Tuesday, March 24, 2009

The Traveler’s Journal 3rd Volume “Enjoy Asia”Part 3 - Macau: Menikmati Seni Traveling di Macau


Jam 7 pagi, gw sama temen gw udah set up buat tour the city. Berkunjung ke kamar tetangga, mereka masih sibuk persiapan, jadi dah hanya kami berdua yang siap untuk keliling kota di pagi hari. Perjanjiannya, ketemu di Senado Square lagi sekitar jam 9 ato 10 pagi, untuk kemudian manjat ke Ruins St. Paul sama Monte Fort.

Keluar hotel jam 7 lebihan dikit, kami melangkah ke Rua de Felicidades yang disebut-sebut sebagai red district Macau pada jaman dahulu kala. Memang lucu sih gang kecil itu, semua pintunya dicat warna merah. Walau bukan karena cat merahnya ya, daerah ini dibilang red-district. Tahulah apa maksudnya. Tapi gw gak tahu sih, apakah sampe detik ini gang itu masih berprofesi sebagai red district kala malam, ato enggak. Dan di pagi buta begitu yang lalu lalang kebanyakan anak sekolahan sama orang mau kerja. Jalanan sepi banget.



(rua de falicidades di pagi buta. gak keliatan red district kan?)

Sepanjang jalan, gw menemukan banyak hotel dan rumah makan, even itu di gang-gang kecil. Dan biarpun gang dengan kelebaran jalan satu mobil doang, jangan salah, mobil yang seliweran itu selalu dengan kecepatan penuh. Jadi, pastikan kalau jalan kaki benar-benar mepet sama tembok rumah, daripada kesamber BMW versi paling baru.

Ada satu hal yang gw perhatiin yang jadi ciri khas di Macau dan Hongkong adalah rumah makan yang selalu penuh pada jam-jam makan, entah itu sarapan, makan siang maupun makan malam. Bahkan sampe waiting list segala. Mungkin di rumahnya kga ada dapur kali ya?

Menyusuri gang-gang kecil di Macau dan melihat kebiasaan sarapan penduduknya, gw tercenung akan satu hal, mereka begitu menghargai sekali moment sarapan itu sendiri. Moment dimana mereka bisa bersantai, bisa ngobrol sama tetangga yang kebetulan makan di tempat yang sama, dan moment dimana waktu untuk diri mereka sendiri itu begitu berharga. Even hanya satu orang menghadapi semangkuk bubur encer dan potongan daging babi goreng, ekspresi mereka saat menyeruput bubur itu seakan menggambarkan betapa waktu untuk bersantai itu sangat mahal untuk didapat. Mungkinkah karena mereka sudah terlalu letih bekerja baik di kantor maupun di rumah dan ditambah dengan suasana rumah yang gak bisa diklasifikasikan sebagai rumah karena begitu sempit dengan sistem ventilasi udara yang minim sekali, sehingga saat mereka menikmati hidup ya saat makan itu sendiri? Mungkin saja.
Dan ya, mereka begitu menyadari akan pentingnya sarapan, karena biarpun tidak sempat duduk dan sarapan di warung, toko-toko roti juga dipadati pengunjung yang mau menikmati sarapan sambil jalan kaki ke tempat tujuan. Mungkin kalo di Indonesia, yang penuh itu tukang gorengan ya? Heheh..

Saking menariknya menyusuri gang-gang kecil, sampe lupa akan waktu dan lupa juga untuk lihat peta. Nah, apa jadinya kalo menyuruh otak ambil cuti panjang dan kedua kaki yang mengambil alih kerja otak? Yak betul sekali! KESASAR. Hahaha!!! Sebuah seni traveling yang harus dialami dan dinikmati oleh siapapun yang ngakunya traveler, haha!!!
2 jam-an gw dan temen gw kesasar, bahkan pas liat di peta, kami sudah berada sangat jauuuuuhhh dari pusat kota. Sebenernya sih, gw gak keberatan untuk menyasarkan diri, terlebih karena selain Macau kotanya kecil, kami pun memulai perjalanan di pagi buta, jadi gak mungkinlah tengah malem baru dapet jalan ke hotel, bukan? Tapi yang jadi masalah adalah, kami berangkat ke Hongkong di siang harinya, sehingga waktu memang begitu mepet.

