Tuesday, September 15, 2009

Culinary Walk pt. 5: Hongkong – THE “Famous Roasted Duck”

Belum ke Hongkong namanya kalo belum nyobain dua hal: seafood dan.... roasted duck.

Namun keduanya bukan hal yang mudah dilakonin, karena biasanya terpentok sama masalah harga dan kehalalan. Seafood bukan makanan murah untuk dompet bekpeker kere macem gw, sementara roasted duck selaen mahal juga penempatannya di etalase restoran selalu berendengan sama paman babi, membuatnya JELAS-JELAS tidak halal [well, biar gimana pun gw juga masih punya hati, hahaa!!]

Tapi secara gw pecinta bebek, gw berpikir, masa’ sih seluas itu Hongkong kga ada bebek panggang yang halal???
Alhasil, sebelum gw melanglang buana ke negara itu, gw pun meminta petunjuk pada Mbah Google soal resto halal yang jualan roasted duck di Hongkong.

Hasilnya?
Whoa!!!
Ternyata.... ADA!

Setelah gw kopipes alamatnya, gw pun mulai menekuri peta Hongkong yang sudah cukup kusut.
Waakkss!!!
Restoran itu letaknya di Wan Chai yang notabene beda pulau sama tempat istirahat kami. Bukan daerah yang pernah gw sambangi sebelumnya juga. Walau berdasarkan info dari kali pertama gw ke Hongkong, kitaran Causeway Bay dan Wan Chai adalah rumahnya orang Indonesia, karena selaen Kedubes RI berlokasi di situ, ternyata mayoritas TKI berdomisili di daerah-daerah itu juga.

Anyway, restoran yang gw maksud ini punya nama “WAI KEE HALAL
Letaknya di jalan Bowrington (entah dibagian mana daerah Wan Chai pula!!)

Berhubung baru ke daerah Wan Chai dan sepertinya kurang seru kalo ditempuh dengan transportasi umum maupun taksi, maka gw pun memutuskan dari MTR Station Wan Chai, kami menempuh perjalanan dengan kembali memakai jasa kedua kaki.
MANTAAAAPPP!!!

Dari station MTR Wan Chai sendiri, jarak Bowrington itu sekitar 7-8 blok.
HHHAAAA?!?! *klontaaaanggg*
Hihiii *big grin*

Perjalanan kaki menuju Bowrington itu cukup seru.
Walau kedua kaki udah protes mampus, tapi kedua mata dimanja sama pemandangan mewah: deretan butik mobil sport yang merknya gak bakal ditemuin di Indonesia deh! Sampe shock sendiri liat aneka jenis mobil sedan dengan ragam disain itu. Mikir-mikir apa orang Hongkong ini kaya-kaya ato emang pecinta mobil sport ya?

Setelah hampir 1 jam berjalan kaki, kami sampai di daerah Bowrington.
Menurut petunjuk, alamat Wai Kee Halal Restaurant itu adalah Bowrington 21st Road, Cooked Food Center.
Nah looh!! Dimana tuuh?!

Masuk jalan Bowrington, yang ditemui adalah???
Eng ing eng!!!
PAAAASAAAAARRR
Bukan pasar malam bak Ladies Market ato Jade Market, tapi..... pasar tradisional
Pasar yang becek, yang bau, yang bertebaran sayur mayur, ikan, daging dan.... tubuh paman-paman babi pink yang bantet nan mulus itu pun bergelantungan dimana-mana (full dari ujung kaki sampe kepala)

WHOAAA!!!
Dimana restorannyaaaahhh?!?!
Dari ujung ke ujung cuman ada sayur, daging, babi, ikan yang bergelimpangan di bawah. Kaga ada restoran!

Muterin pasar itu dengan perasaan tak berdaya.
Masa’ iya udah dibela-belain kayak gini kga nemu juga? Mau maraaah kga siih?!

Entah apa yang membuat gw menengadah ke atas, memandang gedung pasar dengan dengusan lelah dan putus harapan.
Dan saat itulah keajaiban seperti ditumpahkan dari langit tepat di depan muka gw: “COOKED FOOD CENTER” tertulis di sebuah papan penunjuk.

