Wednesday, September 24, 2008

Jojoushi by L’arc-en-Ciel : Tentang Sebuah Lagu Cinta

Sebenernya gak niatan mo posting lagu ini sih, secara udah lagu jadul juga, pernah gw post disini juga beberapa waktu lalu jaman gw tergila-gila ama ini lagu. Akan tetapi, saat gw memperhatikan traffic sitemeter gw, ternyata banyak juga yang nyasar ke blog gw demi mencari lirik dan artinya lagu ini. Kasian juga mereka terkecoh.
Makanya, dengan berbaik hati, gw pun memutuskan untuk mempostingkannya disini (lirik dan artinya), sebenernya ada di klip YouTube yang gw posting , tapi eh tetapi, klip itu mendadak hilang di situs YouTube, padahal itu live-actnya yang oceh punya...

Cerita sedikit tentang lagu ini, sebelum gw postingin lirik en artinya.
Awal denger lagu ini, mendadak gw berasa dibawa terbang ke dunia mimpi (ditemenin Hy-chan? Hehe), mungkin karna aransemen lagunya ya...
Langsung jatuh cinta sama lagu ini, walaupun gw sama sekali gak tau artinya saat itu. Kirain tentang kehilangan seseorang yang dicintai (mati gitu), tapi ternyata, simply sebuah lagu cinta. Cinta yang berlebih, kalo kata gw sih. Saking berlebihnya sampe menumpahkan seluruh perasaannya. Mungkin ini kalo dipuisikan, hasilnya bagus. Maksud gw, gak diterjemahkan secara literally, gitu. Karena emang begitulah adanya: puitis.

Nonton videoklipnya, makin bikin gw cinta sama cowok ini, Gimana gak makin cinta klo nyanyinya penuh perasaan... trus settingnya yang menggoda, dikelilingi oleh manusia tanpa baju, macam lukisan jaman prancis di abad XV. Mana si Hy-chan rambutnya pas panjaaang, hmm... kawaiii!!!!
Lalu mulai mikir2 (ato berkhayal tepatnya sih) klo gw ada di jepang, mungkinkah gw dengan gilanya ikut audisi jadi backgroundnya yang notabene emang artistik sih walau harus telenji, hihi. *pikir-pikir* Kayaknya gw rela ikut audisi peran itu.... ahahaha...

Eniwei, lagu ini selalu jadi pilihan pertama k lo gw nyetel album Awake, baru dilanjutkan dengan lagu-lagunya yang laen, hihi.

Here comes the lyrics:

JOJOUSHI
Lyrics: hyde Music: ken

Kisetsu wa iro wo kaete ikudo megurou tomo
Kono kimochi wa kare nai hana no you ni yura meite
Kimi wo omou

Kanade au kotoba wa kokochi yoi senritsu
Kimi ga soba ni iru dakede ii
Hohoenda hitomi wo usa nai tamenara
Tatoe hoshi no mabataki ga mie nai yoru mo

Furi sosogu komorebi no you ni kimi wo tsutsumu
Sore wa boku no tsuyoku kawaranu chikai
Yume nara yume no mama de kamawa nai
Aisuru kagayaki ni afure asu he mukau yorokobi wa
Shinjitsu dakara

The love to you is alive in me. wo- every day for love.
You are aside of me wo- every day.

Nokosareta kanashii kioku sae sotto
Kimi wa yawaragete kureru yo
Hashagu you ni natsuita yawara kana kaze ni fukarete
Nabiku azayakana kimi ga boku wo ubau

Kisetsu wa iro wo kaete ikudo megurou tomo
Kono kimochi wa kare nai hana no you ni
Yume nara yume no mama de kamawa nai
Aisuru kagayaki ni afure mune wo someru
Itsumademo kimi wo omoi

The love to you is alive me. wo- every day for love.
You are aside of me wo- every day


And the translation goes like this:


No matter how many times the seasons change colors

My heart wavers to you like a never-fading flower
And I think of you

Our words weave a cozy melody
All I need is you by my side
As long as your smiling eyes remain
Even on the nights when I can’t see the twinkling stars

Wrapping around you like sunlight falling through the trees
Is my strong, everlasting commitment
I don’t mind if it is and remains fantasy
‘Cause the joy of heading for tomorrow
Shining with a loving heart
Is for real

The love to you is alive in me. Wo- every day for love.
You are aside of me wo- every day.

