Friday, March 27, 2009

The Traveler’s Journal 3rd Volume “Enjoy Asia”Part 5 – Hongkong: Awal Perjalanan Sepasang Kaki ~ Giant Buddha, Disneyland Hongkong, Symphony of Lights

Entah karna atmosfirnya yang nyaman atau karna tubuh gw membutuhkan istirahat, gw tidur begitu pulas, sampe baru bangun sekitar jam 6 waktu Hongkong. Wuaaah, badan gw rasanya seger begitu bangun. Mungkin juga karna perasaan excited mau berkunjung liat patung Buddha yang besar itu.

Setelah ritual pagi seluruhnya dilaksanakan, kami pun berangkat dengan menggunakan MTR. Dari Mongkok Station sampai ke Lai King dan pindah ke jalur Tung Chung. Cukup jauh juga perjalanannya dan menghabiskan hampir 20$HK (setidaknya, itu yang ditunjukkan pada layar Octopus Card).

Selama perjalanan, gw asyik memperhatikan gaya fashion penduduk Hongkong. Semuanya chic. Gak pandang kelamin, kga juga pandang usia. Cukup enak dilihat karna biarpun laki-laki mengenakan tas feminim, tetap terlihat kalau dirinya LAKI, hee... bishounen versi Hongkong ternyata oke juga, ^^

Hampir 40 menitan perjalanan dari Mongkok ke Tung Chung. Dari Tung Chung, jalan sedikit keluar dari kawasan mall dimana station itu berada di bawahnya, kami sampai di areal Cable Car Ngong Ping 360. Selagi jalan, mendadak didekati petugas cable car, dan sepertinya gw memang tidak familiar dengan English versi Hongkong (kebayang dong, Engrish versi Jepang bikin gw kek paan lagi bingungnya yaak?!) karna butuh sekian menit buat gw mencerna kata-kata petugas itu, “cable car or bus?” wakakakaks!!

Selama antri, mendadak ada ibu-ibu promosi bis NLB (New Lantau Bus) dimana dengan membayar 81$HK, kita bisa naek cable car pas berangkat, naek bis ke Tai O Market (yang menurut ibu-ibu itu, “it’s a beautiful place”), lalu kembali ke Tung Chung dengan bis lagi.
Well, dibanding dengan PP cable car 96$HK cuman keluyuran di Ngong Ping Village doang, alhasil gw pun setuju untuk menjelajah lebih jauh lagi. Semua temen gw pun setuju, maka diutuslah gw (as always) sebagai duta ngurus tetek bengek begituan.

Kelar gw bagi-bagi tiket, kami pun antri lagi buat dapet kartu naek Cable Car Ngong Ping 360, gw yang ngantriin dan mendapat counter seorang mas-mas ori (hell-ow?! Semuanya juga Ori nikennn!! Lo kga perlu nekanin dia ori apa kga!! Begok niih).
Saat bengong nunggu mas-mas itu kelar ngetik-ngetik sesuatu, mendadak dia nanya, “where do you come from?”, dengan wajah serius menatap komputer.
Untungnya, saat itu gw udah mulai bisa menyelaraskan kerja telinga dan mata dalam mendengar dan membaca gerak bibir, “Indonesia,” jawab gw.
Mas-mas itu manggut-manggut dan tersenyum, “Chinese or Indo?” tanya dia lagi.
Sumpah gw penasaran apakah semua orang ditanya begituan yaa? Apa ada sensusnya gitu?
Indo,” jawab gw lagi masih dengan tampang begok.
Dia pun menumpuk beberapa kartu dan menatap gw, “but you look like Chinese.
Gw hanya angkat bahu, “what’s new?” dan nyengir.
Dia menyerahkan kartu itu, tersenyum lebar, dan berujar, “have a nice trip.
Gw bales senyum, “have a nice day too.

Hmm... inti cerita dari paragraf diatas adalah.... gw pantes banget jadi warga kitaran Cina. HAHAHA!!

Eniwei, ngantri naek cable car aja udah nemu hal-hal yang aneh, ada bule bawa sekantong kresek jeruk, ada bule laen yang bawa carrier (mo naek gunung, mas?), ada kumpulan bapak dan ibu yang dandy, macem-macem dah, lucu juga. Sempet berharap satu cable car sama bule dengan sekantong plastik jeruk itu, selaen penasaran jeruknya buat paan, lumayan juga buat pemandangan selama 45menitan di langit, hihi.

Begitu naek cable car, satu yang kami semua notice: peringatan bahwa akan ada KAMERA yang menjepret ekspresi kami dengan cable car.
Sumpah! Sepanjang itu cable car mau meninggalkan station awal, kami udah panik nempel di kaca jendela demi masuk jangkauan foto dengan pose yang aduhai, ckckck... banci kamera dasaran emang!
Nyatanya, kamera itu tidak terpasang di station awal, pfffttt.

Selepas cable car meninggalkan station, waaah.... jangan ditanya deh gimana rasanya terombang ambing di ketinggian ratusan meter dari tanah dan entah kapan selalu bisa aja itu cable car nyemplung ke bawah laut, hihi. Amazingly freaking out!


(awal petualangan ratusan meter dari atas tanah)

Tapi dasar banci kamera, begitu liat kamera, kami tak lagi menghiraukan kenyataan itu. Malah sibuk cari posisi, dan sepertinya sih, hanya cable car kami yang oleng kiri dan kanan mengikuti kemana beban terpusat akibat kelakuan kami pasang aksi. Hmm....



(sebagian kecil aneka pose di cable-car)

Pemandangan dari cable car gak bisa dibilang gak indah, karena kenyataannya bagus. Hebat juga, karena cable-nya aja puanjang buanget. Udah nyebrangin selat, nyebrangin pegunungan juga. Sampe sempet-sempetnya liat seekor falcon menyambar seekor tikus tanah.

Namun yang lebih menakjubkan adalah, kami mendapati beberapa gelintir orang yang melakukan trekking menuju Giant Buddha. Sumpah! Mereka jalan kaki menyebrangi pegunungan yang entahlah kalo gw yang disuruh jalan, mungkin bakal ngabisin waktu seminggu baru nyampe di patung itu. Kebanyakan istirahat sama bengongnya, hahahak!

Sekian meter menuju station pemberhentian, cable car yang kami kendarai kembali oleng. Kenapa? Karena itu tandanya kamera station akan mengabadikan moment kami naek cable car Ngong Ping 360. Semua pun langsung menajamkan radar sadar kameranya dan siap memasang aksi even itu sekian menit sebelum cable car menyentuh ujung station dan blitz kamera mereka berkilatan. Sampe kering gigi ini, hahaha!

Ctaaarrr!!!
Blitz itu menyala dan nampaknya, pose kami cukup bagus. Makanya, begitu turun, tanpa ba bi bu, langsung purchase hasil potonya.

(hasil jepretan poto di station ngong ping 360)

Dan gw pun menemukan satu set bookmark keren dibuat dari sandalwood dengan disain Ngong Ping 360 di souvenir shop tempat ngambil hasil poto itu.

Saat keluar dari souvenir shop... wuaaahhh!!! Langsung disambut dengan pemandangan si Giant Buddha yang megah di atas pegunungan, duduk menghadap ke daratan China. Gw dan 2 orang temen gw gak mau melewatkan moment itu, langsung deh mode norak berkilatan penuh semangat.
Tiap spot bagus ada sekian pose yang gak kalah ramenya, ckckck....





(suasana di ngong ping village)

Di kitaran daerah Ngong Ping – Giant Buddha, udaranya sih cukup terik, tapi anginnya dingin dan kenceng. Jadi menurut gw kawasan ini adalah kawasan untuk topi, kaca mata hitam dan bebas jaket, hihihi.

Melangkah sepanjang Ngong Ping Village yang panjangnya cuma sekitar 200-300 meteran mata ini dimanjain sama deretan toko souvenir. Kalo gak inget-inget, bisa beli aneka miniatur dah disitu dan pulang ke Indonesia resmi sebagai gembel Sudirman, haha!

Jalan kaki, jalan dan jalan dan sampailah kami di ujung tangga masuk menuju the Greatest Giant Buddha. Baru nyadar, ternyata jalannya jauh juga yaa? Hihihi....

