Wednesday, June 27, 2007
Nowadays music? Or dare I [cynically] say… ‘nowadays boyband’?
Coba aja perhatiin, kancah dunia permusikan tidak lagi diwarnai dengan segerombolan laki-laki usia belia, bertampang imut nan menyejukkan jiwa, yang dipoles sedemikian rupa hingga memiliki kemampuan olah vokal yang melodik dan physically-trained mati-matian supaya bisa bergerak ritmis [baca: nari]. Ato, kalaupun bebel gak bisa nyanyi, bisa nari lah. Kalo pun emang bernasib buruk gak bisa nyanyi dan badan kaku, at least bisa berpose cool dan tetep... terlihat ganteng [terlepas dari apapun itu orientasi seksnya], toh ada teknologi bernama lipsync bukan??
Anyway...
Era itu memang sudah lama menjadi basi.
Terutama sih di Amrik.
Terbukti dari reuni beberapa boyband tidak cukup sukses di pasaran dan cenderung hanya jadi hiasan ala kadar di tangga-tangga lagu dunia. Lalu masing-masing anggotanya pun memilih untuk [sukur-sukur laku] bersolo karir.
Boyband... girlband... whatever you call it, is officially... DEAD!
Di belahan dunia manapun.
Namun, disadari atau tidak, muncul dalam bentuk lain.
Ato, kalo boleh dibilang sih, bereinkarnasi dengan sempurna.
Masih tetep sama sih formatnya.
Terdiri dari beberapa gelintir laki-laki. Berusia belia [DAMN! Youngsters ARE del.i.cious haha!]. Bertampang imut nan menyejukkan jiwa. Memiliki kemampuan vokal yang cukup melebihi tubuh terdahulunya [boyband dulu maksudnya]. Pun masih digila-gilai para perempuan terbukti dengan gerombolan groupies-cewek yang rela mengikutinya kemana pun demi secuil kemungkinan get laid. Pastinya sih masih juga bermusik dan punya titel band yang cukup catchy..
Namun, ada satu hal yang membedakannya..... kemampuan bermusik plus alirannya.
YUP!!
Dulu, boyband yang selaen nyanyi en nari pake maen instrumen juga, itu satu banding jutaan kali.
Dulu sih yang penting tampang, bisa cuap-cuap dan mampu menggerakkan tubuh.
Oh ya, dan alirannya, so pasti... POP [entah itu picisan ato pasaran]
Sekarang?
Boyband jaman sekarang sih, semuanya bisa maen alat musik [multi instrumen malah!], walau minus goyang koreografi, bisa nyiptain lagu, gak lagi bertampang manis dan berkelakuan anak mami, daan yang pasti tidak lagi beraliran musik pop.
Alirannya apa?
Well... you can say it.. alternative/modern rock/punk-rock/pop-punk even a socalled-emo ato buat yang sinis mungkin bakal nyebut bubblegum-poprock... apalah itu nama dan sebutannya, yang pasti musiknya sungguh ears-catchy walaupun berdandan gothic.
Intinya sih, the poppers can also shoe-gazing while listening to their music and the rockers take that as a side-dish or snack like fruit salad or potato chips.
Terserah deh mau protes gimana pun, tapi tetep aja mau gak mau ngaku juga kalo band yang lagi menjamur sekarang ini adalah kamuflase/reinkarnasi dari boyband jaman dulu.
I mean, c’mon guys!!
Fakta membuktikan bukan?
Musik yang ears-catchy [cenderung cheesy malah], mayoritas bertema cinta/relationship [juga], muka yang kamera-friendly, umur yang masih muda-muda, whatelse d’you call them?
Toh, pada kenyataannya secara musikalitas pun mereka gak jauh beda sama boyband jaman dulu, nilai plusnya hanya di alat musik dan kemampuan nyiptain lagu aja [temanya sih sama-sama cinta tapi racikan notasinya sedikit lebih rockin’].
Akuilah, they sux live [okay, sometimes not but most yeah!]
Buy the record, don’t go to any concert unless you got the backstage pass or got someone-else paid you to go or... you are just a [real] groupie.
They surely still need many years of experiences before hitting the word LEGEND [sorry, but that’s the fact].
Ada lagi yang berubah, selain aliran musik dan kemampuan bermusiknya, yaitu.... kelakuannya/Attitudes.
Sekarang sih, kelakuan boyband gak jaim layaknya anak mami. Malah, semakin bad-boy, semakin bejibun groupies yang ngintilin mereka. HIDUP BAD-BOYS!! LONG LIVE BAD-BOYS!!! ^_^V
Malah menurut gw, tampang manis udah gak jaman, yang penting kelakuan BADBOYnya itu. Dandanan lusuh mirip gelandangan gak mandi sebulan ato fully-pale-gothic-makeup? GAK MASALAH!
Semakin lusuh ato semakin gothic, justru semakin digandrungi. Semakin di-groupies-i.
Mau terang-terangan smoking-weed? Chewing-mushrooms? Keluar masuk jail? Semakin bermasalah, semakin digilai kok. Make more trouble, guys! We love troublemakers!
Bahkan yang gak ragu buat saling ciuman bibir [cowok vs cowok, red] ato tampil sensual menjurus seksual pun semakin meningkatkan ratingnya [ini gak mempengaruhi orientasi seksnya ya, kebanyakan mereka straight kok. ato terselubung yak? Hahaha!!].
Intinya, BAD-Attitudes COUNT!!
Well begitulah kenyataannya.
Boyband jaman sekarang memang bukan tipikal boyband anak mami jaman dulu yang menggusung lagu-lagu bikin ngantuk [walau jujur, it’s my biggest guilty pleasure too, ha!]
Yang sekarang ini, mungkin cocoknya disebut... ‘[bad]boyband’, hahaha!!
Ini mungkin karena cewek punya obsesi kencan sama BADBOYS yaak?? Hehehe...
Anak mami... step back!
It’s BADBOYS time! Let’s get W-W-WIIILD!!!
Mungkin kayak gitu sih, “The nowadays boyband”. Entah sampai kapan era ini bertahan. Mungkin pas taon 2010, boyband udah balik lagi ke masa-masa NKOTB, ato berubah jadi aliran metal? Mungkin malah ntar smuanya pake topeng tengkorak? Haha!
Tapi harus diakui.... bagaimanapun bentuk dan musik boyband itu, it’s still an enjoyable music to listen to.
