Monday, September 18, 2006

BOOKS and A CRYING EAGLE

.The Namesake.

Jumat lalu akhirnya gw beli juga buku itu. Sebenernya sih, gw juga gak tau apakah buku ini menarik ato engga. Tapi, secara gw selalu mengikuti naluri, jadi yah buku itu pun gw gabungkan dengan satu buku yang nantinya akan dijadikan kado ultah seorang teman.



(Jhumpa Lahiri: The Namesake)

The Namesake. Itu judul buku yang akhirnya gw beli. Satu hal yang membuat gw tertarik adalah satu line yang tercantum di resensinya: “tapi sebenarnya apakah makna di balik nama?”
Begitu. Itu yang bikin gw akhirnya membelinya. Walau, gw harus siap-siap merasa bosan dengan alur cerita orang India, hehehe.


Baru hari ini (senin pagi, red), gw memulai bab satu dari buku itu. Seperti bayangan gw sebelumnya, sedikit membosankan di awalnya. Atau, ini akibat gw masih terkena imbas buku yang lebih menarik yang sebelumnya selesai gw baca?

Entahlah. Hopefully, bisa gw tandaskan dalam waktu yang tak lama.
Dan hopefully juga, I can get something from it.

_________________________________________

.A Crying Eagle.

Jumat malam itu, di perjalanan pulang, gw baru memperhatikan sesuatu. Sebenernya udah dari sebulan lalu dia disana, hanya saja, malam itu mendadak gw seperti merasakan kepedihan dirinya.


Entah dari mana, tetangga gw bisa mendapatkan seekor elang hitam. Instead of melepaskannya dan membiarkannya terbang bebas, tetangga gw memperlakukan elang itu dengan sadis (menurut gw), dengan mengikat kakinya dengan rantai di pagar, dan entah apa yang terjadi dengan ekornya yang tinggal setengah itu.


Seringkali, saat gw pulang dan berjalan pelan di depannya, gw menatap kedua matanya dan tampaknya tak ada kehidupan disana. Hanya jiwa yang kosong.


Dan di jumat malam itu, kala seluruh makhluk sudah terlena dalam mimpi indah, hanya elang itu yang masih disana. Terdiam dalam dinginnya malam, memandang lurus tanpa gairah kehidupan. Bagai merintih menangis tanpa setetes pun air yang meleleh dari kedua matanya. rasa perih yang teramat sangat ketika kebebasan diri direngkuh tanpa sempat dicicipi. Seakan hidup baginya hanya menghitung detik demi detik hingga tiba akhir masanya tanpa benar-benar melebur dalam jiwa kehidupan.


What is life when you are being caged? What is life when you are being tied down? What is life when you have wings to fly but can not spread them and fly high up to the sky?
____________________________________________________

.Samurai: Aki no Hashi.



(Takashi Matsuoka's Aki No Hashi)

Bangsawan muda itu bertanya, “Bagaimana kudapatkan kata-kata yang tepat
untuk mengutarakan perasaan hatiku?
“Perasaan paling dalam tidak mungkin diungkapkan dengan kata-kata,

tetapi ditunjukkan semata.”
“Kalau begitu tak ada harapan,” kata bangsawan muda itu.
“Tak seorang pun akan mengerti aku,
dan aku takkan mengerti siapa pun.”
“Tidak begitu. Mereka yang paling dekat denganmu akan mengenalmu paling baik

dari apa yang tak kauucapkan, dan kau akan mengenal mereka dengan cara yang sama.”

Aki-no-Hashi (1311)


Sebuah buku yang akhirnya tamat juga, setelah melalui berbagai waktu penuh keterbengkalaian.
Sebuah buku yang saat lembar terakhir itu selesai dilumat, menyisakan sebuah sensasi yang tak terpetakan. Gabungan antara rasa penasaran, rasa puas, rasa sedih, rasa marah, sampai satu rasa yang membuat bibir ini tersenyum. Bagi gw, buku ini menyimpan misterinya sendiri yang terus dibawa hingga buku ini selesai dibaca.

Salah satu bait pembuka chapter yang paling gw suka adalah bait yang gw kutip itu. Bait yang membuka chapter “Lord Apel”. Sebuah bait yang bicara tentang cinta. Sebuah rasa sederhana yang mampu membuat kerumitan tak terhingga dalam hidup ini.

_________________________________

di penghujung hari jumat itu juga, gw berhutang pada kebaikan seorang teman lama.
untuk MRD, I owe you a lot. Thanks. It meant so much. though mom got suspicious, hehehe. mom's intuition i supposed??

No comments:

Post a Comment