Di awal tangga masuk aja, udah sibuk berpoto-poto ria.


(aksi sebelum sesi penanjakan)

Lalu dengan membesarkan tekad sekaligus memberikan dukungan moril penuh terhadap kedua kaki, kami pun melangkah menaiki ratusan anak tangga menuju puncak dimana Giant Buddha itu duduk dengan megahnya.
Et daaah!!! Memang sih, tangganya tidak seterjal dan setipis Borobudur, tapi tetep dah ratusan anak tangga yang dipanjat setelah melalui petualangan seru dari Macau, memberikan arti lebih bagi kedua kaki ini. Lebih menyakitkan maksudnya, hahahahahaha!!!!

Tapi jujur, kepenatan di kedua kaki ini hilang begitu sampe di puncak dan bertatap muka langsung dengan patung Buddha itu. Entahlah, mungkin kalo gw bisa teriak, gw bakal bilang, “akhirnyaaaaahhhh!!!!!!” (hanya saja tidak terucapkan, takut ditimpukin banyak orang, ato ditendang ke bawah sama temen-temen gw, malu-maluin aja, kampungan! Hehehe.)

Nothing special memang, tapi ada kepuasan tersendiri buat gw untuk bertatapan dengan patung ini. Beberapa menit gw habiskan untuk menatap si patung dan cutting lekuk patung itu, blanky. Hanya diam menatapnya, meng-capture every single cut on his face, lalu setelah itu berjalan memutarinya, mengambil gambar tampak samping dan belakang (bohay euy, hihihi. Piss^^V)


(Giant Buddha dari segala sisi)

Di bawah patung itu, ada tempat penyimpanan abu jenazah banyak orang. Sepertinya sih, orang kaya, orang terpandang, maupun artis di Hongkong/China. Gak boleh motret-motret juga. Oia, didalam juga ada souvenir shop yang.... alamaaaaakkkk!!!! Mahal kali!!!

Setelah bicara-bicara menentukan tujuan, kami pun kembali mengajak kedua kaki untuk bekerja sama. Walau kaki-kaki ini udah protes, tapi sepertinya Brian mampu memberikan bayangan nyata akan apa yang mungkin didapat di bawah sana: MAKANAN!!!! Hihihihi....

Ada souvenir shop lagi! Saat nanya miniatur patung Giant Buddha yang lebih keren dari yang tadi gw beli di Ngong Ping Village, gw langsung jiper saat mba-mbanya nyebutin harga, “398$HK.” Ngek ngoookkk..... lihat perbedaannya, tadi gw beli miniatur yang 1/8 kali lebih kecil dari patung itu seharga 88$HK, wakss.. memang duit itu gak bohong. Keren buanget sih! Tapi untuk 300an dollar sih, gw angkat tangan daah!!!

Mampir lagi ke warung kecil di pinggir jalan, gw menemukan wind-chimming yang Chinese banget, oleh-oleh buat kakak gw yang koleksi wind chime gitu. Untung bisa gesek tanpa batas limit, hihihi.
Ada liontin kanji!!! Tapi saat milih-milih, ternyata semua adalah nama (bule in Chinese). Padahal, gw mau beli tulisan kanji yang artinya “star” sama “light”... huuhh...

Balik ke Ngong Ping Village buat naek bis ke Tai O, eh, temen gw yang udah terlihat tepar pun memutuskan untuk makan mie instant dulu. Liat dia makan, jadi pengen. Ada yang spicy beef (pake minyak babi, hahahaha), maka kami pun membelinya seharga 18an$HK. Rasanya? Greasy walau memang enak, tapi tetep... greasy. Dan dagingnya beneran daging (babi...hhahahaha!!!), maksudnya saat kelar diseduh, dia bener-bener menjadi daging dalam potongan besar dengan wujud daging beneran. Yaah, mangkuknya aja besar banget! Untung makannya berdua, kalo sendiri gw bisa eneq dengan ke-greasy-an yang tak ada tara itu.

Setelah itu, kami pun mengantri naek bis ke daerah Tai O. Kalo di bahasa Jepang, Taiyou kan artinya Matahari ya? Apakah sama artinya Tai O di sini? Gw bertanya-tanya dalam hati. Mungkin saja, secara itu adalah desa nelayan (begitu menurut ibu-ibu tadi sih)

Perjalan dengan bis ke daerah Tai O itu ternyata mirip ke daerah Pangandaran. Kiri kanannya gunung, pegunungan. Hanya saja tidak terlalu rindang. Malah terkesan tandus menurut gw, walau seluruhnya hijau. Dan panasnya cukup terik untuk suhu yang dingin.

Dan hey! Ada halte juga sepanjang jalan!
Jadi beneran ada kehidupan juga di pegunungan ini?! Gw cukup heran juga sepanjang jalan, karena gak juga terlihat banyak perumahan atau perkampungan. Halte itu untuk naek siapa???

Kurang dari 30menitan, kami sampai di Tai O.
Sempet bengong, cenderung heran.
Maksud loe, Tai O itu sebenernya... Muara Karang yee?
Ayayayay.... pinternya trik jualan pariwisata di negri orang! Bahkan desa nelayan macam Muara Karang ato Muara Angke itu aja bisa dijadiin tujuan wisata!!! Get real!!
Yah, secara udah ada disitu juga ya? Masa’ mo langsung naek bis keluar dari kota itu? Maka kami pun menyusuri jalan setapak menuju pasar Tai O itu. Pasar ikan dengan aneka ikan laut yang lucu dan seru juga ternyata. Apalagi kepitingnya, banyak jenisnya! Banyak resto seafood juga disepanjang pasar itu.
pastinyalah, kami mengisi waktu dengan potopoto.....




(note: those kanji says: "beware! pretty dogs!! they're maneaters ^^V)


Gak sampe 30menitan lah kami keliling-keliling, udah balik ke terminal lagi buat naek bis yang jam 2 siang balik ke Tung Chung.

Dalem bis, selaen sibuk liat hasil jepretan poto, sempet-sempetnya gw ama temen gw jatoh tertidur. Walau gak selelap temen gw, cukuplah 15menitan gw hilang dari peredaran bumi. Hahaha!! Perjalanannya cukup membosankan sih. Tapi lagi-lagi gw dikagetkan dengan munculnya manusia-manusia kantoran di halte-halte antah berantah yang dilewati bis itu. Mereka muncul dari mana siiih?!?! Gw kok gak liat kalo ada perkantoran mentereng di gunung ini?!

Perjalanannya cukup lama ternyata. Ato karna membosankan jadi terasa lama?
Yang pasti sih daerah ini (kitaran Tung Chung) bukan kota metropolis, jadi gak banyak orang lalu lalang, bahkan jalanan pun cukup sepi. Sepertinya, orang kesini kalo pengen iseng ngitung tangga doang di Giant Buddha, ato kurang kerjaan beli cumi kering di Tai O market, haha.

Diputuskan untuk kembali ke Mongkok. Tapi mendadak, temen gw mencetuskan ide untuk mampir ke Disneyland. Alhasil, karna searah, kami pun mampir juga ke taman bermain Donal Bebek dan teman-teman itu.

Dari Tung Chung, kami pun langsung menaiki MTR dan berhenti di Sunny Bay Station untuk berganti dengan kereta khusus Disneyland Resort, yang mana dimana disain badan kereta sampe dalemannya tuh Disney buanget. Jendelanya logo kepala Mickey Mouse dan alih-alih kursi, didalam terpasang sofa biru yang empuk yang dihiasi dengan miniatur-miniatur tokoh kartun Disney. Bahkan pegangan tiangnya aja logo kepala Mickey kok! Lucu!!! Berasa nostalgic banget.



(welcoming you to Disneyland Hongkong, place to spoil your childhood side!!)