Entah karena emang racikan musiknya yang catchy, muka yang kamera-friendly, usianya yang masih belia ato karena keBADBOYan mereka?
Apapun itu alasannya, still a guilty pleasure indeed!
Thanks to the major who’s clever ‘nuff in building market image, and hypnotizing us to stuck to it... ^_^
Hail to the new [bad]boyband era!
-Sedikit terinspirasi setelah liat live-act beberapa band baru dari daratan yang ngakunya sih... “the freedom land” [apanya yg freedom klo SARA aja msh laku disana?]-
___________________________________
[on ears] ...System of A Down...
catchy in a brutal way? Exactly!
This is how you call them.
In short?
…amazing…
(yang pasti sih, biarpun groupiesnya segabruk, mereka sulit dikategorikan boyband… haha! Gak kebayang kan SoAD berpose boyband?? Err...)
Tuesday, June 26, 2007
Groupies OR [simply] Sl*Ts

Walau pada kenyataannya, gak cuma band/musician yang punya groupies. Selama loe beken, dalam title apapun bahkan pemuka agama ato teroris sekalipun, loe akan bertemu dan dikelilingi oleh groupies.
Gak percaya? Coba aja perhatiin.
Tapi sekarang, yang mo gw jembrengin adalah groupies-nya Band/Musician [terutama female-groupies]. Kenapa? Ini mungkin terinspirasi setelah gw nonton konser lewat YouTube, ato denger berita soal salah seorang groupie yang menuntut seorang pentolan band karena menghamilinya [yea rite!].
Well, anyway, let’s just get started...
Kalo kita perhatikan, kemana pun, dimana pun, kapan pun dan sedang apa pun sebuah band, pastinya kita akan menemukan sekumpulan manusia [kebanyakan sih perempuan] yang ngintilin mereka dengan membawa-bawa papan/karton besar bertuliskan [dalam tulisan yang juga besar]:
Sesuatu yang dilakukan, pastinya berhubungan dengan sesuatu yang intim.
Terserahlah mau digimanain, mau berapa lama, mau keinget apa enggak, mau setelah itu ditendang keluar sama bodyguard apa kgak, ato ditinggalkan begitu aja, yang penting adalah pernah melakukan apapun-jenis-sesuatu-yang-intim dengan para anggota band.
Gak jarang juga, diadakan kompetisi terselubung diantara mereka tentang ‘siapa yang pernah kencan sama drummernya’ ato ‘siapa yang tau ukuran si vokalis’
Something stupid like that lah...
Gak ngerti juga sih, kenapa kok kepikiran ato what’s the point of it exactly, tapi memang begitulah niat mereka.
In somewhat level, mereka adalah fans dari band itu. Walau sepertinya mereka cukup buta akan makna dari kata fan itu sendiri, haha.
Yah, paling enggak, penyumbang devisa terbesar bagi keuangan band-lah.
Sebut aja merchandise/produk yang dikeluarin band itu, pastinya mereka punya. Dari single, album, t-shirt, mug sampe ke foto dalam segala macem pose dimiliki oleh mereka. Bahkan mungkin rela menguras kocek demi mendapatkan barang lelangan [mungkin baju dalem si Anu ato iket rambut si Dia], hingga jutaan...dollar.
Ckckckck....
Hmm... now you got the point how a band gains dollars rite?
Mereka ini pun akan hafal, tidak hanya seluruh lirik lagu maupun sejarah berdirinya band, tapi juga sampai ke kehidupan pribadi mereka. Apa yang disuka, apa yang gak disuka. Makan dimana. Liburan dimana. Mungkin apa aja yang dikeluarin dari perutnya pun mereka tahu, hhaha.
Intinya adalah... they know, every-single-thing.
Nah, mereka inilah yang digolongkan ke dalam sebuah istilah yang disebut GROUPIES [dalam bentuk jamak]
Sebenernya apa sih groupies tuh?
Ato sampe mana batas perbedaan antara groupies dan fans itu?
Karena jujur, fans pun sedikit banyak akan ngintip kehidupan pribadi Band favorit mereka just to kill curiosity, kan? Lalu apa semua groupies hanya ingin ditiduri ato emang ada groupies yang ‘bae’ [groupies yang berattittude] gitu?
Oke...
Dari literatur yang gw dapet dan sedikit penambahan nalar gw plus pengalaman gw pribadi sebagai fan, sebenernya term groupies pada awalnya itu, berarti sebuah grup atau kumpulan manusia yang menjadi tim sponsor/promo sebuah band.
Kumpulan inilah yang bakal rela beli seluruh album band itu, beli merchadisenya dan bahkan membentuk sendiri tim independent berjudul “[insert a band here] FANS CLUB” ato yang sekarang lebih terkenal sebagai “[insert a band here] STREET-TEAM”
Kumpulan ini juga rela mendatangi seluruh konsernya walau harus nyebrang benua [klo di club terkenal club-hopping, di konser juga ada, concert-hopping, hehehe. Ini istilah gw aja sih], yang juga rela ngantri buat meet and greet sama si band demi nunjukin ke band itu klo musik mereka berarti banget buat dia. Kadang, mereka gak sungkan buat mengkritik band kesayangan mereka itu dan biasanya sih justru band jadiin mereka barometer kesuksesan albumnya.
Intinya, apapun dilakukan mereka adalah dengan satu tujuan mulia...”mengharumkan nama si BAND di dunia musik” [dengan side project bagi band sih, menambah penghasilan si BAND, hehehe]
Namun, sekarang sih, istilah itu berubah jadi definisi yang lebih konotatif, yang bikin orang jadi lebih seneng ngebagi dua jenis penggemar band.
Fans dan Groupies.
Hal ini disebabkan karena kelakuan groupies [mayoritas female-groupies, red.] semakin lama semakin fanatik berlebihan cenderung psikopat.
Gimana gak psikopat? Mereka menghalalkan segala macam cara demi bisa berdekatan hingga berhubungan intim dengan anggota Band itu.
Seperti gw bilang sebelomnya, kalo mau jujur, groupies tuh gak beda jauh sama fans sebuah band. Well, it was a term to define it also anyway kan?
Mereka sama-sama menyukai bandnya [walau kemudian yang satu lebih suka musiknya, yang laen lebih tergila-gila pada vokalisnya];
Sama-sama mendengarkan musik/lagu dari Band yang sama;
Sama-sama menjejali kepala mereka dengan info band yang sama [bedanya yang satu lebih ke musical influence, yang satu lebih peduli kehidupan pribadinya]
Mungkin, perbedaan yang paling mendasar ya, terletak pada derajat-kegilaannya itu.
