genit!





(di depan Guia Fort, yang gak keliatan jelas^^)

Kalo soal kehalalan makanan, jangan tanya deh, pastinya gak akan nemu yang bener-bener halal, jadi untuk meminimalkan perasaan bersalah, bacalah ‘Bismillah’ sebelum menyantap ayam goreng rasa babi itu, hahahaha!!

Sepanjang jalan, selalu papasan sama cewek-cewek Macau, cowoknya juga sih, tapi yang paling gw perhatiin adalah ceweknya. Satu hal yang gw benci dari remaja Macau adalah.... mereka punya cuaca yang oke buanget buat tampil chic dengan boot, rok mini dan jaket tebel dengan disain cantik. Huuu!! Gituan dipake di Jakarta bisa meleleh mampus, lengket dimana-mana! Selaen itu, udara di Macau nampaknya minim polusi (jika dibandingkan dengan Jakarta yeee), jadi angin yang semeliwir itu bener-bener masih terasa segar. Walau harus diakui, I was freezed to the bones! Gilaak!! Jalan kaki gak kerasa hangatnya, keringet kga keluar sama sekali, malah kulit terasa kering. Mampus daah..

Nemu jalan kecil yang ujung-ujungnya nembus ke Senado Square deket hotel, dan sempet poto-poto sebentar sebelum melangkah masuk ke dalam hotel yang creepy itu.



(di suatu gang di daerah Senado Square)

Malemnya, bener aja kan?
Saat temen gw dengan pulasnya ngorok tanpa kesulitan apapun, gw sempet-sempetnya di’toel’ sama yang jaga disitu, sampe kaget kebangun en memutuskan untuk menonton berita ekonomi CNN dengan harapan bisa kembali jatoh tertidur, tapi nyatanya malah pusing dengan indeks saham, dan gak bisa tidur juga sampe pagi, haha!

_______________________________


Bestfriending with the ears: MONORAL - Vimana

Tuesday, September 25, 2007

The Traveler’s Journal Part XI: G’bye Hongkong-Macau, Welcome to Bangkok!

August 16th, 2007

06:32AM
udah siap dengan ransel dan tentengan tas isi belanjaan, berdiri ngantri lift. Begitu sampe di pintu keluar Mirador Mansion yang sumpah gedung itu masih sepppiiiii nian, berpapasan dengan seorang bule yang malam sebelumnya sempat kita keceng [alah, keceeennggg!! *klontang*]. Emang ganteng deh tuh bule. Model2 skater gitulah. Apa yang itu bule lakukan? Dirinya bertelanjang dada, beler berat dan merentangkan kedua tangannya seperti menyambut kita, dan menyapa “hello ladies...
gw dan temen gw membalas, “bye” dan meninggalkannya terbengong-bengong, hehehe.

6:52AM
udah ada di Hongkong Shuntak Building yang jadi markas TurboJet yang akan membawa ke Macau. Tiket sih jam 8:15AM, tapi nyampe lebih dulu gak masalah kan. Sapa tau dapet standby line yang bisa masuk ke ferry sebelumnya.
Kali itu mau sarapan di McD. Liat harganya, termehe-mehe. Dengan HK$12 udah bisa sarapan lengkap dengan telur mata sapi.
Itu yang gw pilih. Tapi berapa harga yang harus gw bayar? HK$20. LHO?!?! Gw protes dan nanya, gak guna karena si pelayannya gak bisa bahasa Inggris. Huuhh.... terpaksa keluar juga tuh duit. Untung masih ada 2ratus sekian dollar hongkong buat belanja di Macau.

7:32AM
udah ngantri di standby line dan.... dapet ferry yang sebelumnya!! Senang sekali! Setengah jam lebih awal dari jadwal seharusnya. Beruntunglah!

09:15AM
selamat datang kembali di MACAU!!
Segera menitipkan tas di terminal ferry itu yang cukup murah. Dan segera melesat ke Macau Tower buat membeli miniatur Kun Iam yang hanya ada di toko souvenir itu dengan harga murah. Hehehe, gak mo rugi gitu ya?
Sampe sana? Tokonya...MASIH TUTUP!
Huuuh!! Alhasil, nunggu sampe jam 10 deh. Poto sana sini, sempet pula maen game gratisan, hehe.

10:20AM
turun di sekitaran Praia Grande dan mendadak gw memekik kegirangan saat mendapat tulisan di plang kecil yang menunjuk ke sebuah gang kecil. Margaret’s Café and Nata. Tempat menjual egg tart yang kata pemilik Auguster’s Lodge, memiliki rasa yang sama dengan egg tart Lord Stow’s yang ada di daerah Coloane [gak mungkin ke Coloane dengan waktu mepet begitu soalnya].
Akhirnya, kaki pun dilangkahkan ke situ. Pantes gak keliatan café rumahan yang nyempil di dalam gang yang setelah dirunut-runut ternyata tepat di belakang penginapan Auguster’s Lodge. Halaaah!!! Pantes direkomendasiin si pemilik penginapan itu!!
Satu egg tart [6MOP], satu plum cake [6MOP] dan satu air mineral [5MOP] pun tersaji di depan muka. Yang pertama dicoba, tentu egg tartnya. Rasanya? Klo di Koi Kei, toko kue tempat gw pertama kali nyobain egg tart, tekstur isiannya terasa begitu lembut dan fragile. Klo di Margaret’s, tekstur isian lebih steady dalam arti lebih padat. Rasa perpaduan pastry gurih dan puding telur yang manisnya sih sama, yang berbeda hanya teksturnya saja. Apalagi dimakan hangat-hangat. Dan rasa plum cake yang besar itu? Wuiiih... enaak! Hehehe. Temen gw untung gak gitu bergairah dengan kue-kue dan akhirnya, gwlah yang menghabiskannya. HAHAHA!!!

Dan baru kemarin saat gw kembali surfing Macau di internet mengetahui kalau ternyata Margaret’s Café and Nata adalah induk dari Lord Stow’s yang terkenal seantero jagat itu. Haiyaaah!!! Jadi, beruntunglah kami. Seenggaknya, gak perlu ngubek-ubek Coloane [plus tersesat lagi] demi sepotong egg tart itu kan?