You can gently ease
The sorrowful memories remaining in me
Swinging in the soft wind cheering with delight
You take my cares away

No matter how many times the seasons change colors
My heart goes out to you like a never-fading flower
I don’t mind if it is and remains fantasy
Dazzling love imbues my heart
I think of you forever

The love to you is alive in me. Wo- every day for love.
You are aside of me wo- every day.


Hmm... hmmm... hmm..
Mungkin sekedar lagu cinta biasa. Tapi klo yang nyanyinya Hyde, itu cerita lain memang, haha.Eniwei, that’s all folks!


Klo mo nonton pidioklipnya di Yutub, klik link ini aja soalnya si pemilik tidak mau membagi embednya, tega bener sih tu orang.

Cheers!
_______________________________

Tuesday, September 23, 2008

Tentang Seorang Lelaki Cantik





Kalo ngomongin masalah ‘prettyboy’, emang gak bisa terlepas dari Negara Pencetak Pretty Boys (yang menurut gw), Paling Sempurna Sedunia. Manalagi sih klo bukan Jepang. Gak tau yaa, tapi gw pribadi bilang sih, pretty-boy hasil cetakan Jepang tuh dalam komposisi yang PAS.
Gak terlalu cantik, tapi gak juga telalu menghilangkan sisi ke’cantikan’nya itu (apaan siih).
Padahal koleksi pretty-boy cetakan Jepang yang gw punya juga cuman dikit banget. Hehehe. Sok tau ya gw? soalnya, klo menurut gw, pretty boy Jepang itu pinter menunjukkan sisi kemisteriusannya dengan tampil bergaya harajuku. Sementara prettyboy cetakan korea ato taiwan terlalu feminim.

Kenal jenis species yang satu ini (pretty-boy) itu pertama kali pas gw berada di penghujung SMA atau awal gw kuliah? kira2 sepuluh taonan lalu lah (masaka?? udah selama itukah gw lulus sma?*blushing*), pas gw kenalan dengan anime Samurai-X yang lalu mengantarkan gw pada kecantikan seorang Hyde.

Hmm....
Apa hubungannya cobaaa???

Maa, cerita singkat tentang cowok ini. Hyde itu adalah vokalis sebuah band rock L’arc-en-Ciel yang kebetulaaaan, OST samurai X itu dinaungi oleh bandnya (2 OSTnya dehh klo gak salah). Awal liat ni cowok, yang ada di otak gw cuma... “gile, ni cewek cantik amat. Kwell!”, gak nyadar klo itu tuh cowok. Padahal suaranya bass cowok banget, tapi tiap liat poto ni orang, pasti gw lupa kalo dia tuh ber-gender laki-laki.

Kenapa gw mendadak ngomongin si cowok cantik yang, percaya ato enggak, berumur 40taon (kelahiran 68-an laah) ini, gw juga gak tau. Mendadak kesirep sepertinya setelah gw nonton satu klip live actnya (yg gw ulang-ulang berkali-kali) saat jam makan siang barusan.

Tiap kali liat ni orang, Cuma bisa mendengus panjang.
Kok bisa, ada laki-laki yang cantik tapi ganteng gini?
Gayanya enak diliat. Cantik, tapi masih ada sisi ke-laki2annya.
Pokoknya enak deeeh.
PAS...

Hmm...
Klo ada laki umur 40taon yang ngajak gw kawin (kawiiiinn???), gak mungkin gw terima, kecuali kalo itu Hyde, hahaha!!!

Maa, gak tau banyak soal cowok ini, selaen berumur 40, beranak satu, beristri (niatan cerai gak yaa? gw bela2in deh ke Jepang nyari ni orang ^_^V, berarti ini misi utama gw ke Jepang ntaran, haha), selaen punya band juga bersolo karir, penulis lagu yang ciamik, berbadan kenyal (pengen gigit niiih *gila mode:ON), style-nya enak diliat, maen 1 pelem sama pasangan gay-nya (hehehe, biarpun dia bukan gay, tapi lucunya, gak ada yang protes ato nolak kalo hyde homo-an sama gackt. Cocok2 aja siih kata gw juga), termasuk dalam jejeran laki2 yang makin tua makin seksi walau berkaki pendek (menurut gw), akkh yaa.... punya tattoo yang sangat sederhana, tapi keuuuereeen.