Berhubung susah sekali nyari orang yang bisa berbahasa Inggris, maka gw pun mengambil inisiatif untuk baca peta. Sempet desperate gak nemu-nemu landmark yang menandakan kedekatan dengan tengah kota, gw pun bertanya pada seorang ibu-ibu muda yang mau nganter anak sekolah. Sementara temen gw udah nyerah, ngos-ngosan ngaso di bangku taman.
Waakkss, nanya sama ibu muda itu malah bikin gw makin lieur, “you take bus nine eight”, itu yang gw denger saat gw tunjukin peta ke ibu-ibu itu. Setau gw, kga ada bis nomer 98 di Macau, maka gw yakinkan lagi ibu-ibu itu, “bus number 9tyEight?!” dengan inisial jari membentuk angka 9 dan 8.
Ibu-ibu itu geleng-geleng panik, “nine eight!
Heee?! Gw jadi bingung, lha tadi gw bilang apa dong? Lalu gw pun menyodorkan bolpen padanya, menyuruh menulis nomer bis itu. Tau dia nulis apa? Dan dia butuh sekian menit untuk menyuruh tangannya bergerak membentuk angka 9 dan huruf A. MasyaAllah!!!
Gw pun nyengir geli, dan manggut-manggut penuh terima kasih.

Tunggu ditunggu, ntu bis kga lewat-lewat, sementara temen gw yang laen udah nelponin, “loe dimana sih?!
Alhasil, gw bilang sama temen jalan kaki gw, “kita jalan kaki. Sanggup?
Ada raut kecemasan sekaligus keterpanaan di wajah temen gw itu. Walau begitu, ia mengikuti beberapa meter di belakang gw sambil mengatur napas dan kakinya yang mungkin mulai meraung kecapekan. Hihihi...

Sebagai pencari jejak, gw pun mencari-cari landmark dan mencoba baca peta, beberapa meter di depan temen gw, dan entah bagaimana caranya, kaki gw melangkah ke jalanan yang semalem kami jajali. Gang yang menembus ke Senado Square pun didapat dan dalam hitungan menit, kami sudah berada di Senado Square, menemukan teman-teman kami yang lagi bersantai menikmati taman di pagi hari. Berbeda dengan kami yang sibuk ngatur napas dan meluruskan kaki.

Biar bertenaga lagi, kami memutuskan untuk menikmati segelas susu panas di suatu resto yang khusus menu utamanya susu. Sampe ada patung sapi gede terpajang di meja resepsionis dan dinding pun dipenuhi foto sapi. Walau makanannya banyak menyajikan ham babi, tapi susunya tetep susu sapi kan? Agak aneh juga kali klo susu babi... hahaha.

Tunggu ditunggu, 2 gelas susu panas itu kok tidak juga datang ya? Padahal ibu-ibu yang mesen mie babi itu udah menyeruput susu dinginnya, begitu juga dengan mas-mas ori yang menyantap sepiring ham panggang dan roti, sudah menegak habis susu dinginnya, dan mereka muncul setelah gw memesan minuman. Hmm.... jangan-jangan sapinya diperah dulu, hihi.

20menitan kemudian, dua mangkuk susu panas datang.
Ternyata.... kalo pesan susu panas, yang muncul itu bukan minuman susu segar panas dalam gelas bir seperti yang biasa disajikan klo kita melancong ke daerah Ampel ato Boyolali Jawa Tengah.
Susu panas yang disajikan dalam mangkuk di Macau (dan Hongkong) lebih mirip puding susu karena kental namun jika didiamkan lama akan mencair. Ada lapisan air yang tercipta, mungkin akibat proses pengentalan itu sendiri. Gw gak tau sih gimana cara pengentalannya (mungkin pake minyak babi? hahaha!!!), tapi di etalase restoran itu memang terpajang puluhan bahkan mungkin ratusan mangkuk putih kecil berisi susu yang didinginkan dalam suhu tertentu. Mungkin itu adalah biang susu yang akan diolah menjadi puding susu itu sendiri. Sayang, gak bisa nanya banyak-banyak karena waitressnya gak ada yang bisa bahasa Inggris, bahkan daftar menu pun ditulis pake tulisan gambar garis-garis itu. Berapa harga satu mangkuk puding susu? Cukup mahal sekali: 16MOP (saat itu disetarakan dalam rupiah jadi 24750IDR ato sekitar 25ribuan lah) Mahal kaaannn??? Tapi rasanya enak. Manisnya pas dan kekentalannya juga pas, meleleh di lidah dengan sempurna. Hmmmm.... yummy!!!