10:40AM
menuju Ruins St. Paul buat beli kaos, makanan dan [buat gw] miniatur Ruins St. Paul.
Kaosnya cukup murah. HK$50 buat 2 biji [tapi tergantung jenis dan ukuran. Untung, gw ukurannya S jadi lebih murah], ke toko kue Choi Heong Yuen buat beli Sweet Heart Cake yang rasanya kayak bakpia tapi isiannya selai Winter Melon yang manis tapi terasa light. Enak.
Pengennya sih, beli mooncake, beli husband cake, tapi semuanya.... menggunakan babi. Hiyaahh!!! Bahkan eggroll pun berisi abon babi. Hehehe.

Gw menyempatkan diri buat lari ke atas, dekat Museum Macau yang tersedia beberapa pedagang suvenir kaki lima, sementara temen gw menunggu di tempat kue itu.
Setelah tawar menawar, akhirnya pedagang itu memberikan gw miniatur Ruins St. Paul seharga MOP35 yang warnanya emang keren. eeh, lucunya, pedagang itu tawar menawarnya dengan... bahasa indonesia. Padahal gw udah keukeuh pake bahasa inggris. Mendadak dia bilang, “tiga lima”. Gw kaget dan tanya apa dia orang indonesia, kok dia tau gw orang indo, dia menjawab, “face like you. Only 2 options. Phillipines or Indonesian. I live here many years and i can tell people from their face
Waah, gak nyangka. Untung gw milihnya di kedai dia bukan kedai suami istri yang terlihat jutek. Hehehe.
All set then. Let’s heading to the airport!!!
Tapi sebelumnya, temen gw merengek-rengek buat makan siang. Alhasil, sepiring nasi goreng [untuk ber2], yang rasanya aneh, pun mengisi relung lambung gw yang jelas-jelas unjuk rasa menolak. Maklum, rasanya sumpah gak enak, hehehe. Mungkin, ada campuran tertentu.

11:30AM
benar-benar meninggalkan daerah perkotaan Macau dan menuju Terminal Jetfoil yang dilanjutkan dengan menaiki AP1 [sekarang sih, udah jago milih bis sialan itu] menuju airport.
Sesampenya di airport, langsung bongkar muatan dan... Re-packing. Hahaha!!!
Beberapa kali dikira Tenaga Kerja asal Filipina saat pesawat menuju negara itu dikoar-koarkan. Wuahahaha!!
Oiya, penekanan sekali lagi: airport Macau adalah airport ter-SUNYI seantero jagad. Tapi soal kebersihan, nomer satu! Jelaslah, secara hanya ada segelintir orang yaa? oia, disitu juga temen gw membeli light coke rasa lemon termahal didunia. Berapa harganya? 20MOP [seharga 20rebuan tuuh, haaha]

4:30 – 6:20 PM
perjalanan panjang menuju BANGKOK!!!!

6:30PM
mengurus imigrasi dan terpekur pada penampilan seseorang yang antri 2 orang di depan gw. Laki-laki itu terlihat, unik. Saat itu, dirinya memakai celana pendek dan kaos yang sumpah, kucel banget! Rambutnya digimbalin dan diikat seluruhnya menjadi satu. Begitu cuek dengan bersendal jepit dan ransel di punggung.
Gw baru menyadari kalo dirinya baru turun dari penerbangan Phnom Phen karena bagasinya bareng sama pesawat kita. Aiiih... not a ‘so-gorgeous-guy’ indeed, but somehow, my eyes stucked on him, hehehe...
Menukarkan dollar di situ dan kelimpungan bingung nyari shuttle bus yang bakal bawa kita menemui NGV551 menuju Victory Monument. Nanya ke seluruh petugas, gak ada yang tau shuttle bus menuju terminal bus umum di airport. Kok aneeehh?!?!?!
Sampe seorang laki-laki nyeletuk, “you probably won’t find it. The shuttle bus stop serving at 6PM
*Toweng toweng toweng!!! *
Tapi yang membuat gw terbengong adalah laki-laki yang bersama si cowok pembawa berita itu. Aiih, itu kan si kucel!! Gw menatap temen gw, berharap dirinya bisa membaca isi pikiran gw.


Temen gw yang fasih Thailand, mencoba menggali lebih dalam permasalahan itu pada si cowok pembawa berita sementara si kucel berada beberapa meter di depan kami, berdiri diam. Hingga kemudian, temen gw berinisiatif [ooh, untung dia membaca isi kepala gw], “why don’t we share taxi then?” Gw tersenyum lega dan lebar dan mengangguk penuh semangat. Si cowok pembawa berita memanggil si kucel dan berbicara dengan bahasa aneh, lalu menerjemahkannya, yang intinya meminta persetujuan untuk sharing the cab. Semua setuju! Waktunya cari cab. Harganya berapa? 600Baht! Iiihh!!!


Selama antri cab, gw tanya mereka dari mana, ternyata mereka kakak beradik asal US yang berdarah Kamboja-Thai. Mereka di thai udah hampir 6 minggu, dan baru aja dari Kamboja mengunjungi Angkor Wat. Aiiihh!!! Senang sekali!


Oia, dasar dungu, gw hanya mengingat nama si kucel [Dave] sementara si cowok pembawa berita itu yang adalah kakaknya, tidak gw ingat namanya. Hahahah!!! Maapkeun.
Gw mendapatkan jok belakang, bergabung dengan kedua kakak beadik itu! Heihihi... Sepanjang perjalanan, kami asik ngobrolin pengalaman traveling dan sempet sih mereka kasih sinyal buat nginep di hotel di daerah mereka juga. Tapi eeh, maap kita udah booking kamar tuuuh, hehehe.

