Sebuah band musik bukanlah sebuah BAND tanpa kehadiran GROUPIES.
Walau pada kenyataannya, gak cuma band/musician yang punya groupies. Selama loe beken, dalam title apapun bahkan pemuka agama ato teroris sekalipun, loe akan bertemu dan dikelilingi oleh groupies.
Gak percaya? Coba aja perhatiin.
Tapi sekarang, yang mo gw jembrengin adalah groupies-nya Band/Musician [terutama female-groupies]. Kenapa? Ini mungkin terinspirasi setelah gw nonton konser lewat YouTube, ato denger berita soal salah seorang groupie yang menuntut seorang pentolan band karena menghamilinya [yea rite!].
Well, anyway, let’s just get started...
Kalo kita perhatikan, kemana pun, dimana pun, kapan pun dan sedang apa pun sebuah band, pastinya kita akan menemukan sekumpulan manusia [kebanyakan sih perempuan] yang ngintilin mereka dengan membawa-bawa papan/karton besar bertuliskan [dalam tulisan yang juga besar]:
Walau pada kenyataannya, gak cuma band/musician yang punya groupies. Selama loe beken, dalam title apapun bahkan pemuka agama ato teroris sekalipun, loe akan bertemu dan dikelilingi oleh groupies.
Gak percaya? Coba aja perhatiin.
Tapi sekarang, yang mo gw jembrengin adalah groupies-nya Band/Musician [terutama female-groupies]. Kenapa? Ini mungkin terinspirasi setelah gw nonton konser lewat YouTube, ato denger berita soal salah seorang groupie yang menuntut seorang pentolan band karena menghamilinya [yea rite!].
Well, anyway, let’s just get started...
Kalo kita perhatikan, kemana pun, dimana pun, kapan pun dan sedang apa pun sebuah band, pastinya kita akan menemukan sekumpulan manusia [kebanyakan sih perempuan] yang ngintilin mereka dengan membawa-bawa papan/karton besar bertuliskan [dalam tulisan yang juga besar]:
[place the band member name here] SEX WITH ME!!!
Atau
MARRY ME [place the band member name here]!!!
Kumpulan manusia itu akan rela kehabisan suara akibat tereak-tereak manggilin nama tiap anggota band, mandi keringet, gak makan, gak minum bahkan kalaupun pada akhirnya harus berakhir di tenda P3K, demi mendapatkan kesempatan tidak hanya bertemu tapi juga melakukan sesuatu dengan anggota band itu.
Sesuatu yang dilakukan, pastinya berhubungan dengan sesuatu yang intim.
Terserahlah mau digimanain, mau berapa lama, mau keinget apa enggak, mau setelah itu ditendang keluar sama bodyguard apa kgak, ato ditinggalkan begitu aja, yang penting adalah pernah melakukan apapun-jenis-sesuatu-yang-intim dengan para anggota band.
Gak jarang juga, diadakan kompetisi terselubung diantara mereka tentang ‘siapa yang pernah kencan sama drummernya’ ato ‘siapa yang tau ukuran si vokalis’
Something stupid like that lah...
Gak ngerti juga sih, kenapa kok kepikiran ato what’s the point of it exactly, tapi memang begitulah niat mereka.
In somewhat level, mereka adalah fans dari band itu. Walau sepertinya mereka cukup buta akan makna dari kata fan itu sendiri, haha.
Yah, paling enggak, penyumbang devisa terbesar bagi keuangan band-lah.
Sebut aja merchandise/produk yang dikeluarin band itu, pastinya mereka punya. Dari single, album, t-shirt, mug sampe ke foto dalam segala macem pose dimiliki oleh mereka. Bahkan mungkin rela menguras kocek demi mendapatkan barang lelangan [mungkin baju dalem si Anu ato iket rambut si Dia], hingga jutaan...dollar.
Ckckckck....
Hmm... now you got the point how a band gains dollars rite?
Mereka ini pun akan hafal, tidak hanya seluruh lirik lagu maupun sejarah berdirinya band, tapi juga sampai ke kehidupan pribadi mereka. Apa yang disuka, apa yang gak disuka. Makan dimana. Liburan dimana. Mungkin apa aja yang dikeluarin dari perutnya pun mereka tahu, hhaha.