(puding susu panas yang yummy seharga 16MOP itu)

Susu itu jadi menu sarapan utama, ditambah dengan cadburry bites bekel gw. Benar tebakan gw, kripik sereal isi coklat itu jadi penyelamat lambung yang tepat.

Sehabis menjajal susu, saat itu waktu baru menunjukkan pukul 10pagi. Kebanyakan toko di Macau bukanya jam 11 siang, waah... masih lama kalo mau belanja bukan? Maka setelah mampir ke tourist information dan tanya soal transportasi ke sana sini, kami pun melenggang ke Ruins St. Paul. Temen-temen gw heran ngapain juga harus menyusuri jalanan itu dan kemana pula kita melangkah.
Well... satu hal yang harus diingat, kalo mo travelling, pastikan dulu tahu tempat wisata di daerah yang mau dituju, biar gak begok-begok amat gitu loh, hahaha!!! (no offense guys!)

Anyway... berhubung temen-temen gw pengen banget nyobain egg tart, maka mereka pun membeli egg tart di satu kedai antah berantah. Gw udah bilang, makan egg tart yang enak itu kalo gak di Lord’ Stowe ya di Margareth, atau kalo kepepet banget, makannya yang keluaran Koi Kei, itu udah sesuai urutan kenikmatan deh. Tapi mereka tetep nyoba dan mungkin karena baru makan, mereka pun begitu antusias dengan kue itu. Menurut gw sih, egg tartnya gak ada apa-apanya dibanding Koi Kei apalagi Margareth! Lapisan pastrynya kurang renyah dan isi telur susunya itu terasa keras bila dibandingkan dengan dua kedai yang gw sebutkan tadi. Tapi yaah, lumayan buat referensi.
Harga satu biji egg tart sekitar 6MOP (sekitar 9ribuan IDR lah) di kedai antah berantah itu, mahal yaah? Padahal dimensi kuenya kecil, satu kali lahap juga bisa kalo punya mulut lebar, hihi.

Sampe di Ruins St. Paul, gw berpisah sama temen-temen gw yang masih asik aja poto-poto di bawah. Gw memilih naik dan menyusuri jalan kenangan.

(ruins st. pauls di tengah kabut pagi.. mendung tepatnya sih)

Ruins St. Paul sendiri sebenernya itu sisa bangunan akibat kebakaran yang melanda gereja St. Paul itu. Di bagian bawahnya ada Museum Sacred Art yang isinya peninggalan-peninggalan gereja itu. Cukup mencekam sekaligus... sacred kali ya? Hanya gw yang masuk ke dalam museum itu dan menikmati ke-sacred-an peninggalan gereja St. Paul. Ada patung Jesus Christ, ada salib, banyak alat ibadah terpajang disitu, termasuk batu-batu runtuhan dibelakang mimbar, yang memberi kesan seram tapi juga sedih.



(isi di dalam Museum Sacred of Art. photos taken from the first visit in '07^^)

Saat gw keluar, temen-temen gw sudah terlihat agak bosan, tapi gw masih mau naek ke Monte Fort, maka gw pun memilih menyusuri tangga batu di tebing yang menuju ke sebuah benteng. Jangan tanya apa rasanya kedua kaki gw! Jalan kaki 2 jam ditambah dengan pendakian tangga, rasanya cukup membuat mereka mati rasa. Tapi seru juga, karena dari atas itu bisa liat seluruh kota Macau, yang kalo terlihat di siang hari, gak beda jauh sama kumuhnya kota Jakarta, walau masih lebih tertata rapi sih, hihi.