Dua dari kami (yang beruntung memiliki ketebalan dompet yang signifikan) memutuskan untuk memanfaatkan tiket disney (hasil beli online) di hari itu. Sisanya? Bermain-main dengan kamera di teras Disneyland Hongkong, HAHAHA. Well, at least, kelihatannya kan udah pernah lah ke disneyland hongkong (pelatarannya...^^)

Pengen sih masuk. Pengen maen-maen lagi. Pengen juga nonton kembang apinya, secara dulu gak sempet nonton... tapi apa dayaa... hiiiks^^
Seenggaknya, poto-poto juga udah mengobati kerinduan dan kemupengan laah^^

Dari Disney, bingung lagi, secara masih sore juga. Jam 4an juga belom.
Kalo gw sih sebenernya pengen langsung ke daerah Harbour Tsim Sha Tsui, pengen jalan ke planetarium-nya Hongkong. Tapi melihat dari air muka teman-teman gw, sepertinya gw harus menurunkan level excitement gw yang bisa membunuh ini, maka diputuskan untuk kembali ke hostel sebentar, sebelum menyusuri Tsim Sha Tsui untuk menyaksikan permainan cahaya di “Symphony of Lights”

Jam enaman, gw udah berisik pengen keluar dari hostel dan jalan. Jadi, setelah kelar masak nasi (hahaha), kami pun berangkat. Naik MTR Station Mongkok sampe Tsim Sha Tsui, menyusuri Nathan Road ke arah SOGO menuju Avenue of The Stars.

Avenue of The Stars tuh sebenernya mirip Holywood Walk of Fame, hanya saja yang njiplak tangan di lantainya bukan artis Holywood, tapi artis Taiwan, Hongkong maupun Cina. Ada patung Bruce Lee segala yang bikin semua turis poto dengan gaya bak Bruce Lee. Bahkan ada bule yang sampe take berkali-kali demi dapet gaya dia loncat tanpa bikin hasil jepretan blur... (gimana cara yaa??)

Cuaca Harbour emang menyebalkan! Angin gede, suhu minim sampe sempet-sempetnya diguyur hujan. Mendung? Sudah so pasti banget dah! Sampe ujung gedung IFC2 kga keliatan!

Satu hal yang sempet kesampean adalah.... mencoba makanan “laminated cumi”, Haha..
Sebenernya sih cumi bakar, tapi cara ngebakarnya tuh kayak proses laminating berulang kali. Dulu pertama kali ke Hongkong, gw sama temen traveling gw sempet kayak orang begok nontonin proses itu. Diem mematung, namun ujung-ujungnya gak beli, karena kami dahulu bener-bener pelit! Padahal harganya juga 20$HK aja gituh. Sampe mas-mas jualannya (dan masih sama lho!) heran dan mungkin kasian sama kita, tapi gak bisa apa-apa selaen nyengir nelangsa. Ampyuuun....

Tapi sekarang, udah gak penasaran lagi.
Rasanya ternyata enak^^

Biarpun ujan, biarpun dingin, biarpun tersiksa dengan angin yang bandel buanget, biarpun gw harus menjaga diri buat tidak mengikuti kumpulan bishounen Jepang yang mendadak lewat (maaf, yang terakhir dicoret aja, pemilik blog suka aneh emang^^), tetep aja yee.. ntu acara Symphony of Lights ditontonin ampe abis. Menarik sih emang, walau menurut gw sepertinya tahun-tahun ini gedung yang berpartisipasi menurun jumlahnya. Ato lampunya yang mereka kurangin? Ato mungkin ganti pake senter jadi gak keliatan jelas? Heheheh...
Tapi biar gitu, seenggaknya udah dong menyaksikan salah satu aset wisata kota Hongkong yang termasyur itu?

Sayang, potonya gak ada yang bagus. Gw yang pengalaman pertama kali usaha nangkep gambar lampu-lampu itu pake DSC W-35 gw dan gagal, memutuskan untuk menikmatinya saja dan merekamnya dalam ingatan. Agak malu ati dan jiper juga sih liat belasan bahkan puluhan tripod yang dihuni aneka jenis kamera tele professional yang siap sekali jepret dapet 20 lebih gambar nonstop dengan kejelian dan kejelasan penuh. Hhh.... nasiiiiibbb :(

Pulangnya, gw memutuskan untuk bernostalgia ke daerah Haiphong buat beli segelas mango sago dan waffle kering. Hmmm.... tetep terasa nikmat. Buat gw (dulu dan sekarang) makanan itu yang jadi penyelamat hidup. Murah (mango sago 6$HK dan waffle kering 6$HK juga) dan setidaknya.... sedikit halal, hahaha!! Jadi inget, dulu pernah untuk makan malam, gw sama temen traveling gw hanya menyantap mango sago (masing-masing segelas) dan satu waffle kering untuk berdua. Aiiiih... kere amat kami yee?!?!?!

Dari Haiphong, tujuan gw sih tadinya mo nyari baso yang katanya ada di daerah itu. Curiga gw sih di dalem pasar, tapi gw juga gak yakin karna pasarnya udah tutup. Tapi sepanjang jalan itu kga ada tanda-tanda warung makan ato resto yang menyuguhkan baso, sementara 2 dari temen gw udah terlihat begitu letih dan pucat. Maka, gw pun menyuruh mereka pulang duluan dengan menunjukkan jalan ke MTR station.

Sementara gw dan temen gw yang laen pun meneruskan pencarian, sekaligus, gw pun mencari satu toko yang dulu sempet gw temui secara tidak sengaja juga.
Apakah toko itu?
H M V!!!

Cerita tentang gw, HMV dan apa yang gw lakukan di HMV akan diulas di bagian Intermezzo dalam Jurnal ini.

Meanwhile, gw pun berpisah jalan dengan dua orang teman gw itu dan meneruskan pencarian.
Apakah gw akhirnya menemukan toko musik itu?
Hmmm.....
_________________________________
Bestfriending with the ears: Dashboard Confessional – Stolen

Wednesday, March 25, 2009

The Traveler’s Journal 3rd Volume “Enjoy Asia”Part 4-Hongkong: Mencicipi taksi Alphard dengan Supir Stress dan Malam Pertama di Hongkong

Satu jam lebih lepas dari ferry terminal Macau, kami pun sampai di HK China Ferry Terminal di daerah Tsim Sha Tsui. Urus-urus imigrasi dan lain-lain, selesai dalam waktu setengah jam, lalu bingung cari taksi stand. Ternyata musti naek turun segala, wah ribet dah. Beda sama waktu gw turun di Shun Tak Building di Hongkong Island yang menurut gw cukup dekat dengan stasiun MTR.

Begitu sampe di taksi stand, entah bagaimana, gw ditarik bapak-bapak Cina (yaiyalaahhh Cina!!!) yang gw pikir adalah petugas taksi situ. Gw digeret ke deretan mobil dan ada Alphard silver nangkring disitu. Gw bingung juga, kenapa gw ditarik kesini. Si bapak itu dari tadi bilang, “untuk 7 orang pake mobil ini”, gw pun baru ngeh kalo dia bukanlah petugas taksi. SIALAAAN!!!

Terjadi keributan sebentar dengan bapak-bapak itu. Ulang kali, dia minta gw nunjukkin alamat hostel itu, lalu dia mau nelponin si hostelnya. Ya gw nunjukkin kertas bookingan itulah. Dia nyuruh gw ngediktein nomer telponnya, in Chinese, gw udah bilang, “I don’t speak Chinese! I’m not Chinese!” tapi itu bapak keukeuh dan ngomel-ngomel pake bahasa Cina. Bolak balik nelponin ke hostel, lalu nyuruh gw ngomong sama orang hostel itu (yang ternyata gak bisa bahasa Inggris), gw kasih ke si bapak-bapak itu, dia nyerocos terus, tetep mikir gw orang Cina. Sumpriiit!! Segitu Cina-nyakah gw?!?!

Hampir setengah jam dah gw mo mate nego sama ini bapak-bapak gila satu! Alhasil diperoleh biaya 130$HK untuk nyewa mobil itu ke Sincere House, tempat hostel kami bertengger. Tadinya dia nawar 200$HK, gantian gw yang marah-marah. Soalnya kalo diitung-itung, sama juga sih, naek 2 taksi kena biaya 50$HK-an, dua taksi seratusan juga. Yasudlah, itung-itung yang 30$HK itu biaya nikmatin Alphard as a taxi, hahaha!!