Hmm...
Bulan ini, gw emang lagi dihantui pretty-boys hahaha!!!
Lebih tepatnya sih, sengaja minta dihantui...^_^V

Mengisi kekosongan postingan blog, dan sedikit share sama apa yang lagi gw kerjain akhir2 ini (menjerumuskan diri dalam dunia prettyboys), maka bersamaan dengan berita ini...SAYA postingkan juga link YouTube-nya hehehehehehe...





Daaan...
Poto2nya..
disini Hyde keliatan mulai berkerut2, "ayo maas, oleskan krim malam-mu!)



(cantik bener sih maas....)

(pengen juga ditato kyk gini, tapi sadar diri gk pny kulit seputih en semulus hyde, drpd ntar malah keliatan buluk? udah mah sakit, jadinya buluk pula, aiiih....)


mau semua potonya gw posting disini, bisa2 gw dianggap gila (walau memang sudah gila), jadi 3 biji aja yaa, sekalian nunjukin poto tato-nya hyde yang syaik itu.

He is an angel.... indeed
Wakakakakkkksss.....

____________________________________
Kickin the ears: lagu2 lawas laruku, saking belom beli yg baru (KISS) ^,^

Tuesday, September 16, 2008

Diorama: Proyek Ambisius Sebuah Band




BASSSIIII!!!!
Jelas iyalah klo dibilang begitu. Kenapa? Karena pada kenyataannya, album Silverchair yang berjudul DIORAMA ini udah keluar dari taon 2002 tapi baru gw singgung disini 6 taon kemudian. Ckckck.... band-nya aja udah ngeluarin album baru (yang juga udah gw bahas disini) dan mungkin lagi proses pembuatan proyek lainnya.

Anyway, album ini (DIORAMA), baru gw gw donlot sekian hari lalu, setelah menghabiskan setengah waktu memilah-milah host yang ramah donlot (gak ribet, red.).

Hm.... untuk sementara, Let’s take a 6 years backward, anggap aja klo Diorama itu album baru, baru didenger, setelah berurutan mendengar ketiga album awal Silverchair, bukan baru didengar setelah album terakhir mereka (Young Modern Station) dikonsumsi melebihi dosis sesuai anjuran,hehe.

Nah, maka yang terjadi, kesan pertama denger album ini adalah... “njlimet!

Untuk orang yang sudah terbiasa mendengarkan lagu-lagu Silverchair sepanjang 1995-2001, jujur gw shock mendengar lagu-lagu yang ada di album Diorama ini. Sungguh melenceng dari kesan sebuah band beraliran grunge. Jangan harap nemu lagu macem “Israel’s Son”, “Freak”, atau yang parah, “Spawn Again”. No no no.... di album ketiga (Neon Ballroom) aja, jenis beginian udah langka, naah di album Diorama, lebih langka lagi!

Selaen musiknya, liriknya pun makin bermajas. Tidak sekedar teriak menyuarakan isi hati, tapi jadi lebih puitis (in a grungy kinda poetic I must say).

Album dibuka dengan sebuah lagu yang sarat orkestra berjudul “Across The Night”, yang sama sekali tidak menunjukkan gigi gahar sebuah band Alternative-Grunge (atau entah apalah nama genrenya). Lagunya justru cocok jadi pengantar tidur. Ditambah dengan durasi lagu yang lebih dari 5 menit. Kombinasi yang pas sekali. Padahal, kalo diperhatiin liriknya, sepertinya dibuat karena Daniel sirik sama orang-orang yang bisa tidur pules, secara dia penderita insomnia akut bukan? Hhee..

Dilanjutkan dengan the hit single “Greatest View”, naah, ini baru gw kebangun dengan musiknya yang up-tempo (gw gak bagus banget sih ngedeskripsiinnya), walau begitu, massiiih juga dengan iringan orkestra, dan lirik yang mendayu. No angst at all, walau lirik awalnya berbunyi “You’re the enemy, the fungus in my milk”, tapi ditutup dengan kalimat indah “I’m watching you, watch over me, and I got the greatest view from here”. Seperti mengatakan kalau ia benci ketagihan akan sesuatu, namun pada akhirnya, sesuatu itu adalah hal terindah yang dimiliki. (is Daniel talking about the ‘shroom?)