Foto-foto sebentar di Monte Fort, dan saat mau melangkah memasuki tempat peninggalan bersejarah Monte Fort (Galeria Fortaleza do Monte), seluruh indera di tubuh gw kembali menjerit ketakutan, maka gw pun memutuskan untuk naik lagi. Temen-temen gw pun ngikut naek, gak jadi masuk, hahaha.. kocak juga.


(poto-poto di Fortaleza do Monte ato lebih beken Monte Fort)

(jalan masuk ke Galeria Fortaleza do Monte yang spooky itu)

Ternyata Monte Fort ini bersambung dengan Museum of Macau, bahkan kalo yang gak mau capek naek tangga tebing yang barusan didaki gw dan 2 orang temen gw, ada eskalatornya segala. Sialan! Dari tadi kek yaa, kan gak perlu merintahin kaki buat nambah otot, hiss....

(museum of macau. cuma pose di depan, gak masuk soalnya bayar 15MOP, haha!)

Setelah keliling-keliling di daerah Ruins, ternyata hanya menghabiskan waktu satu jam-an, tahunya sampe di bawah, toko baju sudah buka. Langsung semua panik milih kaos. Tadinya dijual 100MOP untuk 3 baju, lalu gw pun menawar dan diberilah 4 baju untuk 100MOP. Lumayan, bahan kaosnya pun cukup enak dibandingkan dengan toko sebelumnya yang disainnya menurut gw monoton.

Berapa banyak baju yang dibeli temen-temen gw? Cukup banyak. Sementara gw memutuskan untuk membeli kaosnya sebelum berangkat ke Thailand di hari Sabtu, biar ke Hongkong-nya gak perlu bawa-bawa baju gila-gilaan.

Dari daerah Senado, kami pun check out dengan menitipkan tas di hotel. Luggage storage-nya cukup besar dan ternyata sudah banyak diisi oleh tas-tas lain yang besar-besar. Setelah itu, kami pun melangkah ke Lisboa, nyegat taksi untuk ke Kun Iam Statue.
Dulu, pertama kali ke Macau, bagaimana cara gw ke Kun Iam Statue dari Senado? Jalan kaki. Haaakkkss!!! Mantaaap! Itu namanya bekpeker irit cenderung pelit, hahahaha!!!

Taksi di Grand Lisboa cukup bikin gw sedikit gak yakin mereka mau ngangkut orang-orang kumuh macam kami, secara dandanan seadanya, bila dibandingkan dengan mereka yang berjudi, hahaha.

Eiiitttsss!!! Tapi supir taksi yang gw pilih, cakep banget bow!!! Mirip artis Taiwan gitu dah, pake kacamata item segala. Pas gw nunjuk peta, dan dia bilang oke, gw masih terpana dulu, bukan kenapa, tapi... kok secakep ini jadi supir taksi ya? Kenapa gak jadi artis? Hihi.
Dan dengan baik hatinya, ia memberhentikan kami tepat di depan patungnya. Sementara kloter kedua, diberhentikan di taman yang jaraknya seratusan meter dari lokasi. Baiknya si supir artis itu, hihi...

Di Kun Iam, sebenernya sih gak ada apa-apa kecuali patung dewi kesuburan yang menjorok ke laut gitu. Dulu, pertama kali browsing tempat wisata di Macau, gw sempet berpikiran kalo ini patung ada di tengah-tengah laut dan besarrrrrrrrr buanget. Nyatanya begitu dikunjungi?? Ckckckck... hebat banget dah trik jualan pariwisata negara ini.

Sempet foto-foto bak artis dah di kitaran Kun Iam itu, sambil ngabisin waktu.

(wujud Kun Iam Statue di tengah mendungnya langit Macau. gelap euy!)

