Friday, June 22, 2007

The Legend Of A Simple Three-Stripes





Benda apakah itu?
Yah... gak lain dan gak bukan adalah ‘teman seperjuangan’ gw yang begitu setia.




Sebuah benda yang biarpun udah ada penggantinya ‘si biru genit’ ini , tetap tak pernah tergantikan kebersamaannya dengan gw.

Pertama kali mendapatkan ‘teman seperjuangan’ itu adalah saat gw berada di awal tahun kuliah. Gara-garanya, nyokap gw udah gemeeeesss banget liat gw yang ngampus pake sepatu buluk jaman SMA [sekarang sih udah diungsikan entah kemana]. Itu sepatu jaman SMA gw, saking buluknya, sampe takut mau dicuci, takut mreteli [bahasa jawa yang kira2 artinya pada copot].

Dengan pemaksaan besar-besaran, nyokap pun mencemplungkan gw ke sebuah toko SPORT. Memberikan keleluasaan sebebas-bebasnya bagi gw untuk memilih sepatu dan rela menanti gw menghabiskan sekian jam keliling mall. Maklum, kalo soal milih sepatu/sandal, gw bisa ngabisin waktu seharian penuh pindah-pindah toko dan mungkin pada akhirnya malah gak beli apapun.
Tapi, saat itu, nyokap gw mengancam, “kalo gak beli sepatu, kita gak akan pulang!”

Untungnya kok ya’o ndilalah [hahaha!!! Istilah Jawa lage nie], ada seonggok sepatu hitam-abu menarik perhatian gw. Bentuknya simple banget [terlalu simple malah!]. Pada saat itu, gw memang tidak mencari sepatu yang ‘eye-catchy’. Gw percaya pada filosofi “beauty lies in simplicity for eternal life”, hahahaha!!! [dipas-pasin terusss!!]
Yang gw suka dari sepatu itu adalah, loe gak akan tau kalo dia adalah ‘three-stripes’ karena logonya yang begitu kecil dan tersembunyi. Simple. Gak showing-off.
Sepatu itu pun masuk dalam daftar ‘top three hot picks’ imajiner yang gw bikin. Sementara nyokap gw duduk di suatu sudut dan asyik ngobrol sama SPB toko itu sambil megangin pilihan gw barusan, gw kembali mengelilingi toko itu, mencari-cari tandingannya.

Tapi yah, memang sudah jadi tambatan hati, dan gw termasuk orang yang sangat teramat setia pada pilihan, jadilah ‘dia’ berpindah tangan.

Hari itu, gw pulang dengan sepasang teman perjuangan yang baru dalam pelukan, dan seulas senyum lebar [cengiran sih tepatnya] penuh kegembiraan yang membawa kelegaan tak terlukiskan di hati nyokap gw [bow, akhirnya spokat tak bermoral itu bisa gw buang sejauh-jauhnya!!! Gitu kali pikiran nyokap gw]

Sejak itu, ‘dia’ menjadi bagian hidup gw yang tak terpisahkan.
Hampir gak satu pun dalam kehidupan perkuliahan gw, gw lewatkan tanpa dirinya. Rasanya enak aja, begitu bebas melangkah dan gak perlu ribet ngurusin ‘hak sepatu’ yang kejeblos got ato kehilangan keseimbangan di kereta [note: gak cape juga kli klo hrs ngejar2 kereta].

Saking seringnya gw pake, dalam segala jenis cuaca dan keadaan jalan, dirinya pun mulai mengalami ‘wear-out’; sedikit luka disana sini menimpanya. Dan, nyokap gw kembali risih melihat anaknya yang tak pernah mengganti sepatu sampe sekian tahun itu.

Alhasil, gw kembali diseret ke sebuah toko sepatu keluaran eropa. Sebuah sepatu menarik perhatian gw, ‘si biru genit’ itu.
Tapi, layaknya penampilan yang jor-joran dan terlalu over-exposed, pamornya pun dalam sekejap menurun drastis. Itu pula yang menimpa ‘si biru genit’.

Hanya bertahan sekian bulan nempel di kaki, selanjutnya, kembali ‘soulmate’ ke pelukan. Dan nyokap gw, hanya bisa mengumpat kesal, karena gw selalu punya sekian ribu cara dan alasan untuk mempertahankan eksistensi si dia dan menyelamatkannya dari Tempat Pembuangan Akhir.

Bahkan, hingga kini dirinya pun tetap setia menemani hari-hari sporty gw.
Terakhir petualangan yang kami tempuh adalah perjalanan backpacking pertama gw dengan temen-temen kantor. Lalu kemarin, kami sama-sama menjadi norak di sebuah fitness club.

Lalu, apakah dirinya akan kembali menemani perjalanan yang lain?
Mungkin semilir angin sejuk di musim panas juga akan membelainya?
Tidak menutup kemungkinan kaaannn???


love you my lovely-bestest 'three-stripes', muaahh!!

Oyeah... dan nyokap gw pun udah habis kesabarannya, hihihi.
Pesan mengantar kepergian gw [sambil nenteng paperbag berisi sepasang belahan jiwa gw] ke kantor di pagi buta suatu hari lalu saat masih jamannya nge-pitnes adalah, “Ken, bener ya, nanti beli sepatu baru” dengan wajah beliau yang begitu terlihat memelas ditengah ke-desperate-annya. HAA!!

Dan ternyata.... sorenya, temen kantor gw pun ikutan PROTES, hahahaha!!!!
_________________________________
[on ears] Summer Romance (anti gravity).by.Incubus
(hmm, could that be a possibility too?? The summer romance I mean. Huhuhu....)

3 comments:

  1. Kayaknya ada yang ngarep dapet kado ulang tahun sepatu nih heee..hee..hee... setia sih boleh aja put tapi mbok ya jangan "keterlaluan" lha wong kerjanya di retail sepatu :D nga terinspirasi sama sample-sample sepatu keren yang ada di meja gw??

    satu pesan:
    Backpack sama sepatu warnanya harus matching Ya!!!!

    ReplyDelete
  2. wakakak...

    Memang paling sulit meninggalkan 'memori masa lalu'. apalagi jasa2nya tak terlupakan.

    Tapi memang persaingan berat di jaman2 ini. dan sudah saatnya mengganti nya bukan?
    tapi koq jadi berubah selera gitu?
    jadi sepatu centil bgt...
    huahahaha...

    wah, perdananya agustus apa emang udah diperawanin duluan nich?

    hehehe.

    -erika-

    ReplyDelete
  3. hidup sepatu butut..
    makin butut makin nempel di kaki. gapapa mba, kaya sendal ajaibku aja. susah banget cari penggantinya. yang gregetan malah orang2 sekitar yg liat tu sendal butut ga diganti-ganti.
    yah emang susah jadi orang setia. wekekekek..

    tp jujur.. tu 'three-stripes' emang dah jelek banget seh.. hwahaha
    *kabur dari timpukan sepatu*

    ReplyDelete