Lagu-lagu selanjutnya, bisa dikatakan proyek gila-gilaan ini band. Selain durasi lagu yang mayoritas hampir 5 menitan, musiknya pun gak cuma menyodorkan gitar-bas-drum enteng yang biasa diusung oleh band beraliran senada. Justru band ini menggabungkan banyak komposisi musik yang bagusnya, gak terlalu berlebih dan malah bikin mereka keilangan jatidiri sebuah nama ‘Silverchair’.
PAS. Mungkin itu kata yang tepat.
Harus diakui, walau sudah menyusut, aroma grunge dalam album ini masih terasa, biarpun ditumpangi musik orkestra disana sini.

Album ini ditutup dengan lagu berjudul “After all These Years” (entah deh, Across The Night versi demo masuk di album aslinya apa enggak). Lagu 5 menitan ini dibuka dengan alunan piano. Iyaaa! Piano! Solo pula. Kemudian diisi dengan vokal Daniel yang halus, mengalunkan masa-masa indah mereka bersama sebagai band, melalui segala uphills and the downs.
Saat lagu ini berakhir, kembali dengan solo piano, sepertinya memang pesan yang akan disampaikan jelas: “We’re gonna take a long break, folks!!” (yang menjadi kenyataan karena toh baru 5taonan kemudian mereka release album baru bukan?)

Overall, untuk Diorama ini, memang gak salah kalo ditasbihkan sebagai masterpiece-nya Silverchair.
Menyenangkan juga mendengarnya. Njlimet tapi menyenangkan.
Bisa dikategorikan juga sebagai: Berani.
Untuk kadar sebuah band aliran grunge, ini band termasuk yang berani ambil loncatan berbahaya.

Sebagai contoh proyek ambisius dari album ini adalah highlight di album ini, mungkin semua pecinta Silverchair akan meng-amin-inya..... “Tuna In The Brine” yang asli deeh syaiiiiikkkk buanget! Berasa sebuah opera musik yang menggelegar. Harus diacungi sepuluh jempol buat aransemennya.

Sebuah proyek ambisius yang mau menunjukkan kalau mereka tidak hanya sebuah band beraliran grunge, tapi sebuah band yang punya skill bermusik tinggi dan mau nunjukkin kalo grunge tidak hanya sekadar gitar-bas-drum dan lirik penuh kekelaman. Grunge juga bisa muncul dalam sebuah musik orkestra yang njlimet dan butuh usaha buat dengerinnya.
Memang bukan sebuah rock progresif atau theatrical rock gitu, tapi benar-benar memberikan napas baru untuk musik aliran sejenis mereka.
Way to go guys!

Memang, proyek super ambisius ini ada konsekuensinya, yaitu... kecapekan.
Buktinya? Hampir 5 taon waktu yang dibutuhkan mereka untuk membuat album baru yang kalo dibandingin sama DIORAMA, memang sedikit melenceng dari harapan. Mungkin kalo didenger-denger nih, di album terakhir, justru mereka sedikit lebih... karnaval dan bersenang-senang? Hehe...

Anyway....
Glad finally found this album. Seenggaknya, sekarang gw sudah resmi menjadi their fan, memiliki seluruh albumnya ^_^V

Gw sendiri jadi bisa merasakan pergerakan band ini dari yang umurnya 16taonan sampe 29an taon.
Jadi terbaca redline-nya sih kenapa kok Silverchair bisa mengeluarkan album semacam “Young Modern Station”. Selama ini kan, gw bersungut-sungut dengan album terakhir mereka itu, kalo sekarang, mendengarkan album-album Silverchair jadi berasa mengalami semua fase kehidupan dari masa remaja sampe Young Adulthood gini, hehe.

Hmm... pretty much growing, indeed!!

_________________________________

Kickin’ the ears: After All These Years

Monday, September 08, 2008

Silverchair “Young Modern Station”: A Growing Chair


Oke, lagi-lagi gw membahas musik yang baru gw donlot: albumnya Silverchair yang berjudul “Young Modern Station” (YMS).