Intinya adalah... they know, every-single-thing.
Nah, mereka inilah yang digolongkan ke dalam sebuah istilah yang disebut GROUPIES [dalam bentuk jamak]
Sebenernya apa sih groupies tuh?
Ato sampe mana batas perbedaan antara groupies dan fans itu?
Karena jujur, fans pun sedikit banyak akan ngintip kehidupan pribadi Band favorit mereka just to kill curiosity, kan? Lalu apa semua groupies hanya ingin ditiduri ato emang ada groupies yang ‘bae’ [groupies yang berattittude] gitu?
Oke...
Dari literatur yang gw dapet dan sedikit penambahan nalar gw plus pengalaman gw pribadi sebagai fan, sebenernya term groupies pada awalnya itu, berarti sebuah grup atau kumpulan manusia yang menjadi tim sponsor/promo sebuah band.
Kumpulan inilah yang bakal rela beli seluruh album band itu, beli merchadisenya dan bahkan membentuk sendiri tim independent berjudul “[insert a band here] FANS CLUB” ato yang sekarang lebih terkenal sebagai “[insert a band here] STREET-TEAM”
Kumpulan ini juga rela mendatangi seluruh konsernya walau harus nyebrang benua [klo di club terkenal club-hopping, di konser juga ada, concert-hopping, hehehe. Ini istilah gw aja sih], yang juga rela ngantri buat meet and greet sama si band demi nunjukin ke band itu klo musik mereka berarti banget buat dia. Kadang, mereka gak sungkan buat mengkritik band kesayangan mereka itu dan biasanya sih justru band jadiin mereka barometer kesuksesan albumnya.
Intinya, apapun dilakukan mereka adalah dengan satu tujuan mulia...”mengharumkan nama si BAND di dunia musik” [dengan side project bagi band sih, menambah penghasilan si BAND, hehehe]
Namun, sekarang sih, istilah itu berubah jadi definisi yang lebih konotatif, yang bikin orang jadi lebih seneng ngebagi dua jenis penggemar band.
Fans dan Groupies.
Hal ini disebabkan karena kelakuan groupies [mayoritas female-groupies, red.] semakin lama semakin fanatik berlebihan cenderung psikopat.
Gimana gak psikopat? Mereka menghalalkan segala macam cara demi bisa berdekatan hingga berhubungan intim dengan anggota Band itu.
Seperti gw bilang sebelomnya, kalo mau jujur, groupies tuh gak beda jauh sama fans sebuah band. Well, it was a term to define it also anyway kan?
Mereka sama-sama menyukai bandnya [walau kemudian yang satu lebih suka musiknya, yang laen lebih tergila-gila pada vokalisnya];
Sama-sama mendengarkan musik/lagu dari Band yang sama;
Sama-sama menjejali kepala mereka dengan info band yang sama [bedanya yang satu lebih ke musical influence, yang satu lebih peduli kehidupan pribadinya]
Mungkin, perbedaan yang paling mendasar ya, terletak pada derajat-kegilaannya itu.
Intinya, para groupies tampaknya telah melewati ambang batas normal, bahkan mungkin sampai ke derajat psycho yang kadang gak hanya membahayakan nyawa si groupie tapi juga Band itu sendiri
A psychopath-obsess[er], so to speak.
Sepertinya, memang jadi sebuah kebanggaan atau sebuah pencapaian bila bisa mengencani [dalam arti meniduri atau ditiduri] anggota Band [eh, kadang sama roadies-nya juga mau... itu kalo udah desperate banget kali ya?? Dari pada enggak sama sekali kan? Upah tereak-tereak seminggu deh, hehe]
Kinda annoying?? Ehem...*manggut-manggut*... A LOT.
Gw yang bukan anggota band dan gak punya groupies aja risih liatnya, apalagi mereka yang 24 jam sehari selama 365 hari setaon diintilin orang-orang tak dikenal yang gak peduli apapun selain get laid oleh mereka ya??
Hiii...
Nah, sejak itulah istilah groupies jadi miring dan bisa dibilang sih, gak beda jauh sama wh*r&. Yaya... WHORE.