Sepertinya, mata gw emang gak bisa lepas dari wajah si kucel Dave. Biarpun kucel, kalo udah ketawa, matanya langsung ilang dan smile lines menghias di ujung matanya. Lucu sekali! Dan suaranya!! Begitu melagu dan pelan dengan aksen US yang ringan melayang di udara. Aiiih.... gw emang termehe-mehe sama lelaki yang ternyata... masih berusia 21an tahun itu. Haiiiiyaaa!!!! Daun muda emang selalu terasa manis dan renyah!!!
Si cowok pembawa berita berulang kali ditelponin ceweknya, yang udah nunggu di penginapan, hehehe. Maap!!
Satu lembar kartu nama berpindah tangan saat kami berpisah di dekat gang hotel dan ber-say g’bye dengan sedikit sedih, karena mereka akan kembali ke US keesokan harinya. Hmmmhh....

Nyampe hotel, juga setelah jalan 500meteran dari tempat diturunin. Hotelnya? Nyamaaan!!!!namanya First House Hotel yang seharga 180rebu/kamar/malem udah dapet makan pagi, kamar mandi dalem [pake bathup+shower], spring bed, tv cable, AC, Room Service daaan kamarnya luaaaaaaasssss buanget!!! No wonder, jadi tujuan banyak turis termasuk orang Indo [ketemu beberapa orang berbahasa Indo soalnya, tapi gak kita sapa, hehehe. Belagu ya?]. Letaknya? Di Petchburi yang dekettttt buanget sama Kedubes Indonesia. Waaah, gw udah ngebayangin, makan masakan Indonesia di kantin Kedubes. Hmmm, syedaaap!!


09:00PM
cari makanan di pinggiran Petchburi. Dapetnya? Chicken Rice dan gw harus bersahabat dengan aroma daun ketumbar yang jadi bumbu andalan orang Thai. Iiih, sampe gw tidur, itu bau masih aja menyertai, hehehe.

Dilanjutkan dengan keliling Pratunam daaaannn.... makan serangga goreng.
Wah, ini bagian yang paling kocak, saat kita berdua menghadapi pedagang kaki lima yang jual belalang goreng, cacing bambu goreng, serangga tanah [gw bilangnya retrong, entah orang2 kok gak ngerti ya?] goreng, dan katak kecil goreng. Sumpah, berdua saling teriak-teriak geli di depan abang-abang itu, sampe dia cekikikan sendiri. Harus beli 20baht, tapi kan gak mungkin kita beli sebanyak itu!! Gilingan!


Lagi serunya nawar sekaligus bergeli2 ria, gak nyadar kalo sejak tadi, ada cowok yang sepertinya baru pulang kerja [terlihat dari pakaiannya] dan merhatiin dengan geli kelakuan kita. Mendadak, dia mengeluarkan 20baht dan membeli belalang goreng itu. Gw memperhatikan dengan seksama. Ternyata belalang itu dimasukin ke kantong kresek kecil, disemprot air garam dan ditaburi merica. Laki-laki itu minta yang pedes. Selama si abangnya meracik semua, gw tanya sama si cowok. “which one is more delicious?” dia bilang, “everything is eat-able”. Gw menatap dirinya dan tumpukan gorengan serangga itu. “You should try” dia nambahin. Gw menatap ragu, “yea, but...”. “Ok, i’ll give you mine some, and you decide it.” Dia menyodorkan plastik berisi gorengan belalang yang dia pesan, mengambil satu dan plok! Langsung dicaplok dan dikunyah, kriuk kriuk... Gw menatapnya gak percaya. Begitu mudahnya dia mengkraus belalang kering itu!! Lalu, gw pun memberanikan diri mengambil satu dari dalam kantongnya, masih mengernyit-ngernyit geli, memotongnya menjadi dua. Bagian atas gw serahkan temen gw untuk mengeksekusi dan plok... bagian bawah sudah berada dalam mulut gw. Rasanya??? Ternyata, enak juga... hahahaha!!!!! Gurih dan kriuk2. Cuma kakinya seneng banget nyangkut di gigi, hehe.


Cowok itu menghilang saat gw dan temen gw masih saling bergeli-geli menelannya. Lalu, memutuskan untuk tidak membeli [walau, gw masih pengen mencobanya lagi]. Sekian langkah dari situ, ada yang jualan bubble tea. Temen gw pun membeli milktea seharga 10baht dan gw yang tidak kuasa menahan rasa pengen makan serangga itu lagi pun memutuskan balik lagi dan menawar untuk beli 10baht. Diberilah, 4 ekor belalang yang besar-besar dengan taburan merica yang cukup banyak, yang jadi teman nyemil sepanjang jalan dari Pratunam ke hotel yang jaraknya dekeeeeet buanget. Heheehe....

Di hotel, belalang itu pun ludes. Hahaha!!! Tapi sebelum lumat, sempet dijadiin fotomodel dulu, hihi.

-- end of The Traveler’s Journal Part XI: G’bye Hongkong-Macau, Welcome to Bangkok! --
_________________________________________
the sums:

untuk yang berniat mengelilingi Macau dengan transportasi umum [yang memang lebih gampang], bacalah dengan seksama tulisan [portugis/cina] yang tertera di display samping bis. Tebak-tebaklah artinya. Yaah, emang butuh waktu untuk terbiasa dan gak tersesat. Gak tersesat dengan transport umum di Macau, adalah sesuatu yang amazingly mustahil!! Hehe.
Juga, jangan haraap semua shelter bus berbentuk sesuai shelter pada umumnya. Mayoritas shelter bus itu, hanya sebuah rambu bulat bertuliskan bus stop dengan daftar nomer bis yang berhenti di situ. Jadi, jeli-jelilah dalam memperhatikan jalanan. Gw gak tau rate taxi karna emang gak pernah pake taxi di Macau. Gak seru!
Jangan lupa untuk menyediakan uang recehan pas, soalnya gak akan dikasih kembalian. Ini berbeda sama di Singapura/Malay.
Klo mau nyobain egg tart tapi gak punya waktu ke Coloane, cobalah ke Margaret’s Café and Nata yang merupakan induk Lord Stow’s di Coloane itu. Letaknya di belakang toko provider GSM CTM deket Lisboa [cuma ada satu kok], masuk ke dalam gang dan berdirilah café rumahan itu yang cukup penuh saat makan siang.