Harus gw akui kalau masa remaja gw dihabisi dengan melahap tiap track dari band asal Australia ini. Well, what do you expect? Grunge music, rebelious lyrics full of angst and darkside, cool-looking-teenagers... all in one-wrap called Silverchair (that day). Intinya adalah musik Silverchair pada jamannya itu sangat sealiran dengan aliran hidup gw. Mungkin sebenernya sih, musik mereka tuh memper Nirvana (yea, bahkan vokalisnya dibilang titisan Kurt Cobain), hanya saja, satu hal yang membuat lagu-lagu mereka menjadi anthem kehidupan remaja gw adalah karena mereka satu umur sama gw. Jadi bisa dibilang, we both walk in the same line.

Album yang asli gw miliki sampai saat ini berhenti di album ketiga yaitu “Neon Ballroom”. Album keempat dengan sangat menyesal tidak gw miliki, hanya merekam hits singlenya aja (The Greatest View) dan album kelima mereka, YMS, baru aja gw donlot sekitar semingguan lalu (walau keluarnya sih udah lebih dari setaon lalu).

Yang membuat gw tertarik, tentu saja diawali dengan berita kembali masuk dapur rekamannya ketiga cowok ini untuk membuat YMS. Namun setelah mendengar hits single pertamanya, “Straight Lines”, gw hampir mengira kalau Silverchair udah rombak personil dan gak ada satupun yang orisinil keanggotaannya dari taon ’95 dulu.
Apa yang gw denger sebagai single terbaru Silverchair di taon 2007, amat teramat berbeda dari apa yang biasa disebut single dari band ini selama kurun waktu 10 taonan dari taon ’95 itu. No more grunge. Hampir gw menangis saat mengetahui itu, “kemana penyanyi lagu kebangsaan remaja gw?”

Walau begitu, setelah mendengar sekian kali single terbarunya itu, gw pun berdamai dan pada akhirnya memutuskan untuk kembali mengujungi situsnya yang udah gak pernah gw buka sejak gw lulusan kuliah. Apa yang terjadi adalah neraka buat gw: bukan cuma musiknya yang berubah, MUKA mereka pun berubah! Sempet curiga mereka memang rombak komposisi personil saat gw tidak juga menemukan muka tirus berkulit pucat dengan rambut gimbal serta tubuh kurus menjulang milik Daniel Johns sang vokalis. Yang gw temukan adalah seorang laki-laki dengan tubuh sedikit berotot, rambut coklat cepak, dan.... wajah yang dihiasi kumis dan jenggot. Hampir gw kira mereka merekrut vokalis jenggo asal Meksiko. Terlebih dengan koleksi tattoo di badannya yang menurut gw sih, gak artistik banget.
Nyatanya, di situ ditulis dengan jelas pada caption foto: DANIEL JOHNS. *Klontaaanggg*

Yeah... indeed everybody’s changing kaan?

Yasud, physical appearance mereka memang berubah, dan single pertama mereka juga berubah. Mungkin saja ini sekedar trik jualan mereka bukan? Mungkin saja hanya satu single mereka yang tidak lagi menggusung warna grunge. Dengan keyakinan itu, gw pun memberanikan diri untuk memutar media audio dalam situsnya yang dengan baik hati menyediakan secara gratis seluruh isi albumnya, sebelum album itu keluar di pasaran (waktu awal 2007).

Apa yang menjadi keyakinan gw, secara perlahan meluruh, karena tidak juga gw temukan warna nada grunge sebagaimana gw temukan di album “Frogstomp”, “Freak Show”, maupun “Neon Ballroom”. Nyatanya, mereka memang sudah berubah menjadi “A Strangechair” (at least to me).

Namun saat gw membaca interview Daniel mengenai album-album mereka, gw pun menyunggingkan senyum. Dia bilang, “...The way I see it, the first album was naivety, the second one was anger, the third one was depression and the last one was escapism. Young Modern is all about acceptance. It's about embracing who we are as band and just really enjoying ourselves because that's all that really matters...” [taken from the official site]

Well, mungkin memang begitu adanya. Bagaimanapun, gak ada satu manusia yang tidak bergerak maju dalam perkembangannya bukan? Tidak ada tetap berdiri di satu tempat, atau malah berjalan mundur. Semua bergerak maju, berubah, apapun jenis perubahannya. Mau menjadi aneh, buruk atau malah menjadi spektakuler, toh pada akhirnya, ia pun masih punya waktu untuk kembali berubah, selama dirinya belum berubah menjadi debu. Bukan begitu?
I think, Silverchair indeed changes. Dan mungkin saja di album yang kemudian, mereka pun akan kembali berubah.