Gak ada deh orang yang mau ngaku jadi groupies, apapun definisi yang menjelaskan istilah itu.
Gw sendiri sih masih menggunakan istilah groupies, karena bagi gw, groupies dan fans itu maknanya beda.
Fans itu gak ngebela-belain nonton konser Incubus ke Israel, gitu loh.
Sementara groupies, walaupun tidak berharap ditiduri Brandon Boyd akan rela beli tiket konsernya sampe ke tengah padang pasir, gitu.
Makanya, gw lalu membedakan groupies menjadi dua. The sl*t-groupies dan the good-groupies. Begitu.
Anyway, jujur, menurut gw, semua band membutuhkan keberadaan groupies [dalam kedua istilah yang gw ciptakan itu sih].
Tanpa mereka, sebuah band tidak berarti apapun. Gak akan berarti pe-release-an album atau pagelaran konser sana sini tanpa kehadiran groupies yang setia mendatangi venue konser di belahan bumi manapun.
Dan ini means a lot buat penguatan eksistensi sebuah band di industri musik [pun penguatan sumber penghasilan mereka, heheh], bukan?
Akan tetapi, groupies seperti apa sih yang dibutuhin band?
Apakah sl*t-groupies yang hanya peduli si vokalis punya waktu senggang buat nidurin dia kapan, ato good-groupies yang gak sungkan-sungkan mengkritik musik mereka yang mulai terdengar ‘pasaran’?
Semuanya memberikan kontribusinya sendiri-sendiri sih memang.
Keberadaan groupies yang pertama, bisa jadi sedikit selingan buat melepas rutinitas para anggota band yang udah lama gak ‘maen’, hihihi.
Lumayanlah, bisa melepas rasa pusing menahan hasrat tanpa harus mengeluarkan sepeser uang pun bukan? Mereka rela kok berapa lama pun, dengan gaya sekinky apapun, gratis pula! Hahaha!! [seen a couple of blue-movies about sl*t-groupies and kinda having an aftermath-sick, hehehe. Yikes!!]
Sementara good-groupies bisa jadi cerminan kesuksesan album maupun Band itu sendiri di dunia musik, karena jujur aja, kritik paling berharga adalah kritik yang datang dari orang yang jelas-jelas mencintaimu bukan? Sepedas atau sesakit apapun kritikan itu. Karena toh pada akhirnya, hanya orang-orang yang berani berbicara jujurlah yang benar-benar teman baik.
Well, what do you know? Reality BITES!
Dan sepedas apapun kritikan itu, mereka akan tetap menjadi groupies [the good ones, I mean] band itu.
Sampai kapan pun.
Well, groupies, bukan groupies, ato sekedar penikmat musik, apapun itu jenisnya memang menjadi bagian hidup dari sebuah Band. Termasuk juga ukuran kesuksesannya.
Mungkin, buat anak Band sih, keberadaan groupies dalam derajat manapun semua ada untungnya dan biasanya sih mereka gak ambil pusing. Malah mungkin dengan senang hati memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Iyalah, gw juga kalo jadi anak band, kagak bakal menyia-nyiakan begitu aja kali. Mubazir kan? Segala sesuatu yang tersedia itu memang harus dimanfaatkan, hehehe.
Sekarang, yang musti dipertanyakan adalah pada para groupies yang cenderung sl*ts itu, apakah memang tujuan hidupnya hanya itu, ataukah hanya bagian lain dari euforia sesaat.
Kenapa itu yang dijadikan pertanyaan, karena kalau jawabannya adalah mereka menjadi sl*t-groupies sebagai tujuan hidup, well... mungkin ada baiknya mereka mulai membentuk Asosiasi Groupies Professional. Seenggaknya bisa dapet penghasilan juga kan? Pake manager dan lebih terorganisir bukan?
Nah, kalo jawabannya hanya untuk euforia sesaat, well... sepertinya harus siap-siap untuk tidak menangis atau menuntut si anggota Band bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan [baca: hamil tanpa dinikahi]. Bukan begitu? Karena sungguh akan terlihat sangat TOLOL.