Intinya, para groupies tampaknya telah melewati ambang batas normal, bahkan mungkin sampai ke derajat psycho yang kadang gak hanya membahayakan nyawa si groupie tapi juga Band itu sendiri
A psychopath-obsess[er], so to speak.
Sepertinya, memang jadi sebuah kebanggaan atau sebuah pencapaian bila bisa mengencani [dalam arti meniduri atau ditiduri] anggota Band [eh, kadang sama roadies-nya juga mau... itu kalo udah desperate banget kali ya?? Dari pada enggak sama sekali kan? Upah tereak-tereak seminggu deh, hehe]
Kinda annoying?? Ehem...*manggut-manggut*... A LOT.
Gw yang bukan anggota band dan gak punya groupies aja risih liatnya, apalagi mereka yang 24 jam sehari selama 365 hari setaon diintilin orang-orang tak dikenal yang gak peduli apapun selain get laid oleh mereka ya??
Hiii...
Nah, sejak itulah istilah groupies jadi miring dan bisa dibilang sih, gak beda jauh sama wh*r&. Yaya... WHORE.
Gak ada deh orang yang mau ngaku jadi groupies, apapun definisi yang menjelaskan istilah itu.
Gw sendiri sih masih menggunakan istilah groupies, karena bagi gw, groupies dan fans itu maknanya beda.
Fans itu gak ngebela-belain nonton konser Incubus ke Israel, gitu loh.
Sementara groupies, walaupun tidak berharap ditiduri Brandon Boyd akan rela beli tiket konsernya sampe ke tengah padang pasir, gitu.
Makanya, gw lalu membedakan groupies menjadi dua. The sl*t-groupies dan the good-groupies. Begitu.
Anyway, jujur, menurut gw, semua band membutuhkan keberadaan groupies [dalam kedua istilah yang gw ciptakan itu sih].
Tanpa mereka, sebuah band tidak berarti apapun. Gak akan berarti pe-release-an album atau pagelaran konser sana sini tanpa kehadiran groupies yang setia mendatangi venue konser di belahan bumi manapun.
Dan ini means a lot buat penguatan eksistensi sebuah band di industri musik [pun penguatan sumber penghasilan mereka, heheh], bukan?
Akan tetapi, groupies seperti apa sih yang dibutuhin band?
Apakah sl*t-groupies yang hanya peduli si vokalis punya waktu senggang buat nidurin dia kapan, ato good-groupies yang gak sungkan-sungkan mengkritik musik mereka yang mulai terdengar ‘pasaran’?
Semuanya memberikan kontribusinya sendiri-sendiri sih memang.
Keberadaan groupies yang pertama, bisa jadi sedikit selingan buat melepas rutinitas para anggota band yang udah lama gak ‘maen’, hihihi.
Lumayanlah, bisa melepas rasa pusing menahan hasrat tanpa harus mengeluarkan sepeser uang pun bukan? Mereka rela kok berapa lama pun, dengan gaya sekinky apapun, gratis pula! Hahaha!! [seen a couple of blue-movies about sl*t-groupies and kinda having an aftermath-sick, hehehe. Yikes!!]
Sementara good-groupies bisa jadi cerminan kesuksesan album maupun Band itu sendiri di dunia musik, karena jujur aja, kritik paling berharga adalah kritik yang datang dari orang yang jelas-jelas mencintaimu bukan? Sepedas atau sesakit apapun kritikan itu. Karena toh pada akhirnya, hanya orang-orang yang berani berbicara jujurlah yang benar-benar teman baik.
Well, what do you know? Reality BITES!
Dan sepedas apapun kritikan itu, mereka akan tetap menjadi groupies [the good ones, I mean] band itu.
Sampai kapan pun.
Well, groupies, bukan groupies, ato sekedar penikmat musik, apapun itu jenisnya memang menjadi bagian hidup dari sebuah Band. Termasuk juga ukuran kesuksesannya.
Mungkin, buat anak Band sih, keberadaan groupies dalam derajat manapun semua ada untungnya dan biasanya sih mereka gak ambil pusing. Malah mungkin dengan senang hati memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Iyalah, gw juga kalo jadi anak band, kagak bakal menyia-nyiakan begitu aja kali. Mubazir kan? Segala sesuatu yang tersedia itu memang harus dimanfaatkan, hehehe.
Sekarang, yang musti dipertanyakan adalah pada para groupies yang cenderung sl*ts itu, apakah memang tujuan hidupnya hanya itu, ataukah hanya bagian lain dari euforia sesaat.
Kenapa itu yang dijadikan pertanyaan, karena kalau jawabannya adalah mereka menjadi sl*t-groupies sebagai tujuan hidup, well... mungkin ada baiknya mereka mulai membentuk Asosiasi Groupies Professional. Seenggaknya bisa dapet penghasilan juga kan? Pake manager dan lebih terorganisir bukan?
Nah, kalo jawabannya hanya untuk euforia sesaat, well... sepertinya harus siap-siap untuk tidak menangis atau menuntut si anggota Band bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan [baca: hamil tanpa dinikahi]. Bukan begitu? Karena sungguh akan terlihat sangat TOLOL.
You wanted it, you get it. Don’t complain!!!
Hahaha!!
Haaahh....
Kocak juga...
[Sedikit catatan tambahan: groupies gak berarti harus perempuan, walau pada kenyataannya istilah itu lebih dilabelkan pada perempuan. Well, gak nyalahin juga sih. Istilahnya emang lebih cocok dibawa oleh perempuan, it’s a gender-word anyway. Dan memang, setelah pencorengan nama baik istilah, istilah groupies memang lebih sering dan cocok dipakaikan pada perempuan. Yah, sesuai juga sih, karena toh yang mencorengnya kan female-groupies juga toh?]
Pesan untuk para slut-groupies...
GET A LIFE, KIDS!! [unless this is actually what they called ‘life’? hmm...]
___________________________________________
[on ears] masih tertarik dengan “Arctic Monkeys”.
Interesting songs, sounds, music and... interesting people as well.
Musik yang gokil, berani, cukup cerdas nan sarkas [klo sinis msh tll halus], nakal dengan aksen Yorkshire kentel yang bikin pusing daan.... so pasti yang harus digarisbawahi mu-da, hehehe.