Di Thailand, klo mo naek NGV yang kayak bis Airport Cengkareng DAMRI tapi pake L300, itu lebih ngirit dibanding naek taxi, hanya 45baht! Sebenernya, taxi dari airport ke Petchburi hanya sekitar 250baht, tapi suka digetok 600baht! Reseh memang.

Serangga goreng? It’s a MUST try di Thai [selaen Som Tham maupun Thom Yam Goong]. So, try it!!!

Wednesday, September 19, 2007

The Traveler’s Journal Part VII: Macau – Unbelievably ‘friendly’ People [in cynically mode ON]

August 13th 2007

06:30AM
bangun-mandi-packing

07:50AM
cabut dari hotel dengan pesan dari penunggu hotel yang masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih tercecer: “if you want to check out today, be sure you’re already here before 12, because i won’t be here after.

Hmm... oke!

08:20AM
sudah berada di Leal Senado dan... desperately calling the Airport lewat telpon umum koin [!! Masih ada dan berfungsi bae cuuy!!]. Untuk apa? Untuk menanyakan service titip tas. Man, I was so not wanting wandering here and there carrying bundle of hastles on my back!!

Gak nyambung2 juga, alhasil melangkah menyusuri Leal Senado, berharap ada warung yang buka buat numpang sarapan. Satu langkah demi satu langkah tercipta di tengah kesunyian pagi. Eh, sumpah loh bow, jam segitu orang Macau masih pada tidur sepertinya, soalnya sepi banget! Toko belom ada yang buka, padahal udah hampir jam 9, mana perut makin keroncongan! Uughh, jalanan yang menanjak itu, terasa begitu memberatkan kedua betis dan paha euy!!
Baru disadari kalo semua toko baru buka pada pukul... 11. MANIS!!

Setelah luntang lantung sana sini, mendadak temen gw berenti di ujung sebuah gang kecil. “Put, ada warung!” gitu kata dia. Gw ikutan ngintip. Bener aja, ada seonggok warung roti di ujung akhir gang itu. Ada sekitar 4 orang yang sedang makan dan ngegosip di situ. Perasaan gw sih gak enak. Tapi berhubung perut udah unjuk rasa anarkis, mau gak mau, gw menyetujui ajakan temen gw buat numpang sarapan di situ.

Warung [well, hanya sebuah meja dan sebuah rak kecil sih tepatnya] itu ternyata menjual roti dan gw jujur gak bisa mengalihkan tatapan dari mangkuk berisi mie panas yang sedang disantap seorang perempuan. Gosh! My mouth was watering all over the place! Yang punya warung itu, seorang nenek tua, yang sepertinya malah gak suka didatengin kita. Heran kan?

Yea... tentulah, bahasa tarzan digunakan saat transaksi. Untungnya, seorang perempuan yang tengah makan mie tadi itu, cukup luwes berbicara inggris, sehingga dirinya membantu menerjemahkan transaksi aneh itu.

Satu roti bun bakar beroles mentega seharga 3MOP dan satu gelas lemon ice tea seharga 5MOP pun muncul di meja lipat tempat gw dan temen gw berada. Well... dari pada gak ada toohh??? Tadinya sih, mau mie juga, tapi keuangan menipis euy!!!! Sepertinya tinggal 20MOP untuk berdua ha!!!

Omong omong sama cewek itu, ternyata didapat kalau [oyea, hell... selalu deh dikira filipino. Hell! No one knows Indonesia i supposed!] pemilik warung si nenek-nenek itu, orang Palembang. Ha!!!
Sudah 4 tahun di Macau [sepertinya sih, lebih dari itu] dan sama sekali blank bahasa indonesia [ato gak mau make lagi?]

Selesai makan, pengennya, gw dan temen gw poto bareng nenek tua itu. Yah, ngerasa seneng gak sih, ketemu sama sesama tanah air?
So i asked her to take a picture. And what did she reply? “eight dolla
Gw dan temen gw liat-liatan bengong. Dan dia mengulangnya lagi, “eight dolla
we have to give eight MOP?” tanya gw polos.
should we pay you 8 dollar?” tambah temen gw sama-sama polos ditengah kebengongan kita.
Nenek tua sialan itu menyeringai dan berkata-kata dalam bahasa yang hanya jenisnya dan Tuhan saja mengerti. Ha!! Tanpa perlu nego, gw dan temen gw pun cabut dari tempat itu, tentu sambil menyumpahserapahi nenek tua itu. Iiihhh!!!

Akh, saking bete sama si nenek bangsat itu, gw ma temen gw malah kesasar. Nasib! Tapi, justru karna kesasar itu, malah nemu sesuatu yang unik.

[Yup! WC untuk anjing. Lucu sekali kan?]

Menyusuri kembali jalanan setapak menuju Ruin St. Paul, yang semakin lama semakin menanjak, akhirnya menemukan juga kumpulan orang menyantap sesuatu. Segeralah mendekat dan ternyata... it’s DIMSUM time! Wuuiih, semua orang makan dimsum dan semangkuk susu panas. Hmm... yummy.
Berhubung keuangan tinggal sekian gelintir recehan, mau gak mau hanya bisa sibuk nanya sana sini [satu porsi harganya 8MOP] tapi ragu juga sih, halal apa kagaknya. Nah, di depan tukang dimsum angkringan itu ada yang jualan buah. Yang menarik perhatian sih, plum. Ada 3 jenis: kuning, merah sama ungu. Tapi gak mungkin beli sekilo pan? Males buanget bawanya! Alhasil nyoba satu yang merah [2MOP], rasanya? Asem seger gitu deh. Eh iya, yang jualannya lgs jutek pas tau kita hanya beli satu buah, walah galak bener negara ini ya??

Nah, dari kejauhan, udah keliatan aja tuh puing-puing bersejarah. Sepanjang setapak menuju Ruin St. Paul, kiri kanannya toko makanan. Kebanyakan jualan dendeng...Babi [YUP!] trus dibagi-bagiin gitu secuil gratisan.

Rasa penasaran gw akan egg tart pun terbayar di sebuah toko kue yang cukup tersohor di Macau. Rasanya?? Manis, lembut, tapi pastry-nya renyah banget plus anget banget! Enak deh! Di toko kue itu isian egg tartnya terasa lembut banget.