Ada kejadian lucu lagi. Ini bapak-bapak emang stress ato gila beneran, gw juga gak tahu. Pertama, soal bagasi, itu gak boleh naro barang sebelum dia melapisinya dengan karton bekas dus. Busyet, OCD nih?
Lalu pas mo naek, itu dia nentuin siapa yang duduk di belakang, di tengah dan di pinggir. Temen gw yang mo naek duluan aja dilarang dan dia bilang, “Kamu gemuk, kamu gemuk!” (pake bahasa Indonesia, setelah tahu kami dari Indonesia), ealahhh, emang knapa klo gemuk? Ampyuuunnn...

Sepanjang jalan dia ngebanggain mobil Alphardnya itu.. “new car! You know? New car! New car, no money!
Hee?? Maksud looeeh??
Selaen itu dia juga tereak-tereak, “Indonesia! Indonesia makan nasi. Capek deeh.
Klaaannggg!!!! ~,~”

Setelah gw terus-terusan nanya, “are we going to Mongkok?
Barulah si supir gila ini menyadari kalo gw mulai curiga, dan dia pun mengarahkan mobil ke daerah Mongkok. Setelah melewati kemacetan gila-gilaan, sampe juga di Sincere House, tempat dimana Dragon Hostel berada di lantai 7 gedung itu. Lagi-lagi terjadi kericuhan saat menurunkan barang. Dasar Gila!

Sampe di dalam gedung dan baca nama penyewa gedung itu, benar-benar mendapati kalo Dragon Hostel ada di gedung itu. Denger nama Dragon Hostel aja, gw udah gak mau ngebayangin yang enak-enak, secara kali pertama gw ke Hongkong dan tinggal di Mirador Mansion di kawasan Tsim Sha Tsui, hostel yang ditempati sangat jauh dari apa yang disebut proper. Haa... apalagi ini?

Begitu lift terbuka di lantai 7, gw sudah disambut dengan papan penunjuk “Dragon Hostel Office” dengan anak panah ke kiri. Waah... official office nih?
Masuk ke ruangan seluas 4x4 meter persegi, kesan yang didapat adalah bersih. Di ruangan itu ada sofa, kulkas minuman dingin, 2 unit komputer berinternet GRATIS, dan meja resepsionis. Ada mba-mbanya disitu, lalu gw pun check in lah, dengan harus membayar sisa perlunasan secara cash. Aiiih.... makin berkurang aja ini dollar Hongkong, haha.

Lalu kami pun digiring ke kamar-kamar yang sudah dipesan. Kamar pertama yang diisi oleh 2 orang teman kami, terletak di satu flat berisi beberapa kamar dengan ruang duduk yang telah dilengkapi lemari es dan deretan termos air panas.
Is it for free? The hot water?” pertanyaan gw diiyakan oleh si mba-mba itu.
Waaah... menyenangkan!!

Dan kamar kedua, yang dihuni oleh 4 orang, terletak di flat seberang, berdisain serupa. Satu flat diisi 7 kamar dengan aneka jumlah penghuni. Kamar kami yang berisi 4 orang dengan kamar mandi di dalam, terletak di ujung banget.

Tapi yang paling membuat gw kagum adalah kebersihan hostel ini. Et daah! Bedanya sama hostel yang dulu gw tempati. Biarin aja saat melangkah masuk yang kecium hanya aroma bayclin, yang penting bersih dan rapi.

(suasana flat dan pojokan ruang tamu flat yang dihiasi buku dan testimoni. ada sofanya juga!)

Kamar pun biar modenya barak tetep rapi dan kamar mandinya, masih ada space sedikitlah untuk benar-benar mandi, hihi.
Gw dapet giliran tidur di bagian atas. As I thought.

Saat celingukan liat suasana kota dari jendela kamar, lagi-lagi Kolonel Tua itu melambai dengan genitnya untuk disambangi. Alhasil, sambil liat-liat suasana Hongkong di malam hari dan ngisi perut, kami pun melangkah keluar hostel.

Uwaaahhh!!! Lama banget gak merasakan atmosfir kota yang gak ada matinya ini!! Lalu lalang orang seakan tak ada matinya dan dalam tempo yang begitu cepat mereka melangkah. Lengah dikit aja pasti deh ketabrak dan dijutekin orang sekampung.

Oia, dalam perjalanan ke rumah Kolonel Tua itu, gw merayu temen gw yang non Muslim untuk mencoba mencicipi aneka gorengan babi di deket hostel itu. Pasalnya, dari dulu gw penasaran sama rasanya, kalo temen gw nyicipin dan cerita rasanya kayak apa, gw udah berasa ikut ngerasain, haha.
Tapi gw juga dibeliin tahu goreng versi Hongkong sih, walau minyaknya abis goreng baso babi, hahaha! Mau tau? Harga satu potong tahu goreng di Hongkong berapa? 5$HK!! Ayayayay.... dan rasanya? Aneh! Karena dipakein bumbu tauco gitu... iiikh, sebagai penggemar tahu, gw merasa kecewa walau untungnya gak ngeluarin uang 5$HK sih, haha!

Sampe di rumah Kolonel Tua itu, kebingungan melanda. Makan paan yee?? Kalo gw bukan masalah sama rasa, halal (secara Muslim gadungan?hahah!!!) ato banyaknya. Yang gw peduliin cuman satu: HARGANYA, hahahaha!!!! Rata-rata 29an dollar, bikin miris dah. Tapi akhirnya dibeli juga sih, untuk dimakan berdua.

Setelah itu, kami pun menyambangi Ladies Market yang jaraknya cuman sekian meter dari hostel. Temen-temen gw udah mupeng dengan segala jualan yang bertebaran disitu.
Sampe di kios kaos, ditulis besar-besar 100$HK untuk 5 biji. Temen-temen gw udah pada mupeng, sementara gw cengo ngeliatin disain-disain bajunya.
Mendadak mba-mba jualannya menggamit gw dan bilang, “for you, I give 95 dollar for 5”.
gw mengangkat kedua alis heran, “95?” (maksudnya sih, gw heran kok bisa? gitu)
Eh, dia malah mengibaskan tangannya, “okay lah, 90 for 5 pieces
Gw terpana dan tanpa mikir, temen-temen gw pun berlarian milih kaos.
Sementara gw masih aja bengong ^^

Setelah menyusuri Ladies Market, sampailah di jalanan yang penuh makanan. Tentu saja, menu utama adalah babi dan bebek yang bergelantungan di etalase. Seperti gw bilang di part sebelumnya, yang namanya Hongkong itu, tempat yang selalu penuh sampe antri adalah restoran. Itulah yang jadi pemandangan sepanjang jalan itu, semua resto PENUH manusia. Ccckckkk....

Salah satu suami temen gw udah merengek-rengek minta makan bebek, gw pribadi sih gak masalah. Sok aja, pilih salah satu dan masuk, lalu pesen (tapi gw gak mo makan, karna gw gak punya duit, hahaha!!!) gak susah kan? Perkara halal ato enggaknya yah.... udah pasti kagak lah.
Kalo gw sendiri udah punya referensi makan bebek halal di daerah Wan Chai, hanya saja untuk ke daerah Wan Chainya yang agak riskan kalo malem-malem karna gw belum kenal daerah itu. Jadi untuk memuaskan napsu bebek gw, gw memilih untuk menerapkan delay gratification pada napsu gw itu.
Sepanjang jalan di kiri kanan dihiasi dengan resto babi bebek yang penuh pengunjung, dan sepanjang itu pula temen gw itu merengek. Hhh.... *sigh*

Anyway, setelah puas keliling, kami memutuskan untuk balik ke hostel untuk istirahat dan tidur. Gw udah wanti-wanti untuk siap besok jam 8an pagi untuk perjalanan ke Giant Buddha.
Di hostel, temen gw ternyata ada yang bawa beras, rendang, kering kentang sama pop mie. Ckckckck... begini enaknya kalo bepergian dengan istri soleha, hahahahaha!!!!
Sebelum tidur, sempet mengganjal perut dengan cadburry dan susu yang tadi gw beli di 711 deket hostel.