Monday, May 21, 2007
EMO: dicaci tapi bikin nagih
[bila orang awam merepet soal musik... ^_^V]
Sampe detik ini, gw gak pernah peduli tentang genre musik. Mungkin ini karena sisi ketidaksukaan/keantian gw akan kata label yang bikin gw gak gitu peduli.
Makanya, kalo ditanya “lo suka genre musik paan?”, nah gw bingung jawabnya paan. Secara, sebagaimana makanan, gw tergolong ‘penyantap’ segala, termasuk musik. Emang sih, kalo dangdut, keroncongan, ato campur sari, gak pernah sampe ngelotok merhatiin musiknya, tapi kalo bokap gw lagi nyetel itu di rumah, gw sih asik-asik aja ikut mendengarkan [walau gak sampe menikmati dan soon after that, I just don’t even remember it]
Anyway, beberapa waktu lalu, gw terlibat dalam satu pergulatan mengenai genre musik. Seseorang bersikeras band yang sedang dibahas ada dalam genre musik EMO. Sementara yang lain protes dan menggolongkannya pada simply just a ROCK music, karena bagi dirinya, EMO sucks. Dan, mulailah perseteruan tanpa ujung soal genre musik EMO-rock itu. Yang satu bilang EMO sucks [entah kenapa] dan yang laen bilang EMO is a phenomenal [well...].
Lalu gw? Hanya celingukan dan mengerutkan kening, lalu memutuskan untuk membiarkan mereka ribut sendiri.
Hal ini sebenernya gak jarang ditemuin [baca: pen-denial-an soal EMO]. Banyak banget band yang menolak disebut genre musik EMO dan lebih milih untuk dimasukkan dalam genre ROCK atau INDIE atau PUNK. Para fans dari band-band itu pun bersatu padu untuk memperjuangkan label band mereka untuk keluar dari genre EMO.
Intinya, mereka rela dimasukin kemana aja, asalan bukan EMO. Amit-amit deh EMO, najis!! [begitu mungkin menurut mereka]
Gw sendiri gak ngerti kenapa genre EMO itu begitu dibenci dan disebut musik yang lame, fags, mencoreng, dan segala stigma lain yang mengikutinya lah.
Mungkinkah karena terdengar 'mellow' dan ‘kuping-cewek-friendly’ banget [makanya fansnya juga banyak ceweknya]?? Ato gaya dandanan EMO yang mostly gothic juga cenderung ‘girlie’?? Ato simply karena terlalu mengatasnamakan emosi yang meletup-letup??
Entahlah.
Intinya, EMO dijauhi, dibenci dan diharamkan [kasian banget yaa??]. Agak rancu aja. Music is universal, bilangnya gitu, gak kenal diskriminasi.
Tapi buktinya??? Diskriminasi banget gak sih? Apalagi kalo gak mau diklasifikasikan pada genre tertentu hanya karena stigma yang menempel erat di judul genre itu, bukankah??
Sebenernya genre musik EMO tuh seperti apa sih? Terlepas dari faktor eksternal yang mengikutinya ya, macem dandanan gothic gitu [kadang, malah suka iri sama laki yang begitu luwes menggariskan eyeliner ato nyapuin eyeshadow, ckckckck... it’s kinda HOT thou, ;p]
Setau gw, EMO itu singkatan dari EMOtional. Disebut begitu karena musiknya dipenuhi dengan luapan emosionalitas yang tinggi [rasanya kalo dengerin musik mereka, seluruh emosi terserap habis sampe ke tulang, gitu]. Mayoritas sih lagunya tergolong dalem plus gelap [ya liriknya, ya musiknya, ya cara nyanyinya], makanya emosi yang keluar biasanya emosi negatif [pain, hopeless, despair, lost, suicidal, broken, etc.] tapi gak jarang juga bercerita tentang cinta [falling in love, lust, etc.]. Kalo dipikir-pikir sama aja kayak musik ROCK laen bukan?? Cuma, mungkin bedanya, musik EMO itu lebih.... ‘jinak’ [yeah, seperti gw bilang, ‘kuping-cewek-friendly’].
Kalo gw, nyiriin musik-musik begini itu yang kalo vokalisnya nyanyi, itu saking emosionalnya sampe teriak melengking menyuarakan emosi yang dia rasain [tanpa intervensi rap/R&B tapi ya, purely ROCK]. Pokoknya lengkingannya bikin loe bahkan pengen ikut teriak dan kesakitan deh [ini yang emosinya negatif ya]. Biar gitu, gak asal teriak loh, tapi ada melodinya. Melodrama?? Begitulah... [susah ya ngegambarinnya]
Intinya sih begitu.
Gw sendiri gak jelas ini genre muncul kapan, gimana dan kok iseng banget nyiptain genre beginian, saking kagak ada kerjaan laen apa ya? Ato emang karena sifat manusia yang suka banget nempelin label dimana-mana saking udah keabisan kaleng/jar, hehehe. Alhasil muncullah genre ini di klasifikasi ROCK-music.
Gw sih gak peduli genre paan musik yang gw dengerin, selama itu emang enak and enjoyable, bukan?
Lagian, musik mana sih yang gak pake emosi? Selama yang nyanyi masih dalam spesies manusia, pastinya nyanyi pake EMOsi dong?? Lagian, pengklasifikasian yang aneh kan? Hehehe...
Band yang masih rela diklasifikasikan ke EMO sepertinya tinggal Jimmy Eat World ato Dashboard Confessional. Sementara yang laen udah berlomba-lomba memperjuangkan dirinya digolongkan dalam genre 'musik lain-lain', hehehe.
Padahal, biarin aja ya, selama dia gak digolongin ke popicisan macem Paris Hilton gitu looh [hahaha! Udah total silang genre itu mah ya??]
Apapun itu, pada kenyataannya, musik-musik rock yang dipenuhi dengan luapan emosi dalam melodi kegelapan [pake teriak-teriak kesakitan gituh] sepertinya lagi merajalela di seluruh pelosok dunia [terutama Amrik sih]. Hampir semua band rock menggusung aliran beginian [ato ini yang kebetulan gw denger aja ya??], dengan catatan yang harus digaris-bawahi tebal-tebal, bahwa mereka bukan EMO [whatever... rolling eyes MODE: *ON*]
Ini jadi bukti kalo biarpun EMO dibenci, dicaci dan didiskriminasikan eksistensinya dalam aliran musik rock, tetap musik jenis beginian bikin nagih. Benarkan gw bila salah... admit it, you do enjoy the sound TOO right???