“hyaaaahhh!!!!” sorak gw sambil nunjuk papan itu dan bergegas mendahului teman gw untuk menaiki anak tangga gedung.
Oooh, jangan tanya berapa anak tangga yang sudah kami daki selama 4 hari di Hongkong karena jawabannya adalah... mencapai RIBUAAAANNN!!! (dan FYI gw tidak hiperbolis disini!)

Tapi demi bebek, i’ll climb millions of stairs if i have to!
BRRUKK!!
Begitu gw buka pintu menuju area makanan, gw pun disambut dengan puluhan restoran.
Seperti food court, namun letaknya di pasar tradisional.
Aiyayayay... kenapa semuanya pake tulisan garis horizontal-vertikal-diagonal giniih!
Yang mana yang “WAI KEE”???

Dan gw baru kali itu merasakan cinta dan lega berlebihan saat melihat tulisan Arab membentuk kata “halal” tertera pada sebuah papan nama restoran yang letaknya di dekat pintu keluar.
AAKKKH, heaven!

Dengan bingung, gw pun memesan pada engkoh engkoh di situ.
Si engkoh pun menggiring gw untuk duduk di suatu meja dan menyuruh gw untuk menunjuk menu.
Famous Roasted Duck with rice jadi pilihan pertama, lalu gw menambah Wonton Noodle Duck.
Gak lama, si engkoh yang sama datang dan memberitakan kabar buruk bahwa si Wonton habis, dan gw pun memesan Chicken and Duck with rice.

Sambil celingukan merhatiin suasana food court, gw tergugu pada meja di belakang gw.
ALAMAAK!!
Porsinya JUMBO abis!!
Gimana gw ngabisinnya?!?!?!
Gw pun panik abis, sementara temen gw gak peduli, yang penting kedua kakinya bisa istirahat dan lambungnya bisa diisi fully tank.

15 menit kemudian, si engkoh datang membawakan si Famous Roasted Duck (ps: namanya memang begitu).
MAAAKKK!!
Beneran deh! Itu nasi apa gunung?!
BUANYAAAAAKKKKK buanget. Dan potongan bebeknya pun gede-gede.
Jadi nyesel, seharusnya pesen 1 porsi aja yaa buat berdua?

Saat temen gw menyuap menu pesanannya, dirinya pun membelalakkan kedua mata dan berseru, “enaaakkk!!!”
Gw yang penasaran pun menyendokkan nasi bebek itu. Bener. Enaaak.
Satu sendok. Dua sendok. Tiga.... Empat....

Untung gak sampe setengah porsi gw abisin, pesenan gw datang.
Combo ayam dan bebek. Rasanya liat gunungan nasi itu, gw mo nangis.
(dan kenapa juga gw pake nyemilin pesenan temen gw cobaaa!!!)

Beginilah wujud pesanan kami [note: khusus gambar famous roasted duck w/ rice, nasinya sudah habis 1/4nya *cengir*].





[the famous roasted duck w/ rice]


[chicken and famous roasted duck w/ rice]


Bagaimana enaknya si bebek?
Hmm.... tak terkatakan? Hehehe..
Sebenernya, rasa bebek itu masih bisa dipetakan di lidah gw, sampe sekarang.
Rasa pertama yang muncul adalah asin, akibat kombinasi garam dan MSG sepertinya, hahaha.
Tapi si bebek ini diguyur sedikit saus sejenis kecap yang menetralkan rasa asin itu.
Untungnya gw memesan chicken-duck adalah karena nasi gw juga ditaburi dengan daun ketumbar. Jujur, baru kali itu gw bersyukur makanan gw ditaburi daun beraroma mematikan itu. Ternyata daun ketumbar bisa jadi penetral rasa eneq yang manjur.

Selain rasa, tekstur bebeknya juga begitu lembut.
Yang paling gw suka adalah bagian kulitnya. Itu adalah “the best part”, dan gw sangat beruntung karena temen gw tidak menyukainya, jadi gw dapet ekstra porsi kulit, hihi.