Have a nice sleep!!
_________________________________
Bestfriending with the ears: MONORAL – Shenanigans (back to MONORAL I guess^^)


a little note:

Dragon Hostel is definitely a recommended hostel if you're planning to travel Hongkong and stay in Mongkok. not only the room is pretty clean, but it's also closer to Ladies Market and any other markets... just 5 minutes walking distance.

Tuesday, March 24, 2009

...dreamy and distracted...

SO!!
Between my posting of traveller’s journal, I took a spare time to do a quiz that my friend tagged me on her facebook note. It’s a “what’s your name’s hidden meaning quiz”.
So I typed my name “niken putri” and voila!!! This is the result.

...You Are Dreamy and Distracted...

You are very intuitive and wise. You understand the world better than most people.You also have a very active imagination. You often get carried away with your thoughts.You are prone to a little paranoia and jealousy. You sometimes go overboard in interpreting signals.


You tend to be pretty tightly wound. It's easy to get you excited... which can be a good or bad thing.You have a lot of enthusiasm, but it fades rather quickly. You don't stick with any one thing for very long.You have the drive to accomplish a lot in a short amount of time. Your biggest problem is making sure you finish the projects you start.

You are a seeker of knowledge, and you have learned many things in your life.You are also a keeper of knowledge - meaning you don't spill secrets or spread gossip.People sometimes think you're snobby or aloof, but you're just too deep in thought to pay attention to them.

You are friendly, charming, and warm. You get along with almost everyone.You work hard not to rock the boat. Your easy going attitude brings people together.At times, you can be a little flaky and irresponsible. But for the important things, you pull it together.

You are influential and persuasive. You tend to have a lot of power over people.Generally, you use your powers for good. You excel at solving other people's problems.Occasionally, you do get a little selfish and persuade people to do things that are only in your interest.

You are a very lucky person. Things just always seem to go your way.And because you're so lucky, you don't really have a lot of worries. You just hope for the best in life.You're sometimes a little guilty of being greedy. Spread your luck around a little to people who need it.

You are a seeker. You often find yourself restless - and you have a lot of questions about life.You tend to travel often, to fairly random locations. You're most comfortable when you're far away from home.

You are quite passionate and easily tempted. Your impulses sometimes get you into trouble.

You are wild, crazy, and a huge rebel. You're always up to something.You have a ton of energy, and most people can't handle you. You're very intense.
You definitely are a handful, and you're likely to get in trouble. But your kind of trouble is a lot of fun.

http://www.blogthings.com/whatsyournameshiddenmeaningquiz/results/?result=Nikenputri

____________________________________________

I was completely stunned with the result and wondering who made this quiz; either s/he is a real fortune teller or someone who actually knows me too well... or maybe.. s/he is a spy, spying me the whole lifetime *sigh*

Well...
Those above pretty much describe me. Not as a whole, but some here and there makes me blushing in red and trying hard to refuse nodding my head but just fail… >,<

DAMN!!

Hmm... so now, I think I should start looking for a much more fun trouble… *hmm….*
I’m speechless now…

Signing out!!!

(and it’s time to get my Brian ready to spill the words… Nitetime’s writing is always a blissful but that means I have to take gallons of caffeine to keep me awake *sigh*)

The Traveler’s Journal 3rd Volume “Enjoy Asia”Part 3 - Macau: Menikmati Seni Traveling di Macau


Jam 7 pagi, gw sama temen gw udah set up buat tour the city. Berkunjung ke kamar tetangga, mereka masih sibuk persiapan, jadi dah hanya kami berdua yang siap untuk keliling kota di pagi hari. Perjanjiannya, ketemu di Senado Square lagi sekitar jam 9 ato 10 pagi, untuk kemudian manjat ke Ruins St. Paul sama Monte Fort.

Keluar hotel jam 7 lebihan dikit, kami melangkah ke Rua de Felicidades yang disebut-sebut sebagai red district Macau pada jaman dahulu kala. Memang lucu sih gang kecil itu, semua pintunya dicat warna merah. Walau bukan karena cat merahnya ya, daerah ini dibilang red-district. Tahulah apa maksudnya. Tapi gw gak tahu sih, apakah sampe detik ini gang itu masih berprofesi sebagai red district kala malam, ato enggak. Dan di pagi buta begitu yang lalu lalang kebanyakan anak sekolahan sama orang mau kerja. Jalanan sepi banget.



(rua de falicidades di pagi buta. gak keliatan red district kan?)

Sepanjang jalan, gw menemukan banyak hotel dan rumah makan, even itu di gang-gang kecil. Dan biarpun gang dengan kelebaran jalan satu mobil doang, jangan salah, mobil yang seliweran itu selalu dengan kecepatan penuh. Jadi, pastikan kalau jalan kaki benar-benar mepet sama tembok rumah, daripada kesamber BMW versi paling baru.

Ada satu hal yang gw perhatiin yang jadi ciri khas di Macau dan Hongkong adalah rumah makan yang selalu penuh pada jam-jam makan, entah itu sarapan, makan siang maupun makan malam. Bahkan sampe waiting list segala. Mungkin di rumahnya kga ada dapur kali ya?

Menyusuri gang-gang kecil di Macau dan melihat kebiasaan sarapan penduduknya, gw tercenung akan satu hal, mereka begitu menghargai sekali moment sarapan itu sendiri. Moment dimana mereka bisa bersantai, bisa ngobrol sama tetangga yang kebetulan makan di tempat yang sama, dan moment dimana waktu untuk diri mereka sendiri itu begitu berharga. Even hanya satu orang menghadapi semangkuk bubur encer dan potongan daging babi goreng, ekspresi mereka saat menyeruput bubur itu seakan menggambarkan betapa waktu untuk bersantai itu sangat mahal untuk didapat. Mungkinkah karena mereka sudah terlalu letih bekerja baik di kantor maupun di rumah dan ditambah dengan suasana rumah yang gak bisa diklasifikasikan sebagai rumah karena begitu sempit dengan sistem ventilasi udara yang minim sekali, sehingga saat mereka menikmati hidup ya saat makan itu sendiri? Mungkin saja.
Dan ya, mereka begitu menyadari akan pentingnya sarapan, karena biarpun tidak sempat duduk dan sarapan di warung, toko-toko roti juga dipadati pengunjung yang mau menikmati sarapan sambil jalan kaki ke tempat tujuan. Mungkin kalo di Indonesia, yang penuh itu tukang gorengan ya? Heheh..

Saking menariknya menyusuri gang-gang kecil, sampe lupa akan waktu dan lupa juga untuk lihat peta. Nah, apa jadinya kalo menyuruh otak ambil cuti panjang dan kedua kaki yang mengambil alih kerja otak? Yak betul sekali! KESASAR. Hahaha!!! Sebuah seni traveling yang harus dialami dan dinikmati oleh siapapun yang ngakunya traveler, haha!!!
2 jam-an gw dan temen gw kesasar, bahkan pas liat di peta, kami sudah berada sangat jauuuuuhhh dari pusat kota. Sebenernya sih, gw gak keberatan untuk menyasarkan diri, terlebih karena selain Macau kotanya kecil, kami pun memulai perjalanan di pagi buta, jadi gak mungkinlah tengah malem baru dapet jalan ke hotel, bukan? Tapi yang jadi masalah adalah, kami berangkat ke Hongkong di siang harinya, sehingga waktu memang begitu mepet.

Berhubung susah sekali nyari orang yang bisa berbahasa Inggris, maka gw pun mengambil inisiatif untuk baca peta. Sempet desperate gak nemu-nemu landmark yang menandakan kedekatan dengan tengah kota, gw pun bertanya pada seorang ibu-ibu muda yang mau nganter anak sekolah. Sementara temen gw udah nyerah, ngos-ngosan ngaso di bangku taman.
Waakkss, nanya sama ibu muda itu malah bikin gw makin lieur, “you take bus nine eight”, itu yang gw denger saat gw tunjukin peta ke ibu-ibu itu. Setau gw, kga ada bis nomer 98 di Macau, maka gw yakinkan lagi ibu-ibu itu, “bus number 9tyEight?!” dengan inisial jari membentuk angka 9 dan 8.
Ibu-ibu itu geleng-geleng panik, “nine eight!
Heee?! Gw jadi bingung, lha tadi gw bilang apa dong? Lalu gw pun menyodorkan bolpen padanya, menyuruh menulis nomer bis itu. Tau dia nulis apa? Dan dia butuh sekian menit untuk menyuruh tangannya bergerak membentuk angka 9 dan huruf A. MasyaAllah!!!
Gw pun nyengir geli, dan manggut-manggut penuh terima kasih.

