Bagus sekali. Memang tanggal 9 Maret 2009 adalah hari dengan judul “Penantian”.
Di pesawat, gw duduk satu baris dengan seorang ibu-ibu tua yang mungkin warga asli Macau, yang sama sekali tidak bisa bahasa Inggris. Ibu-ibu yang satu ini, kerjaannya cuman satu: tidur. Dalam aneka gaya. Berhubung 3 deret kursi yang ditempatin hanya dua (gw dan dirinya), dengan cuek dia merebahkan diri di kursi tengah, selonjoran tidur. Ampun daah...
Tema dalam pesawat gak jauh beda: baca majalah traveler yang sama dengan waktu berangkat dari Jakarta (sampe apal isinya gw!), tidur, dan menatap langit malam.
Eeeh... tapi ada satu saat yang bikin gw surprise banget. Saat melihat keluar jendela, ada bulatan sempurna menerangi langit. Busyet, full moon! Bagus banget. Sayang pas mau diambil gambarnya malah ilang...
Menurut kapten pesawat, cuaca di Macau cerah dengan suhu udara 17 derajat celcius.
Oops... gw pun menaikkan satu alis saat mendengarnya, “ooke, 17 derajat celcius itu kan setara dengan cuaca puncak ya? Jadi kaos kutungan dengan jaket tebal ini cukup melindungi kulit dong?”
Jreng jreng!!!!
Satu hal yang gw lupa adalah faktor kelembaban udara.
Alhasil, gw pun bergemeletukan menahan dinginnya udara yang menggigit sampe ke tulang. Segitu masih di dalam airport en nunggu giliran imigrasi, palagi klo udah diluaran? Et sumpah dah, dingin buanget!!
Apa yang gw khawatirkan terjadi juga di bandara itu. No one actually speaks English.
Padahal, gw cuman mo tanya, “nyari taksi dimana ya?”, tapi semua orang geleng-geleng kepala. Counter tourist information yang terlihat anggun itu nyatanya terkunci rapat dan satpam di bandara hanya angkat bahu saat gw tanya, “is it already closed?”
Saat temen-temen gw dengan santainya menikmati jejeran kursi di ruang tunggu, gw kelimpungan sendiri nyari orang yang bisa bahasa Inggris. Bahkan orang-orang dari travel agency yang counternya berderet-deret itu pun tak bisa bahasa Inggris, bikin gw shock.
Alhasil, gw menemukan seorang bapak baik hati yang bekerja sebagai marketing hotel Venetian (secara dia bawa-bawa papan nama hotel termashyur itu), dan mengajukan... tepatnya sih merengek minta dibantu soal taksi, direction sampe rate taksinya. Ngobrol-ngobrol, sampe dia menuliskan tulisan kanji alamat hotel tempat gw nginep (karena menurut beliau, orang-orang di negara ini hanya bisa bahasa Cina walaupun alamat ditulis dalam bahasa Portugis.... schweeetttt!!!)
Eh mendadak ada ibu-ibu mendekat dan menawarkan jasa nganterin kita ke hotel dengan harga 100MOP (setara dengan 100 dollar HK), menurut bapak itu sih harganya cukup fair, karena kalo pake taksi pun kita butuh 2 taksi, bagasi di-charge, dan kalo diitung ya 100MOP juga. Yasud, gw pun bernegosiasi dengan kelima temen gw yang masih meluruskan kaki dengan santai itu, dan diputuskan untuk menggunakan jasa ibu-ibu itu. Lucunya lagi, ibu-ibu itu sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. Mati dah! Untung ada bapak-bapak itu yang membantu gw nego. Pokoknya diyakinkan 100MOP sampe tempat, tanpa gw dikenai charge apapun lagi.
All set!
6 orang dengan 7 tas sudah duduk rapi dalam mobil van putih milik si ibu itu. Berhubung gw sudah pernah ke Macau dan ingatan gw masih cukup bagus, gw pun sok sokan bertindak sebagai tour guide selama perjalanan bandara-hotel yang waktu tempuhnya kurang lebih 20menitan itu.
“Disebelah sini adalah Macau GP, tempat Valentino Rossi iseng latihan, lalu diseberangnya itu ferry terminal. Yang menjulang terang, itu macau tower...”, begitu gw menjelaskan pada temen-temen gw. Si ibu sempet nimpalin pas gw memperkenalkan Grand Lisboa tempat judi beken pada jamannya itu. Entah apa yang dikatakan si ibu, apakah berusaha membenarkan kalimat gw ato malah mencela keminiman pengetahuan gw soal kota Macau, hihi.
Memang... kota Macau lebih bagus dinikmati saat malam hari. Semua lampu megah mewarnai kota, menutupi bocel-bocel yang baru nampak di saat pagi hari. Beginilah kalau penghasilan utama kota didapat dari judi (dan perempuan tentunya, hihi).
Sampe juga di hotel dan ibu-ibu tadi cukup jujur dengan tidak mengenakan biaya tambahan apapun pada kami.