You wanted it, you get it. Don’t complain!!!
Hahaha!!
Haaahh....
Kocak juga...
[Sedikit catatan tambahan: groupies gak berarti harus perempuan, walau pada kenyataannya istilah itu lebih dilabelkan pada perempuan. Well, gak nyalahin juga sih. Istilahnya emang lebih cocok dibawa oleh perempuan, it’s a gender-word anyway. Dan memang, setelah pencorengan nama baik istilah, istilah groupies memang lebih sering dan cocok dipakaikan pada perempuan. Yah, sesuai juga sih, karena toh yang mencorengnya kan female-groupies juga toh?]
Pesan untuk para slut-groupies...
GET A LIFE, KIDS!! [unless this is actually what they called ‘life’? hmm...]
Sesuatu yang dilakukan, pastinya berhubungan dengan sesuatu yang intim.
Terserahlah mau digimanain, mau berapa lama, mau keinget apa enggak, mau setelah itu ditendang keluar sama bodyguard apa kgak, ato ditinggalkan begitu aja, yang penting adalah pernah melakukan apapun-jenis-sesuatu-yang-intim dengan para anggota band.
Gak jarang juga, diadakan kompetisi terselubung diantara mereka tentang ‘siapa yang pernah kencan sama drummernya’ ato ‘siapa yang tau ukuran si vokalis’
Something stupid like that lah...
Gak ngerti juga sih, kenapa kok kepikiran ato what’s the point of it exactly, tapi memang begitulah niat mereka.
In somewhat level, mereka adalah fans dari band itu. Walau sepertinya mereka cukup buta akan makna dari kata fan itu sendiri, haha.
Yah, paling enggak, penyumbang devisa terbesar bagi keuangan band-lah.
Sebut aja merchandise/produk yang dikeluarin band itu, pastinya mereka punya. Dari single, album, t-shirt, mug sampe ke foto dalam segala macem pose dimiliki oleh mereka. Bahkan mungkin rela menguras kocek demi mendapatkan barang lelangan [mungkin baju dalem si Anu ato iket rambut si Dia], hingga jutaan...dollar.
Ckckckck....
Hmm... now you got the point how a band gains dollars rite?
Mereka ini pun akan hafal, tidak hanya seluruh lirik lagu maupun sejarah berdirinya band, tapi juga sampai ke kehidupan pribadi mereka. Apa yang disuka, apa yang gak disuka. Makan dimana. Liburan dimana. Mungkin apa aja yang dikeluarin dari perutnya pun mereka tahu, hhaha.
Intinya adalah... they know, every-single-thing.
Nah, mereka inilah yang digolongkan ke dalam sebuah istilah yang disebut GROUPIES [dalam bentuk jamak]
Sebenernya apa sih groupies tuh?
Ato sampe mana batas perbedaan antara groupies dan fans itu?
Karena jujur, fans pun sedikit banyak akan ngintip kehidupan pribadi Band favorit mereka just to kill curiosity, kan? Lalu apa semua groupies hanya ingin ditiduri ato emang ada groupies yang ‘bae’ [groupies yang berattittude] gitu?
Oke...
Dari literatur yang gw dapet dan sedikit penambahan nalar gw plus pengalaman gw pribadi sebagai fan, sebenernya term groupies pada awalnya itu, berarti sebuah grup atau kumpulan manusia yang menjadi tim sponsor/promo sebuah band.
Kumpulan inilah yang bakal rela beli seluruh album band itu, beli merchadisenya dan bahkan membentuk sendiri tim independent berjudul “[insert a band here] FANS CLUB” ato yang sekarang lebih terkenal sebagai “[insert a band here] STREET-TEAM”
Kumpulan ini juga rela mendatangi seluruh konsernya walau harus nyebrang benua [klo di club terkenal club-hopping, di konser juga ada, concert-hopping, hehehe. Ini istilah gw aja sih], yang juga rela ngantri buat meet and greet sama si band demi nunjukin ke band itu klo musik mereka berarti banget buat dia. Kadang, mereka gak sungkan buat mengkritik band kesayangan mereka itu dan biasanya sih justru band jadiin mereka barometer kesuksesan albumnya.