Tunggu ditunggu, ntu bis kga lewat-lewat, sementara temen gw yang laen udah nelponin, “loe dimana sih?!
Alhasil, gw bilang sama temen jalan kaki gw, “kita jalan kaki. Sanggup?
Ada raut kecemasan sekaligus keterpanaan di wajah temen gw itu. Walau begitu, ia mengikuti beberapa meter di belakang gw sambil mengatur napas dan kakinya yang mungkin mulai meraung kecapekan. Hihihi...

Sebagai pencari jejak, gw pun mencari-cari landmark dan mencoba baca peta, beberapa meter di depan temen gw, dan entah bagaimana caranya, kaki gw melangkah ke jalanan yang semalem kami jajali. Gang yang menembus ke Senado Square pun didapat dan dalam hitungan menit, kami sudah berada di Senado Square, menemukan teman-teman kami yang lagi bersantai menikmati taman di pagi hari. Berbeda dengan kami yang sibuk ngatur napas dan meluruskan kaki.

Biar bertenaga lagi, kami memutuskan untuk menikmati segelas susu panas di suatu resto yang khusus menu utamanya susu. Sampe ada patung sapi gede terpajang di meja resepsionis dan dinding pun dipenuhi foto sapi. Walau makanannya banyak menyajikan ham babi, tapi susunya tetep susu sapi kan? Agak aneh juga kali klo susu babi... hahaha.

Tunggu ditunggu, 2 gelas susu panas itu kok tidak juga datang ya? Padahal ibu-ibu yang mesen mie babi itu udah menyeruput susu dinginnya, begitu juga dengan mas-mas ori yang menyantap sepiring ham panggang dan roti, sudah menegak habis susu dinginnya, dan mereka muncul setelah gw memesan minuman. Hmm.... jangan-jangan sapinya diperah dulu, hihi.

20menitan kemudian, dua mangkuk susu panas datang.
Ternyata.... kalo pesan susu panas, yang muncul itu bukan minuman susu segar panas dalam gelas bir seperti yang biasa disajikan klo kita melancong ke daerah Ampel ato Boyolali Jawa Tengah.
Susu panas yang disajikan dalam mangkuk di Macau (dan Hongkong) lebih mirip puding susu karena kental namun jika didiamkan lama akan mencair. Ada lapisan air yang tercipta, mungkin akibat proses pengentalan itu sendiri. Gw gak tau sih gimana cara pengentalannya (mungkin pake minyak babi? hahaha!!!), tapi di etalase restoran itu memang terpajang puluhan bahkan mungkin ratusan mangkuk putih kecil berisi susu yang didinginkan dalam suhu tertentu. Mungkin itu adalah biang susu yang akan diolah menjadi puding susu itu sendiri. Sayang, gak bisa nanya banyak-banyak karena waitressnya gak ada yang bisa bahasa Inggris, bahkan daftar menu pun ditulis pake tulisan gambar garis-garis itu. Berapa harga satu mangkuk puding susu? Cukup mahal sekali: 16MOP (saat itu disetarakan dalam rupiah jadi 24750IDR ato sekitar 25ribuan lah) Mahal kaaannn??? Tapi rasanya enak. Manisnya pas dan kekentalannya juga pas, meleleh di lidah dengan sempurna. Hmmmm.... yummy!!!

(puding susu panas yang yummy seharga 16MOP itu)

Susu itu jadi menu sarapan utama, ditambah dengan cadburry bites bekel gw. Benar tebakan gw, kripik sereal isi coklat itu jadi penyelamat lambung yang tepat.

Sehabis menjajal susu, saat itu waktu baru menunjukkan pukul 10pagi. Kebanyakan toko di Macau bukanya jam 11 siang, waah... masih lama kalo mau belanja bukan? Maka setelah mampir ke tourist information dan tanya soal transportasi ke sana sini, kami pun melenggang ke Ruins St. Paul. Temen-temen gw heran ngapain juga harus menyusuri jalanan itu dan kemana pula kita melangkah.
Well... satu hal yang harus diingat, kalo mo travelling, pastikan dulu tahu tempat wisata di daerah yang mau dituju, biar gak begok-begok amat gitu loh, hahaha!!! (no offense guys!)

Anyway... berhubung temen-temen gw pengen banget nyobain egg tart, maka mereka pun membeli egg tart di satu kedai antah berantah. Gw udah bilang, makan egg tart yang enak itu kalo gak di Lord’ Stowe ya di Margareth, atau kalo kepepet banget, makannya yang keluaran Koi Kei, itu udah sesuai urutan kenikmatan deh. Tapi mereka tetep nyoba dan mungkin karena baru makan, mereka pun begitu antusias dengan kue itu. Menurut gw sih, egg tartnya gak ada apa-apanya dibanding Koi Kei apalagi Margareth! Lapisan pastrynya kurang renyah dan isi telur susunya itu terasa keras bila dibandingkan dengan dua kedai yang gw sebutkan tadi. Tapi yaah, lumayan buat referensi.
Harga satu biji egg tart sekitar 6MOP (sekitar 9ribuan IDR lah) di kedai antah berantah itu, mahal yaah? Padahal dimensi kuenya kecil, satu kali lahap juga bisa kalo punya mulut lebar, hihi.

Sampe di Ruins St. Paul, gw berpisah sama temen-temen gw yang masih asik aja poto-poto di bawah. Gw memilih naik dan menyusuri jalan kenangan.

(ruins st. pauls di tengah kabut pagi.. mendung tepatnya sih)

Ruins St. Paul sendiri sebenernya itu sisa bangunan akibat kebakaran yang melanda gereja St. Paul itu. Di bagian bawahnya ada Museum Sacred Art yang isinya peninggalan-peninggalan gereja itu. Cukup mencekam sekaligus... sacred kali ya? Hanya gw yang masuk ke dalam museum itu dan menikmati ke-sacred-an peninggalan gereja St. Paul. Ada patung Jesus Christ, ada salib, banyak alat ibadah terpajang disitu, termasuk batu-batu runtuhan dibelakang mimbar, yang memberi kesan seram tapi juga sedih.



(isi di dalam Museum Sacred of Art. photos taken from the first visit in '07^^)

Saat gw keluar, temen-temen gw sudah terlihat agak bosan, tapi gw masih mau naek ke Monte Fort, maka gw pun memilih menyusuri tangga batu di tebing yang menuju ke sebuah benteng. Jangan tanya apa rasanya kedua kaki gw! Jalan kaki 2 jam ditambah dengan pendakian tangga, rasanya cukup membuat mereka mati rasa. Tapi seru juga, karena dari atas itu bisa liat seluruh kota Macau, yang kalo terlihat di siang hari, gak beda jauh sama kumuhnya kota Jakarta, walau masih lebih tertata rapi sih, hihi.

Foto-foto sebentar di Monte Fort, dan saat mau melangkah memasuki tempat peninggalan bersejarah Monte Fort (Galeria Fortaleza do Monte), seluruh indera di tubuh gw kembali menjerit ketakutan, maka gw pun memutuskan untuk naik lagi. Temen-temen gw pun ngikut naek, gak jadi masuk, hahaha.. kocak juga.


(poto-poto di Fortaleza do Monte ato lebih beken Monte Fort)

(jalan masuk ke Galeria Fortaleza do Monte yang spooky itu)

Ternyata Monte Fort ini bersambung dengan Museum of Macau, bahkan kalo yang gak mau capek naek tangga tebing yang barusan didaki gw dan 2 orang temen gw, ada eskalatornya segala. Sialan! Dari tadi kek yaa, kan gak perlu merintahin kaki buat nambah otot, hiss....

(museum of macau. cuma pose di depan, gak masuk soalnya bayar 15MOP, haha!)