Minggu lalu, gw pun memutuskan untuk mendonlotnya (the full album). Seenggaknya, bisa jadi pengingat gw bahwa masa remaja akan tetap menjadi milik kita di saat remaja. Sedikit aneh juga kalau diusia yang sudah jauh dari belasan tahun masih memiliki sifat angst, rebel without a cause, escapism dan larut dalam kegelapan yang kelam. Hmm...

So, untuk beberapa waktu ini, gw lagi menikmati duduk di “kursi asing” sambil sedikit menyesap segelas kopi dingin, lalu mendecak “changes do you good, babe!

___________________________________

kickin’ the ears: "Reflection of A Sound"


oo, btw, i must admit that in this album, one thing that they finally found: a LIFE. Glad to know that. Although, well, Dan’s vocal is not as great as the studio album when they’re performing live (yes, indeed, i only experienced their live-act thru YouTube)


(ps: image cover YMS diambil tanpa permisi dari situs http://funkysouls.com ^_^V)


Monday, September 01, 2008

Penyakit Musiman itu Bernama: “Drama Asia Fever”


Jangan tanya deh berapa banyak drama Asia yang udah pernah gw tonton, karena pada kenyataannya adalah... gak banyak-banyak amaat! Terhitung pake jari kok.
Tapi biarpun ‘gak banyak-banyak amat’, virus penyakitnya nih klo udah menjangkit, sulit diberantas. Indikasi paling jelas di mata adalah mata gw yang memerah (akibat begadang ngabisin satu judul drama) tapi bibir membentuk parabola lebar (akibat adegan-adegan lucu yang masih terpeta di benak) dan cenderung mendadak ‘space-out’ (yang menandakan gw tengah ngelamunin adegan tertentu).

Haaah...
Inilah sebabnya kenapa gw menekankan pada diri sendiri bahwa drama Asia itu GUILTY pleasure yang harus dihindari. Because this fever could last for weeks.
Itu baru satu judul drama. Gw gak bisa ngebayangin juga sih, klo gw ngerapel nonton banyak judul, mungkin bakal gila gw, hihi.

Tapi memang harus diakui sih klo gw lebih menikmati drama Asia, khususnya yang berdurasi gak panjang-panjang amat dan ceritanya ringan, karena menurut gw, selaen ceritanya yang seger, pemainnya yang juga ‘seger’, gw sangat menyukai ekspresi para pemainnya yang umumnya bisa maenin emosi. Bikin penontonnya terpaku dan ngerasa sesek.

Bandingkan dengan Shi*netron Indonesia yang sumpah deh, keseringan pemaen syuting sendiri dan malah gak dapet emosinya. Ngerti sih, ngejar setoran.
Tapi sekedar saran buat orang-orang Shi*netron Indonesia niih, daripada bikin cerita yang sengaja dipanjang-panjangin sampe ratusan episode, mending bikin cerita yang singkat, padat, jelas menyentuh. Maksimal 20an episode deh, ditayanginnya sekali seminggu aja, biar penasaran.

Well, tapi klo ceritanya singkat, padat, dan jelas menyentuh, tentunya sangat tidak menggambarkan maksud dari SHI*(netron) itu sendiri yaa?
The shitte it gets, then it’s a Shi*netron confirmed.

Hahaha...

Anyway, back to the fever I got, berhubung gak ada obat pembasmi virusnya, mau gak mau, gw pun menikmatinya aja (halaah, alesaan!), hahaha!
Dan yaa, hari ini udah genap 5 hari gw mengidapnya.
Maasiih cengar cengir sendiri. Massih suka mendadak menerawang jauh.
Masih juga sibuk surfing the net nyari soundtracknya en nyari berita seputar drama itu.

Intinya: masih “sakiittt

_________________________
[on ears] white love story (ini OST-nya film apa cobaaa??? ^_^V)