Tuesday, October 28, 2008
My ‘Another Frenemies’: Headphones
Beberapa waktu lalu, baca berita ini di salah satu majalah wanita kosmopolitan (yaah, ketauan deh) terbitan bulan lalu sepertinya. Berita itu bunyinya kurang lebih begini....
“headphones yang sering kalian pake untuk mendengarkan MP3 player ato player laennya, percaya ato enggak, mengandung 700kali (ato juta?) bakteri jahat...”
Eekkss!!! ‘@,@’ [*klontaaaanggg*]
Sedetik setelah baca itu, gw pun menatap headphones HP gw yang masih menggantung-gantung di leher, dengan satu alis terangkat dan tatapan sedih. Maklumlah, dia adalah benda paling berjasa dalam memompa adrenalin gw tiap pagi dengan mengalirkan beat-beat tinggi ke kedua telinga gw. Daan, itu terjadi setiap hari. 365days. Kalo gak gitu, bisa dipastikan mood gw akan terombang-ambing layaknya sampan mungil ditengah lautan lepas. And I bet you wouldn’t want to mess-around with me ^_^V
Lalu gw teringat lagi akan headphones super-ear-sealed (layaknya headphones buat rekaman di studio gituuh) yang dengan setia menempel di kedua telinga selama 8 jam gw mengabdi di depan komputer (gawe maksudnyaaaahhh) dan mengalirkan percikan-percikan energi ke tubuh gw.
Kalo diitung-itung, jadinya udah berapa banyak bakteri yang berkembang biak dalam tubuh gw yaa??
Aaaakkkhh!!! Tidaaakk!!!!!
Haruskah gw menanggalkan mereka semua demi terbebas dari bakteri?!! >,<
Sekian detik berlalu setelah gw memikirkan hal itu (menanggalkan headphones selamanya), dan gw pun kembali menyumpal kedua telinga gw dengan bantalan hitam yang mengalirkan percikan energi itu.
Maaf!!
Berhubung saya SUDAH sakit (mentally illness lebih tepatnya ^_~ V), maka dengan ini diputuskan bahwa saya TIDAK akan peduli dengan 700juta ato 700 trilliun bakteri yang nempel di headphones dan kemungkinan besar mereka bertransmigrasi ke tubuh gw lewat kedua telinga ini.
KISS my F#@#$ A^^ (eeh, EARS yaa??) dear bacteries!!!
Kyahaha!!
______________________________
Kickin’ the ears: masih Laruku (kali ini gabung sama koleksi anime^^) - - - ini adalah usaha gw buat terbiasa dengan bahasa Jepun, sebelum gw memasuki sebuah rumah dan digodok habis-habisan disana dengan huruf kanji, KYAHAHAHA!!!! [ketawa devil mode: SUPER ON]
Oohh, Jangan galak2 ngajarnya yaaa.... *inget HYDE, Ken. Inget HYDE. 2011 ketemu HYDE. Pasti kamu BISA!*
Friday, October 24, 2008
Facebook: my worst frenemie
Yang terlintas di benak gw cuman, “haruskaaahhh???!!!”
Bukan berarti ‘haruskah gw membuka Facebook’ itu, tapi lebih tepatnya adalah, ‘haruskah gw membuat komputer gw hang dan kehabisan memory hanya karena gw buka Facebook??’, begiiitthhhoo.
Entah sejak kapan, komputer gw emang melakukan permusuhan besar-besaran dengan Facebook. Bilamana gw membuka situs yang satu itu, maka window-window lain akan mengalami kelambatan proses yang amat drastis, lalu bila kasus ini didiamkan hingga lama, maka bisa dipastikan komputer gw akan hang –sengehang-ngehangnya daaaahhh-, dan itu berakibat gw tidak lagi mampu membuka YouTube, maupun menulisi blog ini.
Maka pilihan yang ada buat gw adalah:
So... i choose the last one: ‘gak buka Facebook’
Jadiii... biarpun gw punya account di facebook, gw termasuk orang yang pualiiiiingggg muales untuk melakukan update apapun itu termasuk nyari konco. Maap sumaap daaah.... life is a matter of choice toh? Hahaha.....
Mangkanya lagi, when it comes to facebook, then I’m totally idled.
Bener-bener gaptek abis sama facebook, dan bisa terbengong-bengong dengan notifikasi ato invitation ato request yang muncul di halaman profil gw. Lalu ditengah kegaptekkan gw menceklak ceklik semua icon itu, muncul kotak pesan yang menyebalkan: “out of memory” di layar kompi, dan kompi gw pun pundung gak mau proses apa-apa.
“PUSSSIIINGG GWWW!!!”, gitu tereak si kompi.
Jadi yaaa.... daripada gw bikin kompi ini mbleduk trus gw diamuk sama si IT jutek itu lalu ditendang dari Aquarium ini, maka gw pun berdamai dengan mood kompi gw yang bener-bener mirip sama yang makenya (gw maksudnya), angot-angotan dan bener-bener milih kelancaran sambungan disesuaiin dengan situs yang dibuka.
Herannya, giliran gw donlot aja, ini kompi sangat bersahabat, bekerja cepat dengan sambungan yang lancar beeng, bikin gw sedikit merasa tidak bersalah sama sekali, gyahahaha!!!!
Oooh, Facebook... are you a friend or a foe?
_______________________________________
Monday, October 20, 2008
Pelangi: Sebuah Jembatan..... kah?
Gak maksud sih mau ngebanding-bandingin, tapi pemikiran ini udah muncul sejak kemunculan sebuah band lokal beberapa tahun lalu, namun dengan cepat terhapus dari benak tatkala mengindera band itu melalui pancaindera komplit. Akan tetapi, pemikiran ini muncul lagi saat single barunya muncul beberapa minggu lalu.
Apa coba yang gw bicarain?
Kalo ada hubungannya dengan “Pelangi”, pasti tau dong band lokal sama bukan-lokal mana yang gw omongin itu?
Hm...
Pertama kali denger band lokal itu, dari temen gw yang kebetulan banget selalu nonton band ini sebelom band ini ngeTOP. Komentar gw, “NIJI???!! Laruku?!”
Temen gw bilang (entah emang begitu adanya ato ini hasil karangan temen gw), “iya, terinspirasi dari lagunya Laruku, mereka emang suka ama band itu, tapi musiknya sih Britpop gitu kok. Cenderung Radiohead gitu.” [walau saat gw liat mereka sih, gw bilang bukan Radiohead, tapi Coldplay, terlebih cara vokalisnya si Giring itu nyanyi... alamaak... Chris-Martin-wannabe yaak?? ^_^]
Saat mendengar cerita temen gw tentang band-lokal itu, gw mendengus geli dan membatin, “gak cukup apa satu band-lokal penjiplak band asal Jepang itu muncul disini? Asal jangan ujung-ujungnya nolak disamain aja, kayak nasib band-lokal-penjiplak-tapi-gak-mau-ngaku itu” (padahal gw suka juga ma Jerok, tapi kenapa mereka musti banting tulang ngebantah disamain kalo pada dasarnya emang mirip sama band Jepun itu yaak?? Bukannya berterimakasih udah ngasih inspirasi, malah sok2an gak mau dibandingin.)
Eniwei, back to the topic daah...
Udah tau dong, siapa yang gw bicarain?
Ehum, “Niji” dan “Laruku”. Walau mungkin aliran musiknya beda, tapi secuil fakta membuat mereka cukup mirip, dan lucunya, semua dinaungi oleh satu kata: “Pelangi”, makanya gw bilang “pelangi itu jadi seperti jembatan”. Begini nih si “Pelangi” itu menjembatani dua band beda negara, beda dekade itu (mo nyebut beda rupa, gw gak enak ati... ^_^V).....
- Nama band Rock asal Jepang, “L’Arc~en~Ciel” (ato Laruku~an~Shieru), diambil dari bahasa non-Jepun (Prancis tepatnya) yang arti harfiahnya kira-kira “Ark in the Sky” yang dimaksud adalah “Pelangi”.
- Nama band lokal, “Niji”, diambil dari bahasa non-Indo (Jepang tepatnya), yang arti harfiahnya adalah “Pelangi” (gak tau sih apakah benar terinspirasi dari Lagunya Laruku juga)
- Pada taon 1997, L’Arc~en~Ciel mengeluarkan single berjudul “NIJI” yang kemudian dijadikan sontrek sebuah film anime yang bercerita tentang petualangan seorang Samurai, judul animenya “Samurai X”
- Kurang lebih sepuluh taon kemudian (2008), Niji mengeluarkan single baru berjudul “Laskar Pelangi” yang jadi sontrek sebuah film petualangan berjudul “Laskar Pelangi”
Fakta lainnya? Keduanya termasuk band yang ada dalam list favorit gw, walau kadarnya tentu berbeda 180 derajat, hihi. Mangsudnya, klo “Laruku” gw bela-belain nabung buat beli CD aslinya, klo “Niji” cukuplah gw sedot dari koleksi orang, hihi. Nah, kebaca dong kadar kemaniakan gw akan kedua band itu? ^_^V
Secuil fakta diatas bukan ditampilkan untuk mendiskreditkan satu atau kedua band sih tepatnya, hanya sekelibat terlintas dibenak tatkala denger single Niji yang terbaru itu saat filmnya baru mau rilis di bioskop, “kebetulankah? Atau memang “Pelangi” telah menjadi jembatan musik bagi dua negara yang berbeda?”, hihi...
[Poto diambil tanpa seijin empunya situs: http://www.missouriskies.org/rainbow/february_rainbow_2006.html]
_____________________________
Kickin’ the sights: 15th L’Anniversary dvd hasil bajakan yang cukup menyesakkan karena bagian extranya dipotong... hikkss, belom mampu beli yang asli neeeh, masih dalam tahap nabuungg buat beli smua dvd live Laruku, tapi udah nabung dari sejak gw gawe (berapa taon tuh yak??), kok gak kebeli2 juga siiih!!!... masa’ harus bergantung sama YouTube mulu? Mungkin klo history YouTube gw diperiksa dari taon 2005, isinya laruku semua... khuhuhuhu..... pissu!!^_^V
(note konser2 Laruku: sepertinya, vokalis2 band lokal harus berguru pada papi Hyde cara menyanyi yang benar dengan memBUKA rahang selebar-lebarnya dan menghasilkan vokal yang rapih dan jarang off-note. Hmm.... apa si papi ini juga belajar men-develop paru-paru cadangan ya? secara dia kan chain-smoker, kok bisa2nya dia kuat bersuara begitu??? Walau begitu harus diakui kalo di konser “Theater of KISS”, faktor usia mulai mempengaruhi stamina vokal, i hate the UMIBE version in that concert, walau penuh emosi, tetep gw gak sukaaa... >,<)
Thursday, October 16, 2008
Sebuah Ikatan Abadi
Malam minggu kemarin adalah malam penuh dilema bagi gw (yaampyuun, kesannya gw nih sibuk banget). No no no, sebenernya hanya kebingungan gw menentukan pilihan antara menghabiskan malam itu dengan nonton DVD (yang menghantarkan gw pada kebingungan lainnya: mau yang manaa?), cek imel, compose sebuah thread, nonton tivi atau yang paling menggoda iman: menghatamkan 3 buah CD yang siangnya dengan penuh napsu gw rampas dari rak 2 buah toko musik (hahaha!!!)
Dan pemenangnya malam itu: sebuah film di salah satu saluran televisi.
Sebenernya, film berjudul “The Forgotten” yang dibintangi oleh Julianne Moore itu bukanlah film baru. Bukan juga sebuah film yang memiliki jalan cerita menarik atau patut diacungi jempol banyak. Akting Julianne Moore sendiri, gw bilang sih berada dalam rating *cukup baik*, gak terlalu waah (walau fokus hanya tertuju padanya), tapi juga gak terlalu memble. Yaa, *cukup baik*-lah.
Yang membuat gw tertarik dengan film ini, simply karena makna dibalik cerita itu sendiri.
Filmnya sendiri bercerita soal Julianne Moore yang kehilangan anak laki-laki tunggalnya dalam sebuah kecelakaan pesawat terbang yang misterius. 14 bulan lalu, anaknya ini bersama dengan beberapa orang anak lainnya, mengikuti program summer camp di sebuah tempat dan untuk mencapainya harus menggunakan transportasi pesawat carteran. Namun di tengah jalan, pesawat itu hilang secara misterius.
Nah, yang bikin lebih misterius lagi adalah hanya Julianne yang merasa kalau ia memang pernah punya anak yang mendadak hilang itu. Baik suaminya, tetangganya, pengasuh anaknya, semua mengatakan kalau si Julianne ini emang gak pernah punya anak. Psikolognya pun bilang, kalo si Julianne ini mengalami apa yang disebut delusi parah. Intinya si Julianne ini mengalami gangguan kejiwaan karena gak punya anak.
Gak terima dibilang gila, maka Julianne pun berjuang membuktikan kalo dia punya anak, dan anak itu sebenernya masih hidup. Apalagi dipertegas dengan ikut terlibatnya NSA (agen pertahanan amrik yang super elite gitu laah) dalam usaha penghapusan memori Julianne akan anaknya itu.
To make it short, ternyata anaknya itu memang diculik oleh makluk ruang angkasa ( oh, believe me, it is a suck-movie) dan tengah jadi bagian dalam percobaan. Jadi yang namanya makhluk ruang angkasa itu lagi mengadakan percobaan soal hubugan ibu-anak. Ternyata satu-satunya yang gak bisa melupakan anaknya, ya si Julianne ini. Berulang kali si robot berusaha, tapi gak bisa. Termasuk dengan mencuri kenangan pertama kali si Julianne melihat anaknya yaitu saat kelahiran. Tapi si robot lupa, kalau hubungan ibu-anak sudah tercipta jauuuh sebelum anak itu sendiri lahir.
End of story, percobaan itu gagal dan Julianne kembali mendapati anaknya, walau yang tahu persis kronologi kehilangan itu hanya Julianne sendiri.
Happy ending. Period.
Terlepas dari jalan ceritanya yang cenderung gak masuk akal dengan keberadaan Alien yang menculik anak laki-laki tunggal si Julianne Moore itu, cerita ini memang punya makna tersendiri.
Kenapa dari 6 orang anak yang diculik itu, hanya Julianne yang masih memiliki ingatan kuat akan anaknya, sementara orang tua yang lain tidak? Jawabannya terletak pada emosi dan cara Julianne menjalani masa kehamilannya. She embraces the new life within her, she embraces the whole experiences of having a baby. No complaining, no sighing. She really enjoys every sip of the nine months of misery.
Dari situ gw belajar kalo kekuatan hubungan ibu dan anaknya itu dipengaruhi dengan bagaimana seorang calon mama menghadapi kehamilannya itu sendiri. Semakin ia menikmatinya, semakin kuat ikatan itu terjalin.
Hmm...
Sesuatu yang cukup sulit untuk dilakukan bukan?
Maa, I’ve no idea about it, karena memang belum merasakannya dan belum memiliki obsesi untuk menjalaninya. But, justincase gw memutuskan untuk settling down and have a baby, then I shall remind myself to re-read this thread, hahaha.
Selesai film itu, gw langsung nengok ke nyokap gw yang tergolek di sofa, kecapekan abis ngurus rumah dan masak buat buka puasa.
“I love you, Mom”, that’s all I could send her thru a gently wishper.
Monday, October 13, 2008
Laruku: Terbukti Aman Dikonsumsi
I’m not gonna tell you why it’s sparkling up ur day, just search it now.
Anyway, setelah mendapatkan sekilas info tentang Laruku, silakan lanjutkan membaca thread ini, hihi.
Oke, kenapa gw bilang Laruku: Terbukti Aman Dikonsumsi?
Jawabannya memang ada di seluruh track yang sudah diedarkan band Rock asal Jepang ini ke seluruh penjuru dunia.
Beberapa waktu lalu, gw baru menambah koleksi band yang satu ini dengan album terakhirnya KISS yang masa expired-nya diperkirakan pada tanggal 20 November 2011 (20112011?), yang artinya… gw harus puas menikmati Laruku lewat hasil rekaman studio-nya doang tanpa benar-benar sukses menikmati mereka secara LIVE di depan mata gw sendiri (bukan sebatas lewat YouTube yee).
Anyway, gw tidak akan repot2 membahas isi dari album ini, karena sudah banyak dilakukan di planetblog ini, jadi silakan sekali lagi di-search dalam google blog search, dan kalian akan menemukan banyaaak sekali review tentang album ini (KISS).
Sedikit selipan pujian, I like it, thou I have to put an extra effort to really listen to it. Since I listened to it in the middle of my sleeping time, hihi. Gak nyangka aja di kepala 4, Laruku masih bisa unjuk kehebatannya. Gak tau deh, gimana nasib live performance-nya dengan usia seperti itu. Walau kalo liat physical appearance sih, mereka gak kalah sama yang usianya setengah jalan dari mereka (terlebih si papi Haido-sama ya?)
Maa, harus gw akui kalau ketertarikan gw dengan musik Rock Jepang berawal dari band ini. Dan harus diakui juga, kalau dari beberapa band Rock Jepang lain yang udah gw dengerin, gw akan kembali ke selera asal. Lagu-lagunya Laruku.
Lagu pertama yang bikin gw notice sama band ini adalah Niji, yang jadi soundtrack Samurai X the movie. Padahal, di serialnya juga ada OST yang dibikin Laruku (walau cuman buat sekian episode doang), tapi gak sukses bikin gw penasaran sama band yang satu ini, dan memulai pencarian tentangnya.
Setelah mendengar banyak track dari Laruku, gw hanya tersenyum-senyum sendiri sambil melakukan salute.
Menurut gw, Laruku memiliki komposisi yang cukup baik (kalo kata *baik* saja terdengar terlalu subjektif, maka gw tambahkanlah embel2 cukup itu, hehe), bagi sebuah band yang memiliki obsesi untuk go-internasional. Baik dari musiknya, liriknya, kreatifitas jenis musiknya, cara penyampaiannya, skill bermusik tiap personilnya, live act mereka, visual-image tiap personilnya, kelakuannya sendiri, sampe frekuensi dan isi berita yang tersebar tentang mereka, juga komitmen mereka dalam bermusik dalam satu band.
Simply in an exact formula, yang lucunya, gak membosankan.
Band yang satu ini udah beberapa kali hiatus (maksudnya *vakum*), dan masing-masing personilnya sibuk dengan proyek solo maupun maen pelem. Well, apa mau dikata, ‘perkembangan diri amatlah mendukung kesatuan sebuah band bukan?’
Tapi lucunya, setau gw, gak ada band lain yang mampu mengisi kekosongan hiatus mereka. Seharusnya saat hiatus itu, banyak band yang memanfaatkan, lalu nama Laruku hilang tertelan bumi bukan?
Tapi disinilah letak kebesaran sebuah band bernama Laruku itu. Usia boleh udah kepala 4, tapi kemampuan bermusik mereka jauuuh lebih segar dibanding band yang lainnya yang mungkin usianya terpaut lebih dari setengah usia mereka. They dare to drive themselves to the limit (muka mereka juga tetep fresh di kepala 4. heran juga gw, berapa juta Yen mereka keluarkan buat perawatan fisik yaa? ^_^V)
Koleksi musik mereka yang beraneka jenislah yang menurut gw menjadikan Laruku band yang aman dikonsumsi. Apapun jenis musik yang disuguhkan oleh band ini, mayoritas memiliki beat yang enak dan cukup bersahabat dengan telinga. Menurut gw, Laruku pun jadi pilihan awal yang tepat buat siapapun yang berniat untuk berkenalan dengan musik Rock Jepang. Walau gak ngerti-ngerti amat sama liriknya, menurut gw, cara penyampaian Hyde cukup berpengaruh untuk membuat pendengarnya menyatu dan menghayati lagu.
Itu sebabnya kenapa gw bilang Laruku itu terbukti aman untuk dikonsumsi. Dijamin kalau mengkonsumsi Laruku untuk jangka waktu lama dan dalam dosis melebihi anjuran, tidak akan membuat dirimu mati rasa, hehehe.
Maa, at least, kalaupun pada akhirnya tidak tertarik untuk mendengarkan band lainnya dari Negri Pencetak Pretty-Boys Bergaya Misterius itu, masih bisa survive bila suatu waktu berkunjung ke sebuah festival jepang (entah karena emang keinginan pribadi atau terseret). They speak in a Laruku-kinda-languange, so berbekal beberapa lagu mereka (entah donlot, bakar, ngopi ato asli), gw pastikan klo lo pasti bakal survive dan gak lost in translation ^_^.
Seenggaknya, esensi penting bernama *keeksisan diri* tetep terjaga bukan??
Hari gini masih gak kenal Laruku???!! Please deh anak SMP sekarang aja apal sama lagu-lagu dari album Laruku yang keluarnya bahkan mungkin pas anak-anak SMP itu baru lahir. Gw sendiri amazed kok, mereka dapet darimana siih? (gw soalnya gak punya, mo numpang ngebakar neeh ^_^)
Cheers!
__________________________________
Wednesday, October 08, 2008
The Traveller’s Journal Second Season: DADDY’S DAYS OUT
Akhir minggu terakhir libur lebaran kemarin, keluarga besar dari garis bokap gw, seperti biasanya, ngadain halal bihalalan. Hanya saja, yang biasanya diadakan di bagian barat Jawa (entah itu di Jakarta, Bogor atau Bandung), kini beralih ke bagian tengah Jawa. Lebih tepatnya sih di Yogyakarta.
Dari taon lalu sih sebenernya udah cukup excited dengan rencana ini, karena berpikiran bakal punya waktu buat jalan-jalan di Yogya. Tapi berhubung belom jelas siapa yang mau ikut, maka sampe sebulan sebelom hari H, belom juga gw pesen tiketnya. Untung banget, maskapai penerbangan yang termasuk dalam pioneer budget airlines di Asia itu buka rute baru: Jakarta-Yogyakarta, syenangnya... yah, cukup menghematlah sekian rupiah..
Anyway, sabtu subuh kemarin pun gw, bokap gw dan kakak gw dengan mata sepet baru bangun tidur, berbondong-bondong menuju cengkareng untuk menjajal penerbangan subuh yang take-off jam 6 pagi. Udah siap-siap sih dengan pemberitahuan “delayed”, tapi nyatanya kami berangkat tepat waktu.
Seperti apa rasanya treveling di yogya dengan seorang bokap? Well... here goes the story. Dan gw pun memberikannya judul: DADDY’S DAYS OUT, hehehe.
Enjoy the 3 parts story below then...
_____________________________
Kickin’ the ears: still the album of KISS by laruku
DADDY’S DAYS OUT: DAY ONE
07.00
Mendarat di bandara Adi Sutjipto dengan selamat sentosa (adil dan makmur?). Apa yang pertama kali menyambut gw adalah hempasan udara panas menyengat di pagi hari. Bikin gw sedikit panik. Pagi-pagi aja udah panasnya kayak gini, apalagi ntar siaaaanggggg????
Pergulatan pagi itu diawali dengan mencari hotel. Padahal sepupu gw yang di Yogya (yang rumahnya dipake buat tempat perhelatan akbar itu), udah nyiapin kamar buat ditempatin. Tapi, namanya juga bokap-bokap, adaaa aja maunya.
Apa yang terjadi bila memesan hotel dadakan disaat liburan lebaran? Yaak, jawabannya hanya satu: PENUH. Apalagi kalo nyarinya itu di daerah Malioboro, walaah jelas penuh!
Setelah sekian menit berjibaku dengan pemesanan hotel (sebenernya sih mba-mbanya yang sibuk, sementara kita tinggal tunjuk hotel dari database yang dia punya), kami pun menyerah, lalu memutuskan untuk memesan taksi yang akan membawa kita ke daerah Jl. Kaliurang, tempat rumah sepupu gw (yang umurnya itu sepantar nyokap gw!) itu.
Waaah, rumah sepupu gw itu dilengkapi dengan 18ekor kucing persia yang gede-gede dengan rambutnya yang diwut-diwut (panjang, lemes, halus gituu)!!! Menyenangkan sekali, walau gw gak bisa sih bilang betah tinggal di Yogya. Karena cuacanya itu sendiri.
10.00
Setelah mati gaya hampir selama 2 jaman, acara pun dimulai. Gak bisa bilang juga kalo gw tetep gak mati gaya. Mungkin ini dikarenakan tubuh gw yang mulai melemas akibat jam 1.30 dini hari udah bangun dan beberes (karena gw naek DAMRI yang jam 3 pagi dari Bogor), jadi setelah 8 jam dipaksa ‘up to the tempo’, badan gw udah mulai menyurut energinya.
15.00
Aiiiihh.... jangan tanya betapa bahagianya gw saat satu per satu tetamu itu mulai mengundurkan diri, padahal kan gw disitu hanya numpang yaa? Hehe.
Bantu-bantu beberes sebentar sebelum akhirnya gw pun nyungsrep di kasur udara di kamar.
Walau begitu, gw sangat bersyukur dengan sambungan opera mini di daerah rumah sepupu gw itu. Lancar bak aliran sungai bengawan solo. Makanya, gw pun tidak mengalami kebuntuan mood terlalu parah. Apalagi dengan aneka koleksi gallery di salah satu situs langganan gw, ehm ehm ehm....
16.30
Bokap gw mencetuskan ide saat gw tengah menelusuri lekuk wajah tirus di salah satu koleksi gallery situs itu. “kita ke malioboro yuk. Ada titipan buat beli baju batik dari si Anu”
Kakak gw sempet menampilkan wajah bete, sementara gw sih pikir-pikir, kapan lagi ke Malioboro!
17.00
Setelah injeksi sana sini, gw pun siap untuk melancong.
Keponakan gw (yang umurnya udah sekian taon lebiih tua dari gw ituuu) pun menawarkan mobil plus supirnya untuk mengantarkan kami. Tanpa pikir untuk nolak, tentu kami terima. Lumayaaan...
Dan seperti yang gw bayangkan....
Malioboro... PUEEEENNNNUUUHHH suesaaak.
18.00
Gw pun hanya bisa menghela napas panjaaang banget, manakala mobil memasuki areal Malioboro setelah hampir sejam kena macet. Well, whadyaexpect tooh?
... – 21.00
Kalo ditanya seperti apa rasanya mengantarkan seorang bokap mencari sebuah benda, jawabannya cuma satu: AMAZED.
Bokap gw itu ‘picky’ buanget. Yaah, nurun sih sedikit sama gw, walaupun gw masih bisa berpikir logik.
Setiap toko batik yang ada di Malioboro sepertinya udah disambangi, semua jenis baju batik udah juga gw jembrengin. Tapi bokap gw selalu keluar dengan alesan yang adaaaa aja. Entah itu kependekan, kekecilan (padahal klo minta ukurannya juga ada!!!!), terlalu seksi, terlalu besar, terlalu aneh, bahannya gak enak, gak sesuai budgetlah, pokoknya adaaa aja.
Hampir desperado juga sih, tapi gw cukup semangat manakala bokap gw bilang, “gini deh Ken, kalo kamu bilang bagus, papap ambil.”
Alhasil, di perhentian terakhir, Mirota, yang penuh sesak bak pasar malem diskonan itu, gw pun memfokuskan diri berjibaku dengan para ibu-ibu dan perempuan-perempuan yang kalap itu.
Keluar dengan sekitar 10 jenis baju batik dari kerumunan itu, bokap gw menampilkan wajah yang bikin gw DROP. Lagi-lagi jawabannya “ENGGAK”, padahal bokap gw udah janji, apapun baju yang gw suka, bakal diambil.
Olala...
Akhirnya gw dengan malas berkeliling toko itu, helpless, hopeless and lost. Mendadak mata gw tergugu pada satu set batik yang sebernya sih, bukan sebuah pilihan yang tepat buat gw. Maksudnya, gw gak gitu suka sama disain maupun coraknya.
Tanpa pikir panjang, gw lempar ke bokap gw, dan dia pun manggut-manggut. Gw langsung masukin baju itu ke kantong belanja, lalu merangsek ke tengah ruangan, memilih aneka lulur dan scrub. Lumayan buat relaksasi saat pulang ke Bogor ntaran.
22.30
Abis makan dan cari bensin ke seluruh penjuru Yogya (dari sekian pom bensin, gak ada satu pun yang pake print out. Menyebalkan!!!), sampe juga di rumah!!! Tanpa mikir panjang, langsung TIDUR, karena tau besok akan ada perjalanan tanpa akhir.
______________________________________
DADDY’S DAYS OUT: DAY TWO
05.15
RISE AND SHINE.
Mandi dan melakukan banyak sekali ritual di pagi hari
7.00
Udah cantik, udah sarapan, udah berkeliling kandang, udah ngegossip dan udah siap tempur juga untuk berkelana. Namun eh tetapi, bokap gw tuh emang the Dandy deh. Lamaaaa banget! Padahal taksi sewaan (seharian disewa udah all-in seharga 600rebu itu udah murah) udah nangkring di rumah dari jam 7 pagi.
Eerggh....
7.45
Telat 45 menit dari jadwal keberangkatan.
Berbekal banyak banget makanan dari rumah sepupu gw itu, kami pun menuju medan pertempuran pertama: Borobudur!
Jalanan menuju Borobudur siih, sepiii buanget. Supir taksi yang baik hati itu pun lancar meluncurkan mobilnya itu.
8.30
Sampe di kawasan candi Mendut, dan nyempetin dulu buat poto-poto di situ.
Terakhir gw ke candi Mendut itu kira-kira 11 taon lalu pas SMA gw ngadain RoadTrip. Aiiih... lama ya? Tapi gak ada apapun yang berubah drastis sih, kecuali keberadaan viharanya yang baru gw notice.
Saat melangkah memasuki ruang utama candi, mendadak gw disergap oleh hawa mencekam. Sumpaaahh!! Perasaan gw gak enaaaakkk banget. Gw sampe gak berani liat ke langit-langit candi, dan saat bokap gw ngambil gambar gw sama kakak gw di deket meja sajinya, gw udah pengen nangis dan terus-terusan mbathin: cepet!cepet!
Walau penasaran sama bangunan di seberang candi Mendut yang berjudul “Mendut Monastry”, gak ada dari kami bertiga yang masuk kedalamnya, karena udah pengen ngejar ke Borobudur. Maklum, udah kebayang aja betapa penuhnya candi besar itu.
09.00
Bener aja. Masuk di areal parkiran borobudur, bikin gw jiper. Busyeeet, penuh anjrrriiitt!!
Seorang mbok-mbok nawarin gw topi, begitu turun dari mobil. Tapi gw tolak. Dia nawarinnya 25rebu satu. Gw pun bilang, “25rebu itu dua, bu!”. Ibu-ibunya keukeuh, tapi ngikutin gw mulu. Trus gw pun nawar-nawarin jenis topi yang laen, sambil terusss aja jalan. Sampe akhirnya si ibu bilang kalo topi yang gw mau itu, bisa seharga 25rebu 2 biji. Iseng, gw nyeletuk, “kirain 20 bu”, gak nyangka tuh ibu lupa kalo gw udah pernah nawar seharga 25rebu 2 biji. Sampe deket batas jualan, itu topi pun dilepas dengan harga 20rebu untuk dua biji. Hakk... walau gitu, udah dikejar satpam juga sih tuh ibu-ibu, jadi kasian juga. Gw pun membayar 20rebu untuk topi-topi itu.
Tinggal kakak gw yang ngernyit geli, “bukan tadi topi ini lo tawar 25 dua?”
Gw hanya gangkat bahu, “yah,ibunya ngasih, masak gw tolak dapet 20 dua? Masih untung gak gw tawar 15 dua”
“sadiiis”, desis kakak gw ngeri.
Yaah, eniwei, berbekal sebuah topi, sunglasses dan kamera, gw udah merefleksikan seorang turis beneran! Hoahahaha!!!
Alhasil, mereka berdua hanya sanggup sampai di halamannya aja, sementara gw meneruskan hingga ke puncak. Gak seru sih, karena foto gw di puncak tuh gak ada. Mau minta tolong motoin sama orang juga ngeri. Yaah, enjoy the view ajalah walau harus berdempet-dempetan, sesek2an dan panas-panasan.
Oia, dengan dandanan gw yang seperti itu, banyak yang ngira gw turis dari Jepang kesasar dari kelompoknya (pas-pasan soalnya ada turis2 dari Jepang), halllaaah....
Balik lagi ke Mendut buat ambil miniatur statue warna putih yang udah bokap gw taksir setaksir2nya, sementara gw yang penasaran sama “Mendut Monastary” itu pun akhirnya masuk ke situ. Ternyata Wihara ya. Masih aktif dan gw berpapasan sama biksunya juga. Aiiih...
Iiiihhh!!!
Perjalanan ke Kopeng itu yaaa, JAUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUHHHH buanget!
Jauh sejauh-jauhnya, dan sepanjang mata memandang, hanya ada pemandangan pedesaan. Dah titik.
Tapi apa boleh buat. Namanya juga ikutan program “DADDY’S DAYS OUT”, jadilah nurut aja bokap gw mo ke mana, bukaaan???
13.00
Bayangkaaaaannn!!!
Selama 2 jam lebih di perjalanan tanpa akhir.
Dan yang gw notice adalah pergerakan jam di Yogya itu, terasa lambaaaaaannnn buanget, jadi terasa menyiksa. Terlebih dengan cuaca yang terik akibat 3 bulan tanpa air membasahi bumi. No wonder muka gw berasa dikasih bedak ekstra sama pasir yang beterbangan dengan penuh suka cita memenuhi udara.
Sesampenya di Kopeng, gw hanya terbengong-bengong. Daerah ini tidak mengalami perubahan berarti sejak 20 taon lalu gw sambangi!! Eduuun. Statis skali!!!
Di Kopeng, hanya numpang makan.
Bokap sama kakak gw dengan teganya menyantap dengan rakus 20 tusuk sate kelinci, sementara gw pun memberanikan diri untuk menikmati soto ayam mecin (saking banyaknya itu MSG yang ditumpahin di mangkok makan gw!!!) dan satu tusuk sate kelinci (hasil paksaan kakak gw buat nyobain. Padahal di tawangmangu, gw menikmati sate kelinci juga. Aneeh bener gw!).
Lumayanlah perut gw cukup kenyang (kenyang???? Gw menghabiskan satu mangkok nasi soto Mecin seporsi kuli yang bikin kakak gw Amazed kok!! Itu sih lebih dari kenyang!)
Dan saat meninggalkan Kopeng, gw pun dibuat shock dengan beberapa kepala kelinci yang digantung di sebuah restoran sate. Sumpaaaahhh!!! Bayangan itu gak bisa ilang dari benak gw hingga sekarang! Gw termasuk pemakan segala, tapi klo disuruh liat kepala kelinci digantung siih, gw angkat tangan deeh.
15.00
Dari Kopeng, kami menuju kampung halaman bokap gw: Boyolali.
Mau nyekar makam Eyang Kakung sama Eyang Putri.
Letak makamnya sendiri berada sedikit keluar dari kabupaten Boyolali (di Ampel klo gak salah)
Cukup mengharu biru saat sampai di makam. Entah mengapa, jadi bikin gw mikir juga soal idup ini.
Eniwei, setelah dari makam, mampir dulu di toko “Abon Burung” (abon sapi cap Burung tepatnya) langganan bokap gw yang tempatnya gak jauh dari makam (cuma beda beberapa gang dari jalan rayanya sih). Tokonya sendiri, bener-bener toko tua jaman Belanda. Seru juga. Jangan harap deh ada plang gede tulisan itu nama toko, ato etalase yang meriah. Malah gw pikir ini toko tutup. Tapi begitu masuk, yang belanja mbludak. Gak tanggung-tanggung sampe ratusan ribu rupiah dirogoh dari kocek mereka tanpa ragu.
Emang pepatah “don’t judge a book by its cover” itu berlaku dimana aja ya...
Belanja ini itu
16.00
Masuk ke daerah Boyolali, suasana kota yang satu ini, mirip sama Cianjur. Mirip banget dehh.
Apa tujuan selanjutnya? Prambanan.
Entahlah, apa candi yang satu itu masih buka ato enggak, yang penting, coba aja dulu (seperti yang diucapkan oleh si Pak Supir yang baik hati itu)
17.28
Sampe juga di daerah Prambanan, dan tanpa pikir panjang, atas saran si Pak Supir, kami pun melesat turun dan mengikuti rombongan bis yang juga telat nyampe itu.
Judul yang tepat dalam kunjugan ke Prambanan sore itu seh sebenernya: “The Real Amazing Race Asia”, kenapa? Karena nyari loketnya aja penuh perjuangan. Belum lagi, pas sampe di loket, yang jaganya udah tereak “lima menit lagi tutup!!!”
Hiyaaa!!! Cepet-cepet beli, cepet2 melesat ke komplek percandian, cepet2 poto-poto. Gila, kejar2an sama cahaya soalnya, biar bisa dapet gambar candinya.
Sayangnya sih, untuk ke candi Shiva-nya, udah ditutup. Jadi, hanya bisa poto-poto di sana sini sekitaran candi aja.
Pas beranjak maghrib, kita masih usaha poto, sampe pak satpamnya kasih ide ke kita buat liat prambanan di waktu malam dengan lampu sorotnya itu. Pak satpamnya bilang, kita keluar nanti lewat pintu selatan, lalu nanti dianter sama dia ke parkiran.
Nah, pelajaran yang bisa diambil sore menjelang malam itu adalah, “jangan pernah punya niat buat dapet foto bagus kalo kameranya sendiri gak mendukung!!!” hahahah!!
Hasilnya tetep aja gelap.
Dan lucunya, pintu selatan bener-bener dikunci!!!! Aiiiiiihhhh!!!!
Terpaksa muter-muter dan nemu lagi pak satpam yang tadi, sepertinya sih terjadi miskomunikasi antara satpam satu sama lainnya. Alhasil, keluar lewat taman Prambanan itu yang jauhnya najis banget!!! Jalan secepet-cepetnya, gak juga nemu pintu keluar. Jauuuhhhhh!!!! Mana jalan kaki, mana gelap, mana cuman bertiga, mana dingin, mana serem, mana bawa kakek2 (bokap gw maksudnyaa), ampppyuuuun daaah. Gini nih klo punya sifat turunan, “ngeyel nan bandel”
Setelah menginjakkan kaki di pintu keluar, langsung menghela napas lega: “WE’RE OUTTT!!!
Tujuan selanjutnya: PULANG.....
20.30
Sampe rumah, makan, mandi.... TIDUUURR!!
Uugh, saat nemu aer, rasanya gak mau keluar kamar mandi. Rasanya badan ini langsung bersih dan seger.
_______________________________
DADDY’S DAYS OUT: DAY THREE
Sebenernya sih, hari ini itu banyak sekali agendanya: ngunjungin eyang dari garis nyokap (kakaknya eyang), nyekar eyang dari garis nyokap (adeknya eyang), nengokin rumah eyang dari garis nyokap (adeknya eyang).
Tapi berhubung bokap gw sukaaa banget pake jam karet, alhasil 3 acara itu pun gagal dijalani. Malah ke rumah eyang pun hanya bisa poto di depan pintu rumahnya doang, gara-gara kuncinya dipegang sama eyang putri (adeknya eyang gw) yang udah berangkat kerja ke kantor dan gak ada siapa-siapa di rumah itu. Aiiih.... maniiis!!!
Alhasil mengunjungi rumah eyang yang laen... eyang Sultan (hehehe, ini sih, eyang seluruh umat Yogya) di Kraton. Di sana pun gak lama, cuman sekilas inpo, poto sana sini sana sini.
Baru setelah itu, beli oleh-oleh di 25 yang pabriknya cuman selemparan batu dari rumah eyang itu, hehehe. Belanja belanji, dilanjutkan dengan... ke BANDARA.
Di bandara, jadwal pesawat sebenernya jam 16.30, tapi kita udah nyampe jam 1 siang. Alhasil, makan siang aja dulu di resto padang mahal disitu, abis dimana lagi coba?? Mau di gudeg bu Tjitro yang deket bandara, juga repot bawa2 barang kaliii.
Sekali lagi, kakak gw dibuat amazed dengan porsi makan gw yang udah ngabisin nasi satu porsi, masih juga ngabisin sisa nasi dia. Well, beginilah napsu makan tukang kuli panggul.
Oia, pergi sama kakak gw ma bokap gw, juga bikin gw punya occupation baru: porter/kuli panggul.
Secara tas yang paling berat harus gw bawa, sementara backpack gw gak bisa dibilang ringan akibat sekian kilo abon yang terselip didalamnya. SADIIISSS.
Setelah melakukan re-arrange tas, kami pun check-in di counternya. Baru jam 14.25.
Iiikkhh!!!
Alhasil gw pun menghabiskan waktu di Periplus buat menelusuri buku travel Japan yang bikin gw sakit hati dengan budget yang harus gw siapin ke Jepang. Iiiiiihhhh!!!! Mahal banget sih tuh negara! Gw harus cari poon duit dimana yaak???
Pas lagi liat-liat itu buku, ada bule yang lucu. Backpacker ganteng nan bersih yang ramah senyum. Gw udah CCP, eh mendadak bokap gw dateng mengacaukan suasana. Iiiiih, sebel! Jadi ilang deh tuh bule!
Setelah ngabisin 1 jam buat belajar bahasa Jepang, menelusuri tempat-tempat wisata di Jepang, gw mulai pusing kombinasi lieur dengan rentetan tulisan kecil dalam bahasa non Indonesia dan rasa beban di hati mengingat budget yang harus disiapkan bila mau mengunjungi Hyde di negaranya itu, aaaakkkkhh.
Balik ke tempat duduk, masih dengan sumpalan earphones di telinga, namun kali ini gw pun menyendiri, pisah sama kakak dan bokap gw, hihihi.
Mendadak, ada serombongan cowok memasuki ruang boarding. Lokal sih, tapi cukup menarik.
[Untung gw duduk menghadap pintu masuk, jadi bisa sekalian seleksi face-validity pada tiap calon penumpang pesawat yang masuk, hahaha!!]
Salah satu cowok yang termasuk dalam kategori ‘manis’, mendadak bertatapan sama gw, lalu tanpa mikir, gw pun tersenyum sama dia. Eh, dia langsung narik temennya, “sini aja!”, sayangnya temennya yang gak sadar lingkungan itu malah meneruskan jalan dan nyaranin buat duduk di tempat lain. Gw pun melayangkan senyum lebar pada dia yang sedikit kesal sama temennya itu. (note: gw tidak melakukan exaggeration pada cerita ini, karena pada kenyataannya ni cowok emang CCP mulu ama gw. Make a move will ya!!!)
Pesawat yang ditunggu-tunggu pun datang. Cihuuy!!!
Terjadi kehebohan di depan gate. Dan gw yang punya express boarding pun tereak sama mba2nya, “woy mba, express boarding niih”, dan kami pun melenggang sempurna.
Bokap yang gak dapet express boarding (krn gw salah klik waktu beli), nyantai aja nunggu antrian. Tapi beliau berpesan, “duduknya di depan yaa!”
Satu hal yang gak gw suka saat duduk di depan adalah, entah mengapa telinga gw lebih sakit kalo duduknya di depan selama penerbangan, sementara klo di tengah ato belakang, telinga gw bae2 aja.
Ternyata, perasaan gak enak gw untuk duduk di depan terbukti dengan dikelilinginya gw dengan anak-anak kecil, dan kehilangannya gw kesempatan untuk kembali ber-CCP sama bule yang tadi gw keceng di Periplus (ternyata dia sendirian dan ke Jakarta pake penerbangan yang sama dengan gw!!! Senangnya!!), karena dia duduk di deretan belakang. Iiih, syebel.
Oya, gw pun sepesawat sama si cowok lokal itu! Pas masuk, bener aja kan dia natep gw dan kali ini dia tersenyum. Naah, gitu dong (tebakan gw? Daun muda. Yaah... lumayan laah)!!
Hmm... lain kali, kalo gitu gw pisah duduk akh sama bokap en kakak gw!! Hihi.
1 jam di pesawat, gw bener-bener tersiksa. Di belakang gw, duduk 2 ekor anak kecil yang gak mau diem dan kerjaannya nendangin tempat duduk gw mulu! Bikin gw naek pitam!!!
Di tengah kekacauan mood, mendadak ada oasis jalan. Si bule itu mo pipis di WC depan. Aiiih. Manissnya.... (bukan pas dia pipis maksud gw!!)
17.50WIB, pesawat mendarat sempurna di Cengkareng.
Dan tambah sempurna saat gw harus menaiki bis yang sama dengan si bule itu!!!
Ihihi... dia pun berdiri tepat dideket gw. Cukup risih juga klo harus make a move saat bokap gw ngoceh mulu. Alhasil, gw harus merelakan dia pergi, hanya dengan mengirimkan seulas senyum doang. Sayounara!
Naah, pas ngambil trolley, si cowok lokal mulai berniat make a move, dengan senyum dan say “hi”, sayangnya gw udah repot lari sana sini narikin tas sementara kakak gw bengong nungguin trolley. Apalagi bokap gw mulai ngerasa gak enak badan, jadi gw harus kerja cepat narikin tas, dorong trolley dan beli tiket DAMRI. Walau pada akhirnya tu cowok lokal sengaja markir trolleynya di deket gw saat nunggu DAMRI, tetep gak menghasilkan apapun selain sebuah senyum. Bis BOGOR sudah datang... “Sayounara!”
Dan bis itu penuh, jadi gw terpaksa nangkring di pager bagasi. Aiiih. Untung gak macet!!!
Closing:
Sumpah deh, gak bisa dibilang treveling sih sebenernya kemarin itu. Hanya sebuah napak tilas? Nganterin bokap sih lebih tepatnya. Hampir seluruh tempat wisata dikunjungi dengan status “sekilas info” doang, hehehe.
Anyway, still a good thing to do.
Hmmm, walau gw harus mempertimbangkan banyak hal bila mau treveling sama bokap ato kakak gw (seperti seat terpisah? Hehahah)
_________________________________