Intinya, apapun dilakukan mereka adalah dengan satu tujuan mulia...”mengharumkan nama si BAND di dunia musik” [dengan side project bagi band sih, menambah penghasilan si BAND, hehehe]
Namun, sekarang sih, istilah itu berubah jadi definisi yang lebih konotatif, yang bikin orang jadi lebih seneng ngebagi dua jenis penggemar band.
Fans dan Groupies.
Hal ini disebabkan karena kelakuan groupies [mayoritas female-groupies, red.] semakin lama semakin fanatik berlebihan cenderung psikopat.
Gimana gak psikopat? Mereka menghalalkan segala macam cara demi bisa berdekatan hingga berhubungan intim dengan anggota Band itu.
Seperti gw bilang sebelomnya, kalo mau jujur, groupies tuh gak beda jauh sama fans sebuah band. Well, it was a term to define it also anyway kan?
Mereka sama-sama menyukai bandnya [walau kemudian yang satu lebih suka musiknya, yang laen lebih tergila-gila pada vokalisnya];
Sama-sama mendengarkan musik/lagu dari Band yang sama;
Sama-sama menjejali kepala mereka dengan info band yang sama [bedanya yang satu lebih ke musical influence, yang satu lebih peduli kehidupan pribadinya]
Mungkin, perbedaan yang paling mendasar ya, terletak pada derajat-kegilaannya itu.
Intinya, para groupies tampaknya telah melewati ambang batas normal, bahkan mungkin sampai ke derajat psycho yang kadang gak hanya membahayakan nyawa si groupie tapi juga Band itu sendiri
A psychopath-obsess[er], so to speak.
Sepertinya, memang jadi sebuah kebanggaan atau sebuah pencapaian bila bisa mengencani [dalam arti meniduri atau ditiduri] anggota Band [eh, kadang sama roadies-nya juga mau... itu kalo udah desperate banget kali ya?? Dari pada enggak sama sekali kan? Upah tereak-tereak seminggu deh, hehe]
Kinda annoying?? Ehem...*manggut-manggut*... A LOT.
Gw yang bukan anggota band dan gak punya groupies aja risih liatnya, apalagi mereka yang 24 jam sehari selama 365 hari setaon diintilin orang-orang tak dikenal yang gak peduli apapun selain get laid oleh mereka ya??
Hiii...
Nah, sejak itulah istilah groupies jadi miring dan bisa dibilang sih, gak beda jauh sama wh*r&. Yaya... WHORE.
Gak ada deh orang yang mau ngaku jadi groupies, apapun definisi yang menjelaskan istilah itu.
Gw sendiri sih masih menggunakan istilah groupies, karena bagi gw, groupies dan fans itu maknanya beda.
Fans itu gak ngebela-belain nonton konser Incubus ke Israel, gitu loh.
Sementara groupies, walaupun tidak berharap ditiduri Brandon Boyd akan rela beli tiket konsernya sampe ke tengah padang pasir, gitu.
Makanya, gw lalu membedakan groupies menjadi dua. The sl*t-groupies dan the good-groupies. Begitu.
Anyway, jujur, menurut gw, semua band membutuhkan keberadaan groupies [dalam kedua istilah yang gw ciptakan itu sih].
Tanpa mereka, sebuah band tidak berarti apapun. Gak akan berarti pe-release-an album atau pagelaran konser sana sini tanpa kehadiran groupies yang setia mendatangi venue konser di belahan bumi manapun.
Dan ini means a lot buat penguatan eksistensi sebuah band di industri musik [pun penguatan sumber penghasilan mereka, heheh], bukan?
Akan tetapi, groupies seperti apa sih yang dibutuhin band?
Apakah sl*t-groupies yang hanya peduli si vokalis punya waktu senggang buat nidurin dia kapan, ato good-groupies yang gak sungkan-sungkan mengkritik musik mereka yang mulai terdengar ‘pasaran’?
Semuanya memberikan kontribusinya sendiri-sendiri sih memang.
Keberadaan groupies yang pertama, bisa jadi sedikit selingan buat melepas rutinitas para anggota band yang udah lama gak ‘maen’, hihihi.