Well, nikmati sajalah selama musik beginian masih menjamur. Mungkin, suatu saat, bila musik ini udah jadi antik dan fosil, baru band-band itu berlomba-lomba memproklamirkan bahwa mereka adalah penggusung genre musik EMO... [yea rite]
“Jadi intinya, lo suka EMO gak?”
Itu yang jadi pertanyaan temen gw.
Well, what can I say? I do enjoy listening the sound-like, but I neither say like it nor hate it. I said, I listen. Okay? Got the picture of it already? Nice...
Pretty enjoyable anyway kok...
___________________________________________
[on ears] The Bird and The Worm.by.The Used (termasuk band yang ogah banget disebut EMO)
Wednesday, May 09, 2007
myspace.com: space for me to experience MUZIKK
Salute to the invention of the ‘one-click-world’!!!
The birth of ‘myspace.com’ is like a ‘heaven-saint’ just being sent to me...
Thank goodness...
Sangat suka berkelana di dunia ‘myspace’ [lebih sering berkelana disini malah, dibanding blogwalking, hehehe], karena selaen bisa liat update news sebuah band, bisa juga sekalian dengerin musik mereka. Bahkan gak tanggung2 beberapa band dibawah naungan bendera Indie, dengan royalnya ngasih pre-listening satu album penuh sebelon launching ke pasaran. Benar-benar sayang fans mereka, apalagi fans yang tinggalnya jauh dari jangkauan distribusi CD mereka [baca: harus impor], kayak nasib gw, hehehe.
Agak susah nyari situs resminya beberapa band yang emang ‘kurang didengar’ telinga kebanyakan, dan biasanya mereka lebih milih myspace. Kalo pun dah punya official situs, myspace jadi rumah kedua bagi mereka buat nampung fans [walau jejeran komen fans banyak juga yang spam...], biasanya akses medianya lebih mudah dan lebih banyak.
Inilah, mengapa gw bilang, “myspace is a heaven-saint to me”. Secara, banyak banget band yang gw suka itu selaen susah nyari albumnya, susah juga masuk ke situs resminya.
Enak juga buat band2 yang baru muncul, soalnya bisa sekalian promosi en rekrut fans secara underground. Bisa juga minta ‘advise’ dari band-band major yang berbae hati mau mampir ke myspace mereka dan mendengarkan cuplikan lagunya. Two down in a shot!!
Sempet juga sih terkena sindrom myspace ini jaman masih lucu-lucunya dia [baru lahir, red], trus bikin account di situ, tapi saking gapteknya pada jaman itu, akhirnya itu account dah angus kali sekarang, gak pernah disentuh! Lalu menyesal deh, gara-gara gak punya lagi kesempatan bikin account baru di myspace. Untungnya sih, masih diijinkan berkelana di myspace, kalo udah dipasangin pita kuning ‘police-line’ [seperti frenster dan yahoomail gituh??] itu yang rempong! Bisa hancur diri ini!! ^_^V
Liat myspace orang, [musisi sih kebanyakan], bikin gw termehe-mehe sendiri, susah ya, kalo punya web-designer pribadi, hasilnya gak tanggung-tanggung cuuuyy! Suka ngeberatin sih pas buka, tapi untung loadingnya disini [baca: kantor gw] lumayan cepet.
Just enjoy the space trip!!! ^_^
note:
Sore ini, belum pernah sebegini desperate-nya saat space-wandering lalu melihat icon “online now” berkelip2.... hiks2!!! Kesempatan ‘bicara’ sama bo ato jonas ato silas pupus sudah.... huahuahuaa!!!!!
Just come and play here GUYS!!!!
We’re desperately in need for some MEW-sic!!!
___________________________________________
[on ears] some cheesy sounds of ‘Maroon 5 – Makes Me Wonder’ (what happened to the phenomenal ‘Songs about Jane’, guys??)
Monday, April 02, 2007
Incubus in developmental stages theory

Well, no doubt it still has the strong flavor of Incubus-ism there, really thick for sure.
But there’s something… different…
Something’s… changed.
Hell yea! Changes do you good anyway rite?
Then I again drowned myself into their oldies from SCIENCE, Make Yourself, Morning View, A Crow Left of The Murder and back to rewind again the Light Grenades [too bad, don’t have the Fungus Amongus and Enjoy Incubus here, thou I found some in radioblog and song2play]
And YUP! Something’s changed.
The music is still reflecting ‘Incubus’ but getting a little bit… softer and… [What should I put here to describe it hmm??] mature? Nea… not…not mature but… maybe… ‘transformed’? Yea… could be.
The critical issues also a little bit changed. And the lyrics… well seems like ‘polite’ and ‘mild’ and ‘metaphoric’ probably best to describe.
First time listening to Light Grenades, my Gosh! I’m a bit worried that they’re turning to ‘consumer-minded’ but fortunately they’re not, thou have to admit they’re more ‘catchy’ here. Usually takes dozens times to get into ‘the Incubuses’, but here… it needs only three or four times to straight ‘click’ to them.
Is it because I don’t really listen to similar sounds recently or is it because I share the same ‘chemistry’ here? Hmm……
Whatever it is, one thing to be sure, their latest album really describes the ‘transforming-incubus’ into a different shape. An ‘age-suited’ shape maybe?? [Hhhehe, can’t invent a better metaphoric to describe it]
But if we take a closer look to the Incubus’ albums, it is easily said that they are none other than a ‘serial live journal’ of the band. Their developmental stages diary, exactly. While some people pour it into books/blogs [just like me ^_^], incubus chooses to interpret it in music.
Their first albums can be analogized to the adolescent stages where finding the ‘self-concept’ is the most critical point. It’s all about rebellious, desperately to be ‘heard’ or ‘seen’ or ‘noticed’, dealing with the changes and adaptation difficulties [that’s why we quarrel a lot with the oldsters] Stage where ‘being different’ and ‘the me, myself and I thought’ are the most important thing in life… rite? The world of “self-centered” that’s what I call.
And this lasts till early 20s.