(biar tauk hasilnya gelap krn mendung, kga masalah dah!nyang penting: EKSIS)

(yap! it was pretty cold & we're pretty crazy for taking the jacket off)

Baru kemudian, dengan taksi (lagi) menuju Macau Tower.
Dari Macau Tower ini kita bisa liat seluruh daratan Macau dan sebagian Taipa. Keren. Harga masuknya kemaren itu 85MOP (sekitar 132ribuIDR, klo gak punya cash, bisa gesek kok, bayarnya kreditan, hihi). Nah, di tower ini juga ada 3 kegiatan outdoor yang disajikan oleh AJ Hacket, sang pioneer bungy jumping itu. Emang, gak jauh-jauh dari kegiatan mompa adrenalin lah klo yang megang AJ Hacket sih. Hanya saja, harganya MUAHAAALLL.
Ada Sky Jump, Mast Walking dan tentu saja Bungy Jumping. Sedikit catatan, Bungy Jumping di Macau Tower ini termasuk bungy jumping tertinggi dalam kategori gedung, itu menurut si AJ Hacketnya sendiri. Wiiih... kalo saja harganya tidak menyentuh angka juta, tentu gw akan nekat nyoba, hahahaha!! Padahal, gw sendiri kga tau kekuatan jantung gw, wakakaks...

Pemberhentian pertama adalah deck sightseeing di lantai 58, tempat buat bersantai liat kota Macau. Sebenernya paling bagus itu kalo malem, karena bisa liat cahaya kota.
Tapi kalo siang lebih seru pas ngelewatin lantai kaca. Jadi, ada beberapa deret lantai yang dibuat dari kaca, jadi bisa berasa mau nyemplung beratus-ratus meter ke tanah.
Awalnya gw juga jiper saat berdiri diantara lantai itu, tapi akal gw jalan, seumur idup gw, gw belum pernah denger ada orang jatoh gara-gara nginjek ini lantai, so... this must be safe. Jadi gw pun berposelah di lantai itu dalam aneka gaya tiduran. Hanya gw tadinya, karena temen-temen gw pada siwer harus berdiri disitu. Lama-lama karna sirik liat pose gw yang aduhai (hahahahakk!!) mereka pun jadi terpacu untuk ikutan pose. Norak buanget dah! Sampe diketawain turis-turis Jepang, tapi gw mah kga peduli demi pose asoy.


(pose diatas lantai kaca. buat yg takut ketinggian, stay away!)

Pemberhentian selanjutnya adalah lantai 61, dimana AJ Hacket bertengger.
Hiyaaaa!!! Begitu pintu lift terbuka, yang menyambut itu satu: angin dingin yang kenceng. Busyeeettt..... Semua orang pake jaket tebel, hanya gw dan temen gw yang nekat gak pake jaket, demi dapet pose oke, ampyyuuuunn. Beauty dies young klo gini caranya siiih... ^^

(rela beku demi gaya gak jaketan mulu...*hiiiss*)

Bahkan pas gw di toilet, dan ditinggal sendirian sama temen-temen gw, para pekerja disitu terpana dan nepok-nepok bahu gw, ngajakin ngomong pake bahasa Cina yang bikin gw bengong. Lalu mereka nunjuk lengan baju gw yang minim dan ngasih tanda hebat gak kedinginan, hahahaha!! Gak tau aja mereka....

Waktu udah nunjuk jam 2.30 PM saat gw dan temen-temen ninggalin Macau Tower, kali ini pake bis nomer 32 balik ke Grand Lisboa, rate bisnya cukup mahal 3.2MOP (5rebu rupiah lah) dan bete aja pake ada 2 sen (avos) segala.

(torre de macau shuttle)

Sampe di hotel, ambil barang, dan menuju ferry terminal. Kalo temen-temen gw pake taksi Elgrand, gw terpaksa pake taksi sedan duaan bareng temen gw, karna taksi Elgrand itu hanya mau nampung 5 orang. Ciiiih....

Sampe di ferry terminal, pesen tiket ferry ke Hongkong yang berhentinya di daerah Kowloon, jadi pake New First Ferry. Katanya sih, lebih gampang ke hostel pesenan kami.

Oke all set!
Jam 16.30 ferry pun lepas landas. Ombaknya cukup besar dan keras, dan gw sepanjang perjalanan, TIDUR. Eh sumpah deh, kerasa bener otot-otot kaki yang mulai menegang ini, haha!!
Sampai jumpa di Hongkong!

ZZzzzzzz.......
__________________________
Bestfriending with the ears: rage against the machine - renegade of funk
(kontras amat dari MONORAL ke RATM!! *big grin*)

No comments:

Post a Comment