Ada beberapa jenis snack yang menarik perhatian gw. Sepertinya bisa dibawa pulang buat oleh-oleh. Masuk lagi ke toko kue lain yang sangat tersohor di Macau sampe iklannya dimana-mana ada dan bikin yang liat ngiler. Nah di toko itu, gw disodorin sebuah kue kecil. Bentuknya kayak kue satu yang dari sagu itu. Rasanya juga seperti itu, tapi gak manis. Asin dan gurih. Ngobrol-ngobrol sama pramuniaga disitu, milih2 kue yang halal dan tersentak kaget saat dirinya menunjuk si kue satu itu salah satu dari makanan berisi cincangan daging babi. Mampus gw! Mana gw nyaho klo kue satu bisa diisi daging babi?! Yaah... apa mau dikata?! Toh sejak menjejakkan kaki di Macau pun, gw udah menyecap babi kok [minyak babi?] jadi sekalian makan dagingnyalah, haha!

09:10AM
Finally menjejakkan kaki di Ruins St. Paul. Mangsudnya sih, poto-poto.
Nothing in there particullarly. Just ruins. Ada Museum of Sacred juga, tempat nyimpen barang-barang peninggalan Seminari St. Paul jaman penjajahan Portugis.
Mau lanjut ke museum macau yang terletak di dataran tinggi di atas Ruins St. Paul, gak bisa krn hari Senin museum itu tutup. Mau lanjut ke Monte Fort... cape banget yak. Naekin sekian ratus tangga! Namya juga Monte [Mount] jd pasti terletak di atas bukit lah. Aiihh.. makasih deh. Kaki gw udah mo copot soalnya.

So... let’s just have a picture... and another one and other ones... and mooorreee other pics ^_^















09:45AM
tuker duit!! Yup! Harus mengeruk kekayaan dulu sekalian buat bekel ke Hongkong, jadi nuker duit ke Hongkong Dollar [yang juga bisa dipake buat belanja di Macau, tapi MOP gak bisa dipake di Hongkong]. Setelah itu? Menjajal Starbucks Macau, hehehehe. Mau beli Mug-nya gak sanggup ngerogoh dompet gw, hehehe.


10:15AM
kelar nelpon airport dan mastiin di bandara ada tempat penitipan barang plus nanya tarifnya, gw dan temen gw pun memutuskan buat laid-back di taman Leal Senado. Oya, a lil note... it’s a place to hang out bagi para TKW di Macau [sekalian ngegaet bule mungkin? Hehehe... saw many of them the night before]


11:00AM
melangkahkan [dengan berat hati] kaki menuju penginapan buat urus tetek bengek cek-out dan untung sekali penjaga penginapan masih ada. Namanya siapa ya? Gw kok lupa? Riza? Kriza? Triza? Something like that lah. Seorang cewek Filipina yang cukup sedih mendengar cerita hidupnya, hehehe.
Ooh, iya... disitu kita menemukan 4 gelintir laki-laki bule yang cukup ganteng dan mau cekout. Eh, tunggu dulu! Pikir gw, di penginapan itu hanya ada 3 kamar yang semuanya share. Kenapa kok gak liat manusia2 itu kemarin?!?! Cape deee [emang belom saatnya Ken... bersabarlah nak!]

00:00PM
oficially menggotong dua gembolan besar itu masuk ke dalam bis menuju Jetfoil Terminal untuk lanjut pake bis AP1 yang menuju bandara.

00:20PM
setelah cukup alot mendapatkan AP1, sumpah!!! Itu bis beneran bikin darah tinggi deh! Belom lagi petugas Perusahaan Bis-nya yang reseh dan gak bisa bahasa Inggris. Lengkap sudahlah. Untung ada anak-anak sekolahan yang bisa di-hijack buat nerjemahin, heehe.

Yang pasti sampe bandara Macau yang sepi nian itu, langsung titip tas [20MOP/hari] trus balik lagi ke Jetfoil Terminal.

01:37PM
Keluar dari Jetfoil Terminal setelah cek-in, tuker dolar hongkong [lagi?!] lalu?? MAKAAAAAANNNN!!!!

Nemu sebuah mall diseberang Terminal itu, langsung memburu food-court. Daaannn??? O-ow... nothing’s halal there. Baru masuk arena food court aja, bau Miss Piggy udah merangsek masuk hidung. Olalala....

Pilih sana sini, alhasil dapet satu porsi nasi goreng seafood yang memang tidak memakai daging babi, tapi berlimpah minyak babi, hehehe. Porsinya??? Cukup buat makan 3 orang deh! Dan baru saat itu [saat gw melihat sekeliling] gw menyadari kalo porsi makan orang Cina itu banyak banget yaak??? Gw nasi goreng itu aja gak abis, mereka masih nambah pake sup ato belut ato ceker ato... entah apalah itu, yang notabene porsi besar. Ckckckck.... hebaaat! Padahal mereka kurus2 cuuyy!

[ini nasi goreng, udah abis setengahnya aja msh sebanyak ini!]



02:13PM
udah nyampe Terminal Jetfoil lagi.
Lari sana sini dan sempet shock saat petugasnya bilang ferry jam 3 dicancel. Halaah!!! Eh, taunya malah bisa naek ferry sebelum itu yg jam 2.20PM. Dasar, tuh petugas bikin jantung gw kerja ekstra aja!

02:45PM
udah duduk manis di ferry dan menikmati perjalanan air berdurasi kurang lebih 1,5 jam. Rasanya?? Fantastic!