Setelah keliling-keliling di daerah Ruins, ternyata hanya menghabiskan waktu satu jam-an, tahunya sampe di bawah, toko baju sudah buka. Langsung semua panik milih kaos. Tadinya dijual 100MOP untuk 3 baju, lalu gw pun menawar dan diberilah 4 baju untuk 100MOP. Lumayan, bahan kaosnya pun cukup enak dibandingkan dengan toko sebelumnya yang disainnya menurut gw monoton.

Berapa banyak baju yang dibeli temen-temen gw? Cukup banyak. Sementara gw memutuskan untuk membeli kaosnya sebelum berangkat ke Thailand di hari Sabtu, biar ke Hongkong-nya gak perlu bawa-bawa baju gila-gilaan.

Dari daerah Senado, kami pun check out dengan menitipkan tas di hotel. Luggage storage-nya cukup besar dan ternyata sudah banyak diisi oleh tas-tas lain yang besar-besar. Setelah itu, kami pun melangkah ke Lisboa, nyegat taksi untuk ke Kun Iam Statue.
Dulu, pertama kali ke Macau, bagaimana cara gw ke Kun Iam Statue dari Senado? Jalan kaki. Haaakkkss!!! Mantaaap! Itu namanya bekpeker irit cenderung pelit, hahahaha!!!

Taksi di Grand Lisboa cukup bikin gw sedikit gak yakin mereka mau ngangkut orang-orang kumuh macam kami, secara dandanan seadanya, bila dibandingkan dengan mereka yang berjudi, hahaha.

Eiiitttsss!!! Tapi supir taksi yang gw pilih, cakep banget bow!!! Mirip artis Taiwan gitu dah, pake kacamata item segala. Pas gw nunjuk peta, dan dia bilang oke, gw masih terpana dulu, bukan kenapa, tapi... kok secakep ini jadi supir taksi ya? Kenapa gak jadi artis? Hihi.
Dan dengan baik hatinya, ia memberhentikan kami tepat di depan patungnya. Sementara kloter kedua, diberhentikan di taman yang jaraknya seratusan meter dari lokasi. Baiknya si supir artis itu, hihi...

Di Kun Iam, sebenernya sih gak ada apa-apa kecuali patung dewi kesuburan yang menjorok ke laut gitu. Dulu, pertama kali browsing tempat wisata di Macau, gw sempet berpikiran kalo ini patung ada di tengah-tengah laut dan besarrrrrrrrr buanget. Nyatanya begitu dikunjungi?? Ckckckck... hebat banget dah trik jualan pariwisata negara ini.

Sempet foto-foto bak artis dah di kitaran Kun Iam itu, sambil ngabisin waktu.

(wujud Kun Iam Statue di tengah mendungnya langit Macau. gelap euy!)

(biar tauk hasilnya gelap krn mendung, kga masalah dah!nyang penting: EKSIS)

(yap! it was pretty cold & we're pretty crazy for taking the jacket off)

Baru kemudian, dengan taksi (lagi) menuju Macau Tower.
Dari Macau Tower ini kita bisa liat seluruh daratan Macau dan sebagian Taipa. Keren. Harga masuknya kemaren itu 85MOP (sekitar 132ribuIDR, klo gak punya cash, bisa gesek kok, bayarnya kreditan, hihi). Nah, di tower ini juga ada 3 kegiatan outdoor yang disajikan oleh AJ Hacket, sang pioneer bungy jumping itu. Emang, gak jauh-jauh dari kegiatan mompa adrenalin lah klo yang megang AJ Hacket sih. Hanya saja, harganya MUAHAAALLL.
Ada Sky Jump, Mast Walking dan tentu saja Bungy Jumping. Sedikit catatan, Bungy Jumping di Macau Tower ini termasuk bungy jumping tertinggi dalam kategori gedung, itu menurut si AJ Hacketnya sendiri. Wiiih... kalo saja harganya tidak menyentuh angka juta, tentu gw akan nekat nyoba, hahahaha!! Padahal, gw sendiri kga tau kekuatan jantung gw, wakakaks...

Pemberhentian pertama adalah deck sightseeing di lantai 58, tempat buat bersantai liat kota Macau. Sebenernya paling bagus itu kalo malem, karena bisa liat cahaya kota.
Tapi kalo siang lebih seru pas ngelewatin lantai kaca. Jadi, ada beberapa deret lantai yang dibuat dari kaca, jadi bisa berasa mau nyemplung beratus-ratus meter ke tanah.
Awalnya gw juga jiper saat berdiri diantara lantai itu, tapi akal gw jalan, seumur idup gw, gw belum pernah denger ada orang jatoh gara-gara nginjek ini lantai, so... this must be safe. Jadi gw pun berposelah di lantai itu dalam aneka gaya tiduran. Hanya gw tadinya, karena temen-temen gw pada siwer harus berdiri disitu. Lama-lama karna sirik liat pose gw yang aduhai (hahahahakk!!) mereka pun jadi terpacu untuk ikutan pose. Norak buanget dah! Sampe diketawain turis-turis Jepang, tapi gw mah kga peduli demi pose asoy.


(pose diatas lantai kaca. buat yg takut ketinggian, stay away!)

Pemberhentian selanjutnya adalah lantai 61, dimana AJ Hacket bertengger.
Hiyaaaa!!! Begitu pintu lift terbuka, yang menyambut itu satu: angin dingin yang kenceng. Busyeeettt..... Semua orang pake jaket tebel, hanya gw dan temen gw yang nekat gak pake jaket, demi dapet pose oke, ampyyuuuunn. Beauty dies young klo gini caranya siiih... ^^

(rela beku demi gaya gak jaketan mulu...*hiiiss*)

Bahkan pas gw di toilet, dan ditinggal sendirian sama temen-temen gw, para pekerja disitu terpana dan nepok-nepok bahu gw, ngajakin ngomong pake bahasa Cina yang bikin gw bengong. Lalu mereka nunjuk lengan baju gw yang minim dan ngasih tanda hebat gak kedinginan, hahahaha!! Gak tau aja mereka....

Waktu udah nunjuk jam 2.30 PM saat gw dan temen-temen ninggalin Macau Tower, kali ini pake bis nomer 32 balik ke Grand Lisboa, rate bisnya cukup mahal 3.2MOP (5rebu rupiah lah) dan bete aja pake ada 2 sen (avos) segala.

(torre de macau shuttle)

Sampe di hotel, ambil barang, dan menuju ferry terminal. Kalo temen-temen gw pake taksi Elgrand, gw terpaksa pake taksi sedan duaan bareng temen gw, karna taksi Elgrand itu hanya mau nampung 5 orang. Ciiiih....

Sampe di ferry terminal, pesen tiket ferry ke Hongkong yang berhentinya di daerah Kowloon, jadi pake New First Ferry. Katanya sih, lebih gampang ke hostel pesenan kami.

Oke all set!
Jam 16.30 ferry pun lepas landas. Ombaknya cukup besar dan keras, dan gw sepanjang perjalanan, TIDUR. Eh sumpah deh, kerasa bener otot-otot kaki yang mulai menegang ini, haha!!
Sampai jumpa di Hongkong!

ZZzzzzzz.......
__________________________
Bestfriending with the ears: rage against the machine - renegade of funk
(kontras amat dari MONORAL ke RATM!! *big grin*)

Monday, March 23, 2009

The Traveler’s Journal 3rd Volume “Enjoy Asia”Part 2 - Macau: Menikmati Keindahan Cahaya Macau dalam Kedinginan yang Menusuk

Pesawat dengan nomer penerbangan AK52 membawa kami membelah langit menuju kota judi terkenal di Asia, Macau, dengan waktu tempuh..... 4 jam saja.
Bagus sekali. Memang tanggal 9 Maret 2009 adalah hari dengan judul “Penantian”.

Di pesawat, gw duduk satu baris dengan seorang ibu-ibu tua yang mungkin warga asli Macau, yang sama sekali tidak bisa bahasa Inggris. Ibu-ibu yang satu ini, kerjaannya cuman satu: tidur. Dalam aneka gaya. Berhubung 3 deret kursi yang ditempatin hanya dua (gw dan dirinya), dengan cuek dia merebahkan diri di kursi tengah, selonjoran tidur. Ampun daah...