After that, the ‘quarter-life’ phase. The stage where ‘the suited-I’ is already found and well-built. It’s when we really feel comfortable with ourselves and start concerning about ‘the outter-world’, especially in social and politic. Phase when we really view the ‘real world’, jump into the ‘working world’, aware about reality happens around us, so forth. A rebel with a cause per se. Not focusing [again] in ‘our-world’ but as a result of social-awareness. Well, best describe here probably Morning View and ACLOTM.
Now, they’re in their early 30s, rite? What issue is the most critical point in the world of 30something?! Yup! Indeed. Like it or not, it’s all about…… relationships. As you can see, the latest album talks a lot about relationship, not limited to intimate relationship for sure, but all kind of it. Hey, they’re just human after-all, and 30s is when building a relationship becomes so important, whether it’s family or other kind of serious relationships, because in 30s there’s a sense to settle down. Too tired of doing everything alone, too tired of being independent and exploring the free spirit side of ours. Kind like that.
No… they’re not [again] talking about making your self or driving your own path, like those in the past. No. Because they’ve found their own form. Therefore, even the spoken-issue is changed; we still taste the Incubus-ism there, correct? Even when it gets a bit softer or maybe lame?Politic and social issues? Yes, still. Still important to be discussed in this ages, but not to be delivered with angst. It’s more into attitude, and action rather than shouting out loud in radical-demonstrations or apathy behavior. I think that’s why they named it ‘Light Grenades’ anyway rite?
See…
I’m not good at music so I’m not [or can not?] babbling about riff, beat, jam or whatever music-jargon is. What I’m trying to say here is just the feeling I get as I listen [I mean really listen] to every songs of Incubus. Many of fansites or any music-review sites talks about Light Grenades and feel disappointed and upset about it. They expect the latest from Incubus can at least similar to the oldies such as SCIENCE or MAKE YOURSELF or even FUNGUS AMONGUS…
Well, because we can’t go back to our previous development stage, right? We step forwards not backwards, that’s the point.
So, it is pretty damn sure that every forth coming album of Incubus, differ from each and every one of them. Still with the ingredient of Incubusism of course, but the feelin’ and the spoken issues will be differed.
Wonder if they’ll talk about death and bereavement or probably anxiety of ending up in a torturing loneliness next. Anything is possible, correct?
That’s life and I think incubus interprets life in a good kind of interpretation.
Isn’t it fun? Having an album or two original soundtracks in each development stages we are in, hehehe.
For those of you who are curious about Incubus, here are the links…
official site
myspace
official fan-site
wimpy
or just click the ‘ON’ button on my music player right on the sound of music’s section at the sidebar.
Enjoy Incubus!
____________________________
not trying to interpret incubus or review their albums…
just trying to picture them from different views and angles
favies in LG: Pendulous Threads, Rogues, Diamonds and Coal
Friday, March 30, 2007
days in anxiety-complex
The due date is Friday, March 30th 2007 at 5:00 PM [Singapore time, of course]
The items to be sent are:
...1... Completed application forms (including signed releases), one per person in the team, submitted together,
...2... Proof of a valid passport (i.e., photocopy of the pages indicating personal details and expiry date) for citizens or permanent residents or a valid work permit (i.e., photocopy of work permit with personal details and expiry date),
...3... A passport-size photo of each applicant and one recent photo of both team members together.
...4... One three-minute videotape of your team labelled clearly with your names, relationship, and phone number.
The Amazing Race Asia 2nd Season’ Application thingy…
You know what? I haven’t had this kinda anxiousness before. It’s choking, drenching you to the bones and racing your heart to it’s toppest [what??] speed. Even it’s sucking your breath ‘till your lungs are empty.
Kinda funny really, being obsessed with one thing and let it chews you to the bones.
Okay, here’s the story…
I and flyin’_cat are crazy about traveling. Well, we just traveled together once, but we both kinda have this ‘click’ towards one another and have this plan to travel again one day to the otherside.
Since flyin’_cat own a cable tv and able to pin herself to a reality show called “Amazing Race” [in local it was aired too ‘till the 3rd season or so. A year delayed of course], she became ‘block-head’ of it. Then “the amazing race asia” came on its first season and made her forbidden to any distractors while watching it [even her boyf]. I on the otherside enjoyed every ‘episode-recap’ of it the next morning since I don’t cable my TV.
The funny thing is we daydream a lot of becoming one of the teams in the race. How we’re going to solve the puzzles with its strategics and tricks; what we’re going to do with the money if we won it, etcetera etcetera [read “daydreaming” for more info].
And suddenly, we were stroke by the sign: “the amazing race asia 2nd season' open recruitment”. Darn! The gate is opened already and YES we signed up for the RACE [yea rite!! Don’t give me that look!! We have all the credits for the RACE, c’mon!!]
Days of preparing the application thingy were “damn bloody chaotic nightmares”. We both tried our best for this and really in a big hope of having it come true.
We had no serious problems in application form, really. Hey, what is so difficult in filling the blanks right? Just scratch here and there, put a lil bit of this and a lil bit of that. Then… VOILA!!
What hurts us the most was the additional application tape. Yes! We must record a 3-MINUTE-MAXIMUM OF LENGTH video contains the teammates, the why we would be perfect for this race, and the personalities we want to show-off. Personality counts! That’s what written there.
We were completely confused, stressed and hopeless in this one.
Okay, let me tell you something… none of us is a creative director [thou flyin’_cat is an architect and art master], none of us experience enuff in dealing with shooting-thingy [except being shot, hehehe], none of us is great in drama [thou we’re both masters in daydreaming], none of us is experience enuff in writing script [hell-ow, I’m good at writing story but in script, I need more lesson!]
Bottom line is: we’re completely bunch of amateurs with no pennies of budget. Period
Anyway the way, we MUST sign up to grab our dreams, rite?? So yes! We did the shooting thingy in a really dreadfull equipments and budgets and skills.
Let’s sum up the “shooting-chaos” here…
Equipment: Sony digital camera
Location: my house… @ the porch to be exact
Wardrobes: our collection
Setting: do the girl-talk at the porch [what do you expect?!]
Camera persons: US
We took 2 days of shooting. 4 hours of each. Over 30 times re-take. HA!!! [damn motorcylcle and our stupid blanky heads, hehehe]
But yes, I do like the final cut. I must admit it. I like it.
Wish it was more than just a 3minutes length. Hmm…
Well, finally at 27th of March, we officially SENT the application.