-- end of The Traveler’s Journal Part VII: Macau – Unbelievably ‘friendly’ People [in cynically mode ON] --

______________________________
the sums:

kota/negara Macau itu tempat yang menyenangkan terutama buat orang yang pengen laid back. Most of the town is so... quite. Jarang penduduknya dan semua dalam ketenangan yang terorganisir. Tapi jangan harap akan mendapatkan servis turis yang friendly dan helpfull. Most of the time, loe akan mendapatkan raut wajah kecut yang mungkin berpikiran: “ooh, not another tourist lost” gitu. Kemudian mereka akan menjawab dengan nada kesal tanpa mengeluarkan suara-suara bahasa familiar bernama “English”.
Indeed, bahasa tarzan is the most universal language ever!
Petunjuk jalan maupun rambu-rambu lain seluruhnya dicetak dalam bahasa Cina dan Portugis yang lucunya, penduduk disitu hanya peduli dengan bahasa Cina tanpa mau bersusah payah belajar menulis latin atau membaca tulisan Portugis itu. Aiiih...


Ooh... Macau terdiri dari tiga daerah: Macau, Taipa dan Coloane. Tiga-tiganya tempat tujuan wisata yang berciri khas sendiri. Tapi klo hanya punya 1 harian liburan di Macau, spend it just in Macau lah. Udah abis sama kesasar juga soalnya, hehehe. Gw sampe menemukan teori klo ke Macau, harus memiliki waktu 2 malam tiga hari. Satu hari untuk kesasar dan hari berikutnya untuk eksplor kota secara fasih, hari terakhir khusus ke Coloane buat beli egg tart di toko kue egg tart paling tersohor di dunia: “the Lord Stowe” [sayang, gak sempet ke situ eyy], biar bisa dibawa pulang. Hmmm.... yummy!!!

Wednesday, September 12, 2007

The Traveler’s Journal part VI: Macau – Getting Lost In Translation and Direction in a Gambling Paradise

August 12th, 2007

02:30AM
preparing to RISE AND SHINE
DAMN!!!!

03:45AM
benar-benar meninggalkan hotel dan menyambar taksi di pinggir jalan.
Straight to... KL Sentral untuk dilanjutkan tidur dalam bis menuju LCCT - Airport Kuala Lumpur yang ditempuh selama 1jam-an

06:30AM
Flying to Macau...
Well...actually, sleeping while flying to Macau, hahaha.
Sumpah! Gw hanya tidur dan tidur di dalam pesawat.

10:00AM
Welcome to the paradise for the gamblers!!!
Yup! Cuaca emang lagi gak bagus. Berawan banget. Tapi saat mendapati pemandangan Macau, gak peduli deh dengan parade awan yang memayungi bumi, hehehe.

Seperti apa International Airport Macau???
Sepiiiiii nian bak kuburan. Omigosh!! It’s an international airport for heaven’s sake!!

Anyway...tugas utama: IMIGRASIIII!!!!
Yup! Dan, entah bagaimana kenapa, mendadak paspor gw dan temen gw ditahan. O..boy, O..boy!! [donald duck mode: ON]
Panik? Tentu. Pucat? Pastinyaaa!!!
Gw dan temen gw saling tatap heran dan tidak mendapatkan jawaban apapun saat kepala imigrasi itu menyuruh kami menunggu diluar sebuah ruangan dan dirinya menghilang untuk beberapa saat di dalam sana.

Sekian menit kemudian, dirinya keluar [masih dengan muka datarnya] dan menyerahkan kedua paspor itu.
“Is there something wrong?” tanya gw.
“no. Just for a record. It’s your first time coming to Macau. You’re from Indonesia.”
Hell!!!
Kenapa gak bilang-bilang!! Bikin panik aja!

Dan yaa, dua gundukan ransel hitam itu menjadi dua luggage terakhir yang muter-muter. Haa...
Ke Information center dan dibuat terkaget-kaget karena informasi yang terpajang di internet beda total dengan yang sesungguhnya, lalu dilanjutkan dengan menukar uang secukupnya.
Kendaraan apa yang dicari?
Sebuah public bis bernomer AP1 [yang sumpah jaraaaangggg buanget] menuju ke terminal Jetfoil Ferry untuk kemudian melanjutkan dengan bis bernomer 32 [padahal, menurut internet, langsung naek AP1 dan berhenti di depan Lisboa...hmm ~_~]

Satu hal yang bikin gw frustasi adalah.... no one actually speaks ENGLISH [nor even reads latin]

11:00AM
muter-muter Av. Henrique mencari sebuah hostel/guesthouse bernama Auguster’s Lodge. Nanya sana sini, gak ada yang tahu. Even nama jalannya! Dan saat mendekati orang untuk bertanya, mereka akan lari ketakutan dan bilang, “no english”. Olala...

Bertanya pada seorang sales Citibank, dirinya malah bilang [pake bahasa tarzan] kalo tulisan alamat [yang gw sodorin] dalam bahasa Portugis, dan dia tidak tahu. FOR GOD’S SAKE!!! Macau itu kan jajahan portugis dan setiap jalan itu ditulis dengan dua bahasa [cina dan portugis] masa’ dia gak tau?! Please deh, ni orang udah tinggal berapa lama sih di Macau?!

Alhasil, keluar masuk jalanan kecil, sempet nanya sama bule beler [teteup loh bow, kita pake kalimat pembuka, “do you speak english?” udah jelas2 bule gitu yaa... hahaha!!!! bikin itu bule makin pusing ditengah kebelerannya dan menatap kita kesel] dan tetep hasilnya nihil.
Lalu, gw berinisiatif untuk nanya pada pramuniaga toko perhiasan di situ. Gak mungkin dia gak tau bukan? She lives there gitu loh. Dan jawabannya? Sama saja. She didn’t know and couldn’t read. DAMN!!!
Ditengah keputusasaan itulah, gw mendapatkannya: Rua Do Dr. Pedro Jose Lobo. Yang letaknya? Tepat dibelakang toko yang barusan gw tanya pramuniaganya. NAJIIIIISSSS!!!

Ohlala...
Didapatilah tulisan itu juga akhirnya: Auguster’s Lodge, yang ternyata terletak di sebuah ruko di lantai tiga yang notabene bertangga banyak tanpa dilengkapi fasilitas lift maupun eskalator. Selain itu.... aroma pengap, lembab dan berdebu langsung menyambut tatkala kaki melangkah memasuki ruko terselubung itu. AIIIIHH... dengan beban seberat itu di bahu, rasanya lengkap sudah!!
owh ya.. dan beginilah tampakan kamar sewaan kami [share-4beds]

semakin lengkap dengan pemandangan di luar jendelanya..... [so...Asia?hehe]

00:17PM
setelah mengurus tetek bengek per-cek-in-an, gw dan temen gw desperatelly seeking...something for LUNCH!!
Pengennya sih hawkers yang jual jajanan situ. Terbayanglah, klo di Indonesia, di sepanjang jalan ada tukang baso, tukang ketoprak, tukang somay, tukang gado-gado, tukang mie ayam ato nasi goreng. Tinggal milih intinya!!!

Di Macau? Well... tepatnya di tengah kota memang tidak ada pedagang kaki lima saudara-saudara. At least di siang hari.
Terpaksalah menggerayangi...McDonalds. Yup!
Dan jangan tanya berapa harganya, karena rasanya dongkoooll buanget!!

00:45PM
kemana tujuan? Ke Grand Lisboa. Bukan mo judi, tapi mau cari loket penjualan tiket Ferry Jetfoil Macau-Hongkong. Dan seakan mencari Brandon Boyd [of Incubus...] di belantara hutan hujan Kalimantan [a.k.a tugas sulit] rasanya untuk menemukan loket sialan itu.
Dari Grand Lisboa, kami harus loncat ke Hotel Lisboa yang terletak tepat diseberangnya.
Dari Concierge Hotel Lisboa [yang butuh perjuangan nemuinnya], dioper ke Receptionist lalu dioper kesana dan kesini [“the locket is behind the stairs, near the race”, well it sounds simple but hell! It’s making you depressed even more 2 find it!] sampe nemulah loket itu di jajaran loket judi. NAJIIIISSSS!!!!!!!!

Dan setelah ketemu, ternyata loket itu tidak menerima kartu kredit apapun. MONYEEEEETTT!!!
Bete banget daah! Mau ke ferry terminal, selain jauh juga lagi ujan. Alhasil, gw memberi saran untuk ke warnet dan buy the ticket online [ini saran yang baik buat yang mau lanjut ke Hongkong pake ferry! Belilah tiket ferry itu online dari rumah elu sendiri. It’s a lot easier and saving your time as well]

Namun, apa daya... pencarian sebuah warnet di kota itu, melebihi mencari Brandon Boyd [of Incubus...] di belantara hutan hujan Kalimantan. Bahkan, mencoba bertanya pada seorang gadis remaja malah bikin itu anak hampir nangis desperado gak bisa ngasih kita arah yang bener. Kocak banget.

Alhasil, jalan masuk-masuk gang yang malah membawa ke Leal Senado [tujuan besok sebenernya] di tengah rintik hujan, ditemukanlah sebuah warnet yang..... dipenuh-sesaki para perempuan [dugaan gw sih, TKW2 gitu] yang ber-chatting ria dengan webcam. Alammaaak.... *klontang*
Semua warnet yang dimasuki, penuh sesak dan ya... semua window yang mereka buka adalah chatroom dengan webcam.... ckckckck...

Namun, ditengah kericuhan isi kepala dan kepenuhan warnet kesekian yang kami datangi, tiba-tiba malaikat penyelamat menjelma dalam diri seorang laki-laki bertubuh tinggi, berkulit putih, berambut hitam dan berwajah hispanik. Tanpa diminta, mendadak laki-laki itu berdiri, tersenyum dan berkata, “you can use this one.” [and somehow, it sounded so rhyming that time]

Sumpah! Saat itu gw speechless dan tanpa ba bi bu, langsung duduk di kursi itu, dan berjibaku dengan aplikasi TurboJet tanpa teringat akan laki-laki itu. Baru setelah kertas bertuliskan “verified” itu tercetak, gw dan teman gw teringat akan dirinya. Olala... siapakah malaikat berkedok laki-laki ganteng itu?!?! Lalu, kami berdua mulai membodohi diri sendiri deh... nasib!!

01:35PM
Kun Iam walking distance.
Tujuan selanjutnya adalah daerah pesisir pantai. Padahal, Leal Senado udah di depan mata, tapi kan itu rencana besok pagi. Alhasil, tetep pada schedule.
Apa rasanya jalan kaki dari Leal Senado ke Kun Iam Statue?
Cuma satu kata: PEGEEEELLL!!!!

Di peta sih emang keliatan deket. Tapi begitu dijalanin... Beuh!!! Klo gak punya cadangan kaki lebih, sama tabung paru-paru kosong, mendingan naek taksi ajalah [ini juga berarti cadangan devisa lebih yaa??]
Busyeeett.... untung aja, cuacanya berawan, malah gerimis, jadi gak kering kerontang dijemur di bawah mentari. Biarin deh basah-basahan juga.

Sempet juga berbahasa tarzan ria dengan seorang ibu-ibu pengendara motor dan seorang satpam. Sumpah deh, a MAP is a new word of LIVE di Macau, ^_^ tanpa peta, you can do nothing in the middle of nowhere, hehehe.

Senjata paling ampuh buat tanya jalan, itu cuma peta bergambar, lalu tunjuklah gambar itu [soalnya klo diomongin pake bahasa inggris, malah kagak ngarti dia! Heran kan?!] dan biarkan dia nyerocos tunjuk kanan kiri. Hmm... that’s the real getting lost in translation, lemme tell you.

The landmark tour kali itu [yang memakan waktu tempuh jalan kaki kurang dari sejam dari Senado-Macau Art Museum-Kun Iam Statue] membuahkan hasil yang menenangkan jiwa [bukan kaki ya...]
Rasanya, puas aja begitu menginjakkan kaki di pelataran patung Kun Iam yang... kok keliatan lebih kecil dari bayangan gw ya???


Aniway, setelah poto sana sini, beli kartu pos yang murah buanget [10MOP for 10pieces!!! Berarti, satu bijinya cuman sekitar serebu perak. Murah kan?] dan sebuah bookmark seharga 2MOP [nyesel juga gak beli banyak buat dibagi-bagiin] dilanjutkan dengan ngaso di bangku pelataran museum/patung situ. Untungnya, si Raja Siang udah gak sembunyi lagi. Jadi, cukup menghangatkan tubuh [sekaligus mengeringkan pakaian yang basah sih, hehehe].

03:37PM
tujuan selanjutnya?
Not other than Macau Tower. Yup!
Berdasarkan petunjuk di peta, sebuah bis bernomer 23 yang akan membawa langsung ke Macau Tower berhenti di halte di seberang taman depan Kun Iam [note: di Macau, lo bakal nemu banyak taman. Gak kayak jakarta. Enak deh]. Kesanalah kami menuju.

Tunggu ditunggu, bis itu tak kunjung tiba. Dan sumpah! Jalanannya sepiiiii buanget! Alhasil, menikmati pemandangan seliweran mobil di depan halte deh. Heran juga, pemasukkan dalam negeri Macau itu dari mana ya? Karena begitu berjejer-jejer kendaraan pribadi yang kalo di Indonesia termasuk “build-up-gak-kurang-dari-semilyar”, tapi disana, kendaraan itu berlalu lalang macam Daihatsu Xenia di Indonesia. Mungkin, satu-satunya kendaraan murah yang terlihat seliweran adalah sejenis Terios/Avanza. Bahkan Alphard dimodifikasi jek!

Dan yup, sejam berlalu... and that f@(%in bus still not arrived. DAMN!

04:40PM
memutuskan untuk naek bis apapun ke daerah Lisboa. Namun, berhubung terlalu asyik liat kiri-kanan, kita pun kesasar [lagi] dan turunlah di seberang Guia Fort [yang gak masuk tujuan wisata karena gak terlihat menarik]. Nyari recehan buat naek bis lagi, nemu deh bis yang dicari: 9A. Waah, tanpa tanya kiri kanan, langsung loncat masuk dan duduk manis menikmati perjalanan.

Namun eh mengapa kok bisa??? Macau Tower terlihat semakin lama semakin mengecil dan hilang ditelan deretan bangunan. Dan oh mengapa kok semakin lama semakin naik ke dataran tinggi? Bahkan melewati Red Market yang setau gw, di peta itu jaraknya sekian puluh kilo dari Macau Tower.
Menoleh ke temen gw, dirinya pun sepikiran dengan gw: “we’re totally lost, dude!”
Tapi, berlagak sok tau arah, gw dan temen gw pun alhasil malah menikmati jalan-jalan keliling kota. Bener-bener deh, kota Macau [atau negara Macau?] itu bener-bener bebas macet, dengan alur kehidupan yang ‘laid-back’. Cocok buat yang udah bosen sama hiruk pikuk kota besar. Jangan tanya berapa jumlah penduduknya, karena menurut gw, pastinya lebih sedikit dibanding turisnya.

Ternyata, bis itu adalah 9A yang tidak lewat Macau Tower. How should i know, since they didn’t put the info on the map?!
Berhentilah bis itu di terminal Barra dan menurut Pak Supir [dengan bahasa tarzan tentunya] harus naek 9A lagi, tapi yang covernya lebih bagus lagi dari yang pertama kita naiki.

Dari situ, baru sadar kalo ternyata, sistem transportasi di Macau menganut azas “suka-suka gw laah!” hehehe, gak sesuai sama yang tertera di peta [yang tadi pagi gw comot di halte Terminal TurboJet].


05:52PM
NYAMPEEEEEEE!!!!!
Akhirnyaaaaa!!!!

Di Macau Tower [yang jadi gedung tertinggi di Macau] itu ada bioskop, restaurant [yang so pasti mahal], Warner Bros daan... AJ Hacket! Yup!! The Bungee itself.
Liat-liat di lobi gedung itu, bikin gw jiper juga. Bungee?? Ow..ow...
Tapi saat melihat nominal harga yang tertera disitu, kedua mata ini membelalak lebar. Aih!!! Mahal Beeng!!
Ya sudah, akhirnya menggesek kartu untuk naek ke ujung tower buat city-farsightseeing ajalah! Kalo mau ikutan AJ-Hacket Bungee di situ, ntar loncatnya gak tenang mikirin gelundungan angka nol yang ikut jatoh bareng, haha!

And SHOT!!!
Great views! Loved it and love it still.

09:00PM
bertepatan dengan persiapan tower itu tutup, gw dan temen gw memutuskan untuk pulang. Alalala... jalanan udah sepppiiii buanget. Gw rasa sih, bis 9A yang dinaiki itu adalah bis terakhir yang melewati Macau Tower, hahaha.

berhenti di halte Lisboa, memanfaatkan waktu deh buat foto sana sini, mengabadikan permainan lampu di kasino-kasino. heran, lampu sekian banyak dibayar pake apa yak? emang klo mo kaya, harus dengan cara haram sepertinya, ha! DAMN!!!


Rencana selanjutnya adalah ngisi perut. Pengennya sih, cari hawker stalls yang jualan makanan khas Macau. Tapi nyari disana sini kagak nemu ya... akhirnya berakhir juga di....McDonalds. Owh.... 2 McDonalds in a day. Whatta record!!

Baru pas balik dari McDonalds, nemu orang-orang banyak mengerumuni seonggok gerobak. Ternyata, pedagang bubur beras encer yang dimakan pake....babi. yah, lengkaplah sudah! Hawker stall yang jarang terdapat dan sekalinya muncul tentunya... tidak halal. Hmm....nasib!
11:23PM
And that night was ended quite nicely, karna biarpun di kamar aneh itu, gw bisa tertidur dengan begitu nyenyak.

G’nite fellas!!


-- end of The Traveler’s Journal part VI: Macau – Getting Lost In Translation and Direction in a Gambling Paradise --

______________________________

the sums:
emang bener, just because it's a gambling paradise, doesn't mean it's tourist friendly, dan tentu... musti bawa cadangan nyawa: PETA. it's your second live. owwh... you don't have to master english fluently to travel Macau. just make sure you know Tarzan so well, so you can communicate on his way. ^_^

[on ears] the kooks - naive ... another brit-sound (and just found out that the song that kept running in my head few months ago is this one from the kooks. aiih...kemane aje gw staunan ini yak?!)