Kulitnya tebel! Lapisan lemak dibawahnya gak kalah tebelnya. Hooeeehehe... ini yang gw cari! Begitu masuk mulut, wedewww!!
Garing di permukaan, tapi lemak tebal dibagian bawah kulitnya itu begitu kenyal dan meledak di mulut. Rasa lemaknya gak amis, tapi gak kecampur sama bumbu yang nempel di kulit. Waah... itu bener-bener bagian paling MUANTUAP dari seluruh bagian bebek yang disajikan deh. TOP ABEEESSHH.

Speaking-speaking tentang resto ini, eeh... dari sekian banyak restoran di futkort itu, ternyata restoran yang satu ini adalah restoran yang PALIIIIINNGGG penuh. Dan gak hanya yang memakai identitas muslim aja yang memenuhi meja kursi restoran ini. Yang pasti sih selama kami berjuang membersihkan isi piring, begitu banyak tamu yang datang dan pergi. Gak cuman pesen bebek, tapi juga kari.
Suatu saat, kari itu akan gw coba. Suatu saat...

Akh, ya... penasaran dengan nasib gundukan tak manusiawi itu?

Well, sepertinya memang benar kalo dibilang, “olahraga punya banyak kegunaan untuk tubuh”, dan salah satunya dalam kamus gw, “jalan kaki membuat GW sanggup menghabiskan nasi sebakul!

Percaya atau enggak, di piring gw hanya tersisa 5 sendok nasi, tanpa menyisakan serpihan daging ayam maupun bebeknya. Tapi kalo dihitung sama jumlah sendokan nasi saat gw nyemilin pesenan temen gw, maka impas dan itu artinya.... LUDES gw habiskan!
HOORAAAAYYY!!!!

Berhubung kami berdua cukup baik hati, kami pun memesan satu porsi “famous roasted duck” ukuran sedang, untuk dicicip oleh teman-teman kami yang tidak bernasib mujur tidak mengikuti penjelajahan kami (ato malah beruntung gak ngikutin kita dan kedua kaki mereka mati rasa seketika?hihi)

2 porsi nasi bebek dan nasi ayam-bebek itu dihargai total 48$ sementara satu porsi bebek ukuran sedang dibandrol 45$
Jangan tanya sebanyak apa itu bebek ukuran sedang, karena kenyataannya adalah BUUANYUAK!
Busyet! Buat makan 5 orang juga masih ada sisanya, kecuali klo yang makan gw, hihi!!!

Berminat untuk nyobain THE “Famous Roasted Duck” keluaran WAI KEE HALAL RESTAURANT itu?
Well, saran gw adalah kalo mo jalan kaki, turunlah di Causeway Bay MTR Station dan keluar di pintu yang mengarah ke Times Square. Dari situ tinggal jalan ke arah Bowrington sekitar 2 blok (bandingkan bila keluar di Wan Chai doongg). Begitu sampai Bowrington, langsung aja cari gedung pasar dan masukilah (kga usah keluyuran di pasar beceknya) lalu naek sampe ke lantai lima.
Voila, cari aja yang ada simbol Arab ‘halal’, dan selamat menikmati bebek halal itu ^^V

Cheers .

Buset, mentang-mentang the best part, panjang bener note-nya yaak? ^^V

Bebek ini jadi “the best part” bukan hanya karena kehalalannya, tapi juga karena perjuangan menemukannya, rasa, dan kenyataan kalo... “Gw maniak bebek” hihi.

Cheers again!
_________________________________

3 comments:

  1. Oh, sama dong. Gue juga paling suka bagian kulitnya. Hehehehe...

    ReplyDelete
  2. huahahaha....
    mungkin klo lo balik ke indonesia, bisa juga kita ketemuan dan menyantap kulit bebek, hihihi...

    ^__^

    -niken-

    ReplyDelete
  3. Stau gw sih di lantai 2 loh, jadi kalau dari times square cari arah yang ke Wan Chai (harus ngelewatin bagian bawah fly over), trus lewatin jejeran seafood disebelah kiri, terus pertigaan ke kiri, trus ada gedung yang di pertigaan, di seberangnya toko halal thailand. Naik lift ke lantai dua, trus sebelah kanannya restonya deh. Kalau kesana lagi, cobain deh curry lamb-nya, enak banget. Menu lain yang terkenal selain roasted ducknya :-)

    ReplyDelete