Phew…
But this fastrace-heartbeat is not settled down yet, though it’s slowing the beat down when we traced the package at DHLsite and it is said…
"Status: 1447594573
Signed for by: MS LIM Shipment delivered March 28, 2007 10:45"
But yes indeed, we’re still in this ‘anxiety-complex’ syndrome.
Waiting in desperate and crossing fingers.
DAMN!!! I CAN NOT SETTLE IN PEACE!
Anyway, here’s the DVD’ case

___________________________
…hoping…waiting…expecting…desperated…
Friday, January 19, 2007
PANIC!The Serial: It Starts Here
[ Panic! At the Office ]
Saat itu sore hari. 09 Januari 2007 tepatnya. Internal-phone di cubicle gw berbunyi…
Trrrttt…… Trrrttt……
“Ya?” sambut gw.
“Put, promosi buka. Free seats. Sini deh,” bisik seseorang diseberang sana.
Baru denger kalimat pertamanya aja, gw udah panic duluan dan tanpa ba bi bu melesat keluar ruangan menuju ruang creative yang terletak ujung-ujungan sama ruangan gw. Disana, di sudut dekat jendela, duduklah dengan manis seorang perempuan yang menatap gw penuh excitement plus misteri. Saat gw dekati dirinya, ia hanya menunjuk pada layar computer yang memajang sebuah imel yang masuk dalam inbox-nya. Disitu, terpampang besar-besar iklan ini:

Sontak, iklan itu membuat kedua mata gw yang kecil ini membelalak lebar dan susah payah diri ini menahan pekikan terlontar dari mulut. Pasalnya, dari tahun lalu, gw dan teman-teman kantor merencanakan untuk kembali mengarungi rimba raya alias… back-pack-traveling dengan tujuan… keliling Asia. Well, gak seluruh Asia sih, tapi cukup banyak Negara Asia yang jadi rencana tujuan pengelanaan gw dan teman-teman gw itu.
Alhasil, dalam hitungan detik, seluruh anggota berkumpul (cuma bertiga sih, berempat sama yang di seberang telpon juga, hehehe) dan rencana pun segera dilaksanakan.
Sore itu, teman gw yang kebetulan anggota dari milis maskapai penerbangan yang ngasih promosi itu, segera menunaikan tugas untuk mencari tiket gratisan dengan rute dan jadwal yang sudah direncanakan jauh-jauh hari (di foodcourt sebuah mall daerah Satrio) sebelumnya. Kebetulan juga, promosi itu keluar 24 jam lebih dahulu untuk para member dan hanya member yang bisa mengaksesnya. Sementara launching untuk umum, baru dilakukan keesokan harinya di sebuah surat kabar nasional.
Entah mengapa, sore itu koneksi internet sedang berjalan begitu lambat.
SUMPAAAHHH!!!! Bikin gw dan teman-teman gw panic super panic. Hingga sore hari, estimasi harga keseluruhan tiket yang kami butuhkan masih simpang siur. Most of all sih, masih dapet kursi gratis, tapi belum bisa booking karena koneksi yang begitu menyesakkan diri.
Akhirnya, sebuah rencana ‘besar’ dijalankan. Sore menjelang malam, kami bertiga memutuskan untuk menetap dalam kantor demi mendapatkan akses internet gratis dengan harapan malam hari koneksi akan berjalan lebih lancar.
Semua keperluan sudah disiapkan. Termasuk mengimport jasa delivery konsumsi dari sebuah perusahaan minyak swasta di Jakarta, (hehehehe thanks ya buat Wendy’s-nya!!!) yang kebetulan memiliki hubungan ‘khusus’ dengan salah satu anggota ~_^V
Hingga langit malam mengelam dan cahaya lampu kota membenderanginya, usaha kami tetap menghasilkan… KENIHILAN…… hiks-hiks-hiks T.T
Segala usaha sudah kami lakukan, termasuk membuang jauh-jauh rasa takut yang menjamahi diri. Gimana gak takut harus tinggal dalam ruang gelap yang hanya memperoleh penerangan dari cahaya kota di luar dan temaram monitor komputer?? Belum lagi kenyataan kalau di lantai gedung tempat kantor gw bercokol, tepat berlokasi di ruang resepsionis kantor gw, beberapa tahun lalu, seseorang mengakhiri hidupnya dengan gaya “eksekusi Sadam Husein” alias gantung diri.
MENGERIKAAAANNN BUKAAAAANNN??
Waktu malam itu sudah menunjuk angka delapan. Masih saja, kami belum mendapat hasil apapun. Ditengah keputusasaan itu, kurir pembawa ransum perbekalan memberikan ide untuk hot-spot di Starbucks Plangi [pada saat itu, terdengar brilliant mengingat itu berarti menghentikan durasi bulu kuduk gw berdiri dan jantung gak tenang berdetaknya].
Ide itu… kami terima, tanpa pikir panjang lagi.
---------------------------------------------------
[Panic! At the Starbucks]
Berbekal laptop salah satu anak kantor, kami berempat pun bergegas keluar gedung yang sudah begitu sepi. Kebayang dong? Siang hari aja, saat jam sibuk kantoran, gedung ini begitu sunyi, apalagi malam hari begitu?!
Jalan kaki menenteng laptop tak terasa memberatkan bagi gw, karena semangat gw untuk mewujudkan salah satu tujuan hidup gw meletup-letup menguasai setengah jiwa ini.
Masuk ke Starbucks, gilingan… PENUUUHH!!
Heran, kopi semahal itu masih ada aja yang sanggup mengkonsumsinya dengan royal yaaakkk??? Mau gak mau, harus pesen minuman. Satu Frappu Caramel Java Chip Blended Coffee dan Hot Chocolate Peppermint dalam ukuran…cukuplah yang Tall aja, terpesan.
Duduk menghadapi layar laptop yang menampilkan halaman “page cannot be displayed” untuk beberapa saat, membuat kami semakin panic dan pasrah. Segala usaha sudah dilakukan, termasuk mengacuhkan harmonisasi suara bass, baritone, sopran dan tenor dalam teknik A Capela yang disuarakan oleh sekumpulan orang Timur Indonesia yang duduk tepat di belakang kami.
Sungguh, bukan kami tidak menghargai keindahan suara yang dianugerahi Tuhan pada mereka, hanya saja……… IT’S A PUBLIC PLACE, HELL-OW?!?!?!?! Gilingan yaakk… mereka bayar Starbucks berapa sih sampe dapet priviledge untuk menyiksa kami pengunjung yang laen?!?! Ato…jangan-jangan yang terganggu hanya gw dan teman-teman gw??
