Tuesday, December 26, 2006

short story: "komitmen?"


kemarin, temanku bertanya, “pernah gak sih, kepikiran buat pacaran sama orang yang gak lo suka?”. Saat itu, aku hanya menatap dirinya dengan satu alis terangkat. Dia balas tertawa, lalu menambahkan, “sepertinya tidak ya? kalo iya, entah berapa kali lo udah pacaran.”
“begitulah,” balasku kemudian. “mungkin untuk beberapa orang, it’s an easy thing to do, tapi buat gw, it’s the hardest part.”
Lalu, dia bertanya lagi, “dan lo memilih untuk menyendiri sampe hati loe yang memutuskan?”
Aku menatap dirinya dan tersenyum, “ya. walau harus menyendiri sampe tua. Gw gak peduli. Dating anyone is a YES. But In a Relationship with anyone? It’s definitely a NO.”
Dia masih penasaran dan kembali bertanya, “gimana tau?”
“apa gunanya kencan?” balasku lugas. “tapi kencan gak harus selalu berakhir dengan komitmen bernama pacaran atau nikah kan?”
Dia tertawa terbahak-bahak, “dan elo melabel diri loe gak anti komitmen?!”
“karena memang tidak!” kilahku cepat. “klo ada cowok yang gw suka, ada chemistry-nya. Kita pacaran trus diajak nikah, gw akan bilang IYA!”
“begitu?” ia menghela napas dan meneguk minuman dinginnya. “pemikiran yang aneh.”
“maksud?”
“yeah, gak banyak orang yang berani menyendiri begitu lama. Tahulah, terpaku pada pemikiran orang lain yang harus nikah cepet, herannya orang lain saat seseorang masih berstatus single sampai usia tertentu, atau mungkin kebutuhan akan afeksi yang terlalu tinggi.”
“well,” aku menata kalimat dalam kepala sebelum melontarkannya. “begini, gw gak mau muna. Gw juga butuh afeksi. Siapa sih yang engga? Tapi gw lalu berpikir, afeksi seperti apa sih yang gw butuhkan? Hanya sekedar kontak fisikkah? Pemuasan birahikah? Atau sekedar status? Kalo memang itu yang gw cari, gw gak perlu mikir dua kali bukan?” aku berhenti sebentar untuk kembali menata kalimat. “mungkin kesannya terlalu banyak mikir ato gak spontan. But hey, gw yang memutuskan hidup gw bukan? begitu juga hati gw. gw gak mau pacaran karena gw harus pacaran atau karena orang lain mengharapkan gw dan dirinya pacaran. This is my life, this is my heart. Gituh.”
“tapi banyak yang bisa menyesuaikan setelah komitmen,” dirinya bersikukuh.
“banyak memang, tapi gw bukan kebanyakan orang kan?” balasku lugas. “gw gak bisa memaksa hati gw untuk nyaman. Gak bisa memaksa hati gw untuk menyuka dan gak bisa memaksa hati gw untuk mencari. Ngerti?”
“hmm,” ia mendengus pelan dan mengangguk-anggukkan kepala. “memang bukan seperti kebanyakan orang.”

Untuk beberapa saat, komunikasi verbal terhenti, hanya empat buah mata yang saling mengkomunikasikan banyak hal.

“any specific type?” ia bertanya setelah letih menebak.
Aku tersenyum dan menggeleng, “I like no specific.”
Ia manggut-manggut, “dulu, gw pikir loe menyendiri begini karena tipe loe ketinggian.”
Aku tertawa ngakak saat mendengar itu, “yea rite! Like Christian Sugiono will pick a gal like me aja gituh!!”
Dia ikut tertawa, “ya gak harus Tian kaleee!”
“ngerti,” balasku setelah tawa mereda. “untuk siapa yang gw suka, gw menyerahkan pada hati untuk memilih. Bukan mata.”
“begitu?” ia menatap penuh selidik, “hati loe berkata apa tentang gue?”
Aku hanya tertawa keras dan menjulurkan lidah ke arahnya sebagai balasan.

Sore itu, berakhir dengan aroma tanah segar yang disampaikan oleh hembusan angin dingin.
___________________________
pada suatu ketika

2 comments:

  1. Komitmen ya put??

    Kaloo gw... harus dengan pemikiran yang dalam nga bisa sembarangan ambil keputusan.urusan hati khan nga bisa dikompromikan dengan apapun....kalo nga ada "rasa" kenapa harus dipaksakan?

    Syukur kalo akhirnya "rasa" itu timbul setelah berkomitmen kalo nga timbul gimana?terus nunggu?sampe kapan? nanti bisa kecampur tuch antara rasa "cinta" dan rasa "kasihan"

    sekali lagi..

    DEMI KEPUASAN BATIN ORANG LAIN??

    atau

    MUNGKIN TAKUT NGA PUNYA PEGANGAN??

    ReplyDelete
  2. hehehe...
    pake urat nih ngomongnya?

    kadang, untuk masalah hati, kita suka ngegampangin. "akh, ntar juga ada deh klo diada2in. liat aja nanti deh..."
    jadi rancu juga sih yang dipentingin itu komitmen-nya ato orang yang mau di-komitmen-in. gituh.

    well, pilihan orang emang beda2 sih. konsekuensinya juga beda2, bukan??

    ReplyDelete