Lumayanlah, bisa melepas rasa pusing menahan hasrat tanpa harus mengeluarkan sepeser uang pun bukan? Mereka rela kok berapa lama pun, dengan gaya sekinky apapun, gratis pula! Hahaha!! [seen a couple of blue-movies about sl*t-groupies and kinda having an aftermath-sick, hehehe. Yikes!!]
Sementara good-groupies bisa jadi cerminan kesuksesan album maupun Band itu sendiri di dunia musik, karena jujur aja, kritik paling berharga adalah kritik yang datang dari orang yang jelas-jelas mencintaimu bukan? Sepedas atau sesakit apapun kritikan itu. Karena toh pada akhirnya, hanya orang-orang yang berani berbicara jujurlah yang benar-benar teman baik.
Well, what do you know? Reality BITES!
Dan sepedas apapun kritikan itu, mereka akan tetap menjadi groupies [the good ones, I mean] band itu.
Sampai kapan pun.
Well, groupies, bukan groupies, ato sekedar penikmat musik, apapun itu jenisnya memang menjadi bagian hidup dari sebuah Band. Termasuk juga ukuran kesuksesannya.
Mungkin, buat anak Band sih, keberadaan groupies dalam derajat manapun semua ada untungnya dan biasanya sih mereka gak ambil pusing. Malah mungkin dengan senang hati memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Iyalah, gw juga kalo jadi anak band, kagak bakal menyia-nyiakan begitu aja kali. Mubazir kan? Segala sesuatu yang tersedia itu memang harus dimanfaatkan, hehehe.
Sekarang, yang musti dipertanyakan adalah pada para groupies yang cenderung sl*ts itu, apakah memang tujuan hidupnya hanya itu, ataukah hanya bagian lain dari euforia sesaat.
Kenapa itu yang dijadikan pertanyaan, karena kalau jawabannya adalah mereka menjadi sl*t-groupies sebagai tujuan hidup, well... mungkin ada baiknya mereka mulai membentuk Asosiasi Groupies Professional. Seenggaknya bisa dapet penghasilan juga kan? Pake manager dan lebih terorganisir bukan?
Nah, kalo jawabannya hanya untuk euforia sesaat, well... sepertinya harus siap-siap untuk tidak menangis atau menuntut si anggota Band bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan [baca: hamil tanpa dinikahi]. Bukan begitu? Karena sungguh akan terlihat sangat TOLOL.
You wanted it, you get it. Don’t complain!!!
Hahaha!!
Haaahh....
Kocak juga...
[Sedikit catatan tambahan: groupies gak berarti harus perempuan, walau pada kenyataannya istilah itu lebih dilabelkan pada perempuan. Well, gak nyalahin juga sih. Istilahnya emang lebih cocok dibawa oleh perempuan, it’s a gender-word anyway. Dan memang, setelah pencorengan nama baik istilah, istilah groupies memang lebih sering dan cocok dipakaikan pada perempuan. Yah, sesuai juga sih, karena toh yang mencorengnya kan female-groupies juga toh?]
Pesan untuk para slut-groupies...
GET A LIFE, KIDS!! [unless this is actually what they called ‘life’? hmm...]
'nyway... klo nyari literature groupies, silakan cari di wikipedia aja. tersedia lengkap kok. or... just google it, hehehe....
___________________________________________
[on ears] masih tertarik dengan “Arctic Monkeys”.
Interesting songs, sounds, music and... interesting people as well.
Musik yang gokil, berani, cukup cerdas nan sarkas [klo sinis msh tll halus], nakal dengan aksen Yorkshire kentel yang bikin pusing daan.... so pasti yang harus digarisbawahi mu-da, hehehe.
___________________________________________
[on ears] masih tertarik dengan “Arctic Monkeys”.
Interesting songs, sounds, music and... interesting people as well.
Musik yang gokil, berani, cukup cerdas nan sarkas [klo sinis msh tll halus], nakal dengan aksen Yorkshire kentel yang bikin pusing daan.... so pasti yang harus digarisbawahi mu-da, hehehe.
Good thing to go when you’re high [thou I don’t drink, ^_^]
No comments:
Post a Comment