Mungkin, kalo saat itu kami hanya numpang duduk di Starbucks untuk sekedar menikmati kopi sambil membuka sesi curhat ato reunian, gak masalah deh ada suara-suara tak diundang itu, tapi saat itu, kami sedang dalam keadaan emosi yang labil dan siap meledak akibat tekanan dari dalam diri dan kenyataan kalo ide untuk ber-hotspot ria hanya menjadi ide basi!!!
Gimana kami gak semakin desperate dan stress?!!! Apalagi saat barista Starbucks mulai mengeluarkan rangkai rolling door yang artinya warkop itu udah siap-siap mau tutup.
Panic kembali menjalari diri ini. Gimana gak panic?! Udah malem, mau tutup, koneksi internet lambat, belom bisa booking tiket, plus… gosipnya harga tiket yang dipengenin bisa naek besok pagi secara udah grand launching aja gituh.
Rasa-rasanya, bahkan berpikir rasional pun saat itu kami tak bisa, sampai sebuah ‘genderang’ berbunyi tepat di telinga kami dan sama-sama berseru “ENOUGH!!”.
Akhirnya, keputusan untuk meninggalkan warkop itu pun diambil dan kami, pulang ke rumah masing-masing tanpa hasil apapun, kecuali perombakan sedikit pada jadwal dan perkiraan harga tiket sudah di tangan.
Sampe rumah, jam 11an, sempat sedikit menikmati benderang bintang di langit kelam.
Hmm… konstelasi yang indah.
Menandakan sesuatu kah?
[yang tersisa dari Starbucks Plangi, Selasa 9 Januari 2007. 09:12pm]
---------------------------------------------------
[Panic! At the Office – again??]
Walau telah melalui episode panik berkepanjangan dan tiada akhir, sepertinya begitu menyentuh bantal, diri ini tetep aja tertidur pulas tanpa ingat apapun.
Esok paginya, udara segar menyambut, namun tidak dibarengi dengan berita yang masuk ke dalam ponsel. Satu SMS memberitakan kalau seorang teman membatalkan keikutsertaannya karena satu dan lain hal. Well, sepertinya itu menjadi pertanda kalau traveling kali ini hanya akan diikuti oleh dua orang anggota tetap (betul begitu “kucing terbang”??), karena yang satu menggagalkan karena alasan pribadi, yang lain masih terikat dengan rencana traveling satu keluarga dan belum kasih kepastian (dan pada akhirnya, either way… gagal total).
Sampe kantor, tanpa ba bi bu, kami langsung menghadapi layar komputer dan berkutat tanpa henti. Pinjeman kartu kredit (thanks: to boenda, mimi dan beaute) berserakan di atas meja diantara kartu tanda penduduk dan kertas jadwal perjalanan.
Rencana perjalanan pun terpaksa sedikit mengalami perubahan karena mendadak harga tiket suatu negara tujuan berbeda jauh dengan perkiraan sebelumnya. Segeralah rencana baru disusun dalam hitungan detik.
Sempat pula panik saat tiket suatu negara tujuan yang lain harganya berbeda untuk 1 orang dengan 2 orang. Akhirnya, gw dan teman gw mengakali dengan booking masing-masing secara berbarengan (bahkan teriak 1…2…3… saat menekan icon OK!).
Namun eh ternyata, yang muncul di layar temen gw adalah secarik info yang berbunyi “MAAF, TIKET FREE-SEATS SUDAH HABIS”. Matilah!! Secepat kilat, gw menghentikan loading komputer, tanpa menunggu itinerary form. Namun sayangnya, saat dikonfirmasi ke call-center maskapai itu, ternyata tiket atas nama gw sudah terbooking.
Selidik punya selidik, ternyata kapasitas free-seatsnya hanya sedikit dan saat itu yang tersisa hanya 1 tempat.
Alhasil, teman gw pun harus berkorban mengeluarkan duit lebih sekian perak sementara gw… FREE!! (no hard-feeling kan “kucing terbang”?)
Tapi, ada masalah juga… berhubung gw belom sempet nge-print itinerary form, maka gw belom punya “tiket” menenangkan diri. Cek ri-cek inbox imel, gak juga nemu kiriman konfirmasi. Gw sampe stress dan panik sendiri.
Masalah pembookingan, akhirnya gw serahkan pada temen gw, sementara gw mencoba menghubungi call-center yang busyet… sibuuuukkk buanget. Sejam kemudian, gw baru bisa curhat sama Mas-mas disitu yang meyakinkan gw kalo… it’s confirmed!! Atas nama gw, tentunya. Dia bahkan menyebutkan alamat imel dan nama lengkap gw (gak mungkin boong kaann??).
Bertepatan dengan itu, teman gw memasuki cubicle gw dengan wajah butek dan mata juling (heheh, hiperbolis banget yaa) dan setumpuk kertas dalam gengamannya.
Komentarnya saat itu… “It’s done!! Dan gw puyeeeeng!”
Hahaha!!!
Tiga jam pertama di pagi hari yang penuh tekanan dan sukses membuat jantung berasa mau copot.
Rasanya… NUMB,
saking semua rasa sudah tersedot dengan kekuatan penuh,
keluar dari dalam tubuh,
membumbung jauh.
---------------------------------------------------
[Panic! The Finale Cut]
Hmm…
Esok paginya, gw baru mendapatkan form konfirmasi itu.
Itu menjadi pertanda finale kalau… first step is finally… DONE.
We did it, didn’t we??
Hahahaha!!! We do still have 6 damn months, but months always seems like weeks, rite???
Hanya satu harap yang terhembus dalam tiap doa…
“semoga semua lancar dan Tuhan mengabulkan. Amieen.”
______________________
terimakasih tak terhingga pada para pihak yang sudah dengan sukarela membantu hingga seluruh prosedural awal terselesaikan dengan baik.
Tenang saja… akan segera dibayarkan begitu tagihan keluar ^_^V
…Arigatou gozaimasu!!!
Untuk pihak-pihak lain yang ‘secara halus’ diasingkan dari acara ini…
…Sumimasen…
[akan ada saat dimana kita traveling bareng, dalam cara dan saat yang berbeda, tentu]
Untuk “kucing terbang”… kali ini, kita berjuang sendiri yaa!