Seperti apa wajah hotel itu?
Hmm... sebagaimana yang sudah diperingatkan oleh bapak-bapak Venetian itu, “Central Hotel is the oldest hotel in Macau, so probably you can already guess what it’s like. I’m not gonna say it’s proper or not, or...” dan diakhiri dengan cengiran datar seraya mengangkat kedua bahu.
Well, comparing to Venetian.... JELAAAASSS sekali berbeda.
Bagai langit dan... dasar bumi kali, hihi.
(ini tampang kamar hotelnya. cukup luas sih. dan pintu abu-abu itu, entah mengarah kemana^^)
Kali pertama gw memasuki kamar hotel, perasaan gw udah gak nyaman cenderung mencekam. It was dan gw tidak melebih-lebihkannya. Temen gw bilang, “jangan dipikirin”, gimana gak mikirin klo seluruh indera di tubuh elu berteriak-teriak ketakutan?!Well, apa daya? Mau ngajakin temen-temen gw nginep di hostel yang dulu ditempati gw, rada gak enak ati juga klo nyuruh mereka naek tangga sampe ke lantai tiga bawa-bawa koper seberat anak 3 taonan. Dan hotel yang paling murah ya hotel ini. No wonder itu hotel murah banget, comparing to any other hotels downtown ya.
Selese taro tas, langsung cabut keliling kota. Gak keliling kota juga sih, hanya ke Grand Lisboa untuk poto-poto dengan mode norak yang berkilatan terang. Poto sana poto sini mengumbar kenorakan kita sampe lupa sama dingin yang menggigit dan cacing-cacing dalam perut yang udah tereak protes, “LAPER GILAAA!!!”
(Casino Lisboa, seberang Grand Lisboa)
(di dalam Grand Lisboa, ada lambang Macau)
Alhasil, sambil jalan memutari Grand Lisboa, sampelah di Guia Fort, dan lambang kakek tua yang khas itu melambai penuh semangat pada kami untuk mampir. Dasar kolonel tua yang genit!(di depan Guia Fort, yang gak keliatan jelas^^)
Kalo soal kehalalan makanan, jangan tanya deh, pastinya gak akan nemu yang bener-bener halal, jadi untuk meminimalkan perasaan bersalah, bacalah ‘Bismillah’ sebelum menyantap ayam goreng rasa babi itu, hahahaha!!Sepanjang jalan, selalu papasan sama cewek-cewek Macau, cowoknya juga sih, tapi yang paling gw perhatiin adalah ceweknya. Satu hal yang gw benci dari remaja Macau adalah.... mereka punya cuaca yang oke buanget buat tampil chic dengan boot, rok mini dan jaket tebel dengan disain cantik. Huuu!! Gituan dipake di Jakarta bisa meleleh mampus, lengket dimana-mana! Selaen itu, udara di Macau nampaknya minim polusi (jika dibandingkan dengan Jakarta yeee), jadi angin yang semeliwir itu bener-bener masih terasa segar. Walau harus diakui, I was freezed to the bones! Gilaak!! Jalan kaki gak kerasa hangatnya, keringet kga keluar sama sekali, malah kulit terasa kering. Mampus daah..
Nemu jalan kecil yang ujung-ujungnya nembus ke Senado Square deket hotel, dan sempet poto-poto sebentar sebelum melangkah masuk ke dalam hotel yang creepy itu.
(di suatu gang di daerah Senado Square)
Malemnya, bener aja kan?Saat temen gw dengan pulasnya ngorok tanpa kesulitan apapun, gw sempet-sempetnya di’toel’ sama yang jaga disitu, sampe kaget kebangun en memutuskan untuk menonton berita ekonomi CNN dengan harapan bisa kembali jatoh tertidur, tapi nyatanya malah pusing dengan indeks saham, dan gak bisa tidur juga sampe pagi, haha!
_______________________________
Bestfriending with the ears: MONORAL - Vimana
huaahahah...
ReplyDeleteemang lo di "toel" sama penghuni hotel itu put? gw nga ngerasa apa-apa lhoo *maapin nga nemenin bergadang" :)
Aduh, sori. Lupa ngasih tau gue pindah ke http://pei-atreides.blogspot.com. Boleh dong, kenapa enggak? :D
ReplyDeleteWah asik dong bisa ketemu Anis. Iya gue juga seneng banget denger kabar VAMPS mau mampir. Mudah-mudahan bisa nonton :)
Hey thanks for visiting my blog! Anis was really cool and super friendly. I checked out the Monoral website and they are pretty good! I wish I had known of them before so I could have been more excited!
ReplyDeleteHopefully you can travel to Japan someday too!
Ok, blog lo juga gue link :)
ReplyDeleteItu layout yang desain adek gue. Hehe... Gue pokoknya cuman minta pake gambar HYDE sama temanya Sunadokei. Setelah didesain, gue yang program. Gue juga baru belajar, itu proyek ganti layout udah dari taon lalu baru jadi sekarang. Hahaha...