Tema dalam pesawat gak jauh beda: baca majalah traveler yang sama dengan waktu berangkat dari Jakarta (sampe apal isinya gw!), tidur, dan menatap langit malam.
Eeeh... tapi ada satu saat yang bikin gw surprise banget. Saat melihat keluar jendela, ada bulatan sempurna menerangi langit. Busyet, full moon! Bagus banget. Sayang pas mau diambil gambarnya malah ilang...

Menurut kapten pesawat, cuaca di Macau cerah dengan suhu udara 17 derajat celcius.
Oops... gw pun menaikkan satu alis saat mendengarnya, “ooke, 17 derajat celcius itu kan setara dengan cuaca puncak ya? Jadi kaos kutungan dengan jaket tebal ini cukup melindungi kulit dong?

Jreng jreng!!!!
Satu hal yang gw lupa adalah faktor kelembaban udara.
Alhasil, gw pun bergemeletukan menahan dinginnya udara yang menggigit sampe ke tulang. Segitu masih di dalam airport en nunggu giliran imigrasi, palagi klo udah diluaran? Et sumpah dah, dingin buanget!!

Apa yang gw khawatirkan terjadi juga di bandara itu. No one actually speaks English.
Padahal, gw cuman mo tanya, “nyari taksi dimana ya?”, tapi semua orang geleng-geleng kepala. Counter tourist information yang terlihat anggun itu nyatanya terkunci rapat dan satpam di bandara hanya angkat bahu saat gw tanya, “is it already closed?
Saat temen-temen gw dengan santainya menikmati jejeran kursi di ruang tunggu, gw kelimpungan sendiri nyari orang yang bisa bahasa Inggris. Bahkan orang-orang dari travel agency yang counternya berderet-deret itu pun tak bisa bahasa Inggris, bikin gw shock.

Alhasil, gw menemukan seorang bapak baik hati yang bekerja sebagai marketing hotel Venetian (secara dia bawa-bawa papan nama hotel termashyur itu), dan mengajukan... tepatnya sih merengek minta dibantu soal taksi, direction sampe rate taksinya. Ngobrol-ngobrol, sampe dia menuliskan tulisan kanji alamat hotel tempat gw nginep (karena menurut beliau, orang-orang di negara ini hanya bisa bahasa Cina walaupun alamat ditulis dalam bahasa Portugis.... schweeetttt!!!)
Eh mendadak ada ibu-ibu mendekat dan menawarkan jasa nganterin kita ke hotel dengan harga 100MOP (setara dengan 100 dollar HK), menurut bapak itu sih harganya cukup fair, karena kalo pake taksi pun kita butuh 2 taksi, bagasi di-charge, dan kalo diitung ya 100MOP juga. Yasud, gw pun bernegosiasi dengan kelima temen gw yang masih meluruskan kaki dengan santai itu, dan diputuskan untuk menggunakan jasa ibu-ibu itu. Lucunya lagi, ibu-ibu itu sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. Mati dah! Untung ada bapak-bapak itu yang membantu gw nego. Pokoknya diyakinkan 100MOP sampe tempat, tanpa gw dikenai charge apapun lagi.

All set!
6 orang dengan 7 tas sudah duduk rapi dalam mobil van putih milik si ibu itu. Berhubung gw sudah pernah ke Macau dan ingatan gw masih cukup bagus, gw pun sok sokan bertindak sebagai tour guide selama perjalanan bandara-hotel yang waktu tempuhnya kurang lebih 20menitan itu.
Disebelah sini adalah Macau GP, tempat Valentino Rossi iseng latihan, lalu diseberangnya itu ferry terminal. Yang menjulang terang, itu macau tower...”, begitu gw menjelaskan pada temen-temen gw. Si ibu sempet nimpalin pas gw memperkenalkan Grand Lisboa tempat judi beken pada jamannya itu. Entah apa yang dikatakan si ibu, apakah berusaha membenarkan kalimat gw ato malah mencela keminiman pengetahuan gw soal kota Macau, hihi.

Memang... kota Macau lebih bagus dinikmati saat malam hari. Semua lampu megah mewarnai kota, menutupi bocel-bocel yang baru nampak di saat pagi hari. Beginilah kalau penghasilan utama kota didapat dari judi (dan perempuan tentunya, hihi).

Sampe juga di hotel dan ibu-ibu tadi cukup jujur dengan tidak mengenakan biaya tambahan apapun pada kami.

Seperti apa wajah hotel itu?
Hmm... sebagaimana yang sudah diperingatkan oleh bapak-bapak Venetian itu, “Central Hotel is the oldest hotel in Macau, so probably you can already guess what it’s like. I’m not gonna say it’s proper or not, or...” dan diakhiri dengan cengiran datar seraya mengangkat kedua bahu.

Well, comparing to Venetian.... JELAAAASSS sekali berbeda.
Bagai langit dan... dasar bumi kali, hihi.




(ini tampang kamar hotelnya. cukup luas sih. dan pintu abu-abu itu, entah mengarah kemana^^)

Kali pertama gw memasuki kamar hotel, perasaan gw udah gak nyaman cenderung mencekam. It was dan gw tidak melebih-lebihkannya. Temen gw bilang, “jangan dipikirin”, gimana gak mikirin klo seluruh indera di tubuh elu berteriak-teriak ketakutan?!

Well, apa daya? Mau ngajakin temen-temen gw nginep di hostel yang dulu ditempati gw, rada gak enak ati juga klo nyuruh mereka naek tangga sampe ke lantai tiga bawa-bawa koper seberat anak 3 taonan. Dan hotel yang paling murah ya hotel ini. No wonder itu hotel murah banget, comparing to any other hotels downtown ya.

Selese taro tas, langsung cabut keliling kota. Gak keliling kota juga sih, hanya ke Grand Lisboa untuk poto-poto dengan mode norak yang berkilatan terang. Poto sana poto sini mengumbar kenorakan kita sampe lupa sama dingin yang menggigit dan cacing-cacing dalam perut yang udah tereak protes, “LAPER GILAAA!!!”



(Casino Lisboa, seberang Grand Lisboa)

(di dalam Grand Lisboa, ada lambang Macau)

Alhasil, sambil jalan memutari Grand Lisboa, sampelah di Guia Fort, dan lambang kakek tua yang khas itu melambai penuh semangat pada kami untuk mampir. Dasar kolonel tua yang genit!





(di depan Guia Fort, yang gak keliatan jelas^^)

Kalo soal kehalalan makanan, jangan tanya deh, pastinya gak akan nemu yang bener-bener halal, jadi untuk meminimalkan perasaan bersalah, bacalah ‘Bismillah’ sebelum menyantap ayam goreng rasa babi itu, hahahaha!!

Sepanjang jalan, selalu papasan sama cewek-cewek Macau, cowoknya juga sih, tapi yang paling gw perhatiin adalah ceweknya. Satu hal yang gw benci dari remaja Macau adalah.... mereka punya cuaca yang oke buanget buat tampil chic dengan boot, rok mini dan jaket tebel dengan disain cantik. Huuu!! Gituan dipake di Jakarta bisa meleleh mampus, lengket dimana-mana! Selaen itu, udara di Macau nampaknya minim polusi (jika dibandingkan dengan Jakarta yeee), jadi angin yang semeliwir itu bener-bener masih terasa segar. Walau harus diakui, I was freezed to the bones! Gilaak!! Jalan kaki gak kerasa hangatnya, keringet kga keluar sama sekali, malah kulit terasa kering. Mampus daah..

Nemu jalan kecil yang ujung-ujungnya nembus ke Senado Square deket hotel, dan sempet poto-poto sebentar sebelum melangkah masuk ke dalam hotel yang creepy itu.



(di suatu gang di daerah Senado Square)

Malemnya, bener aja kan?
Saat temen gw dengan pulasnya ngorok tanpa kesulitan apapun, gw sempet-sempetnya di’toel’ sama yang jaga disitu, sampe kaget kebangun en memutuskan untuk menonton berita ekonomi CNN dengan harapan bisa kembali jatoh tertidur, tapi nyatanya malah pusing dengan indeks saham, dan gak bisa tidur juga sampe pagi, haha!

_______________________________


Bestfriending with the ears: